Gajah merupakan mamalia besar
dari famili Elephantidae. Ada
dua spesies gajah yang diakui secara tradisional, yaitu gajah Afrika (Loxodonta
africana) dan
gajah Asia (Elephas maximus). Gajah tersebar di seluruh Afrika sub-Sahara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
Gajah termasuk hewan
herbivora yang dapat ditemui di
sabana, hutan,
gurun, dan rawa-rawa. Hewan yang cenderung
berada di dekat air ini hidup dalam
kelompok keluarga,
terutama bagi gajah betina, yang biasanya dipimpin oleh gajah betina tertua. Gajah dapat
bergerak ke depan atau ke belakang,
tetapi tidak dapat berderap, melompat, atau mencongklang. Mereka hanya memiliki
dua gaya berjalan, yaitu berjalan
biasa dan berjalan cepat.
Gajah telah dijadikan hewan pekerja paling tidak
semenjak masa Peradaban Lembah
Indus. Gajah Asia melakukan
tugas seperti mengangkut beban ke wilayah terpencil, memindahkan kayu ke truk,
membawa wisatawan di
Taman Nasional, maupun menarik gerobak.
Dalam sejarah, gajah digunakan sebagai
alat perang. Gajah perang dilatih untuk mengambil tentara musuh dan melemparnya
ke orang yang mengendarai gajah tersebut atau meletakkannya di tanah dan
kemudian menusuknya.
Dalam
Al-Qur’an, gajah disebut satu kali, yakni dalam Surat Al-Fīl ayat 1. Bahkan gajah tak hanya sekedar disebut
namanya, tapi juga diabadikan sebagai nama surat yang terdiri atas lima ayat:
Surat Al-Fīl.
1.
Apakah kamu
tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
2.
Bukankah Dia
telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?
3.
dan Dia
mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
4.
yang melempari
mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5.
lalu Dia
menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Surat ini diberi
nama Al-Fīl atau gajah, karena di dalam surat ini terdapat kisah pasukan
bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, seorang gubernur Yaman beragama Kristen,
yang datang ke Makkah dengan tujuan hendak menghancurkan Ka’bah. Allah sengaja
mengabadikan peristiwa tersebut untuk mengingatkan kita semua terhadap
peristiwa bersejarah yang sangat terkenal di kalangan orang Arab.
Makkah adalah
sebuah kota tua yang memiliki sejarah. Di kota ini terdapat sebuah bangunan
tua, Ka’bah namanya, yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi
Ismail, beberapa abad silam. Tempat ini selalu ramai dikunjungi banyak orang
dari berbagai bangsa dan negara, termasuk di dalamnya dikunjungi oleh penduduk
Yaman, dalam rangka menunaikan ibadah haji menurut adat dan cara mereka pada
masa itu, yang berbeda dengan ibadah haji yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan
umatnya.
Abrahah iri
melihat keberhasilan Makkah sebagai pusat ibadah dan ziarah orang-orang dari
berbagai bangsa dan negara. Dia ingin negerinyalah yang menjadi tempat
kunjungan orang-orang yang beribadah haji. Oleh karena itu, Abrahah lalu
membangun sebuah gereja yang sangat besar dan indah di Shan’a, ibukota Yaman
kala itu, sebagai “tandingan” Ka’bah yang terletak di Makkah. Tujuannya agar
orang-orang meninggalkan Ka’bah dan beralih berkunjung ke gereja yang
dibangunnya. Ternyata, impian tak sesuai kenyataan. Bangunan megah dan besar
tersebut tak mampu memengaruhi orang-orang. Mereka tak mau berkunjung ke
Shan’a, dan tetap memilih Ka’bah di Makkah sebagai kiblat ibadahnya.
Usahanya
memalingkan orang-orang secara halus tak berhasil, Abrahah mencari jalan lain.
Yang terlintas di benaknya, jika Ka’bah dihancurkan, maka orang-orang tentu
akan beralih ke Shan’a dalam melakukan ibadahnya, karena sudah tak ada
tandingannya lagi. Itulah sebabnya ia tak ingin berlama-lama untuk melaksanakan
niat jahatnya. Segera ia persiapkan sejumlah pasukan bergajah. Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri menyebut jumlah pasukan Abrahah sebanyak 60.000
prajurit. Jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran waktu itu, dan lebih banyak
dari jumlah penduduk Makkah.
Setelah semuanya
siap, pasukanpun diberangkatkan. Gemuruh suara pasukan yang sedang melakukan
perjalanan dari Yaman menuju Makkah terdengar sampai jarak jauh. Di sepanjang
perjalanan, Abrahah tidak menemukan suatu perlawanan yang berarti dari
orang-orang yang daerahnya dilewati, karena yang melakukan perlawanan tidaklah memiliki kekuatan
yang mampu menandingi pasukan Abrahah. Menurut H. Marwan Zein, jarak antara
Shan’a dan Makkah ketika itu paling cepat ditempuh dalam waktu 15 hari. Apalagi
ini mengedarai gajah yang jalannya lebih lamban dibandingkan unta, tentu
ditempuh dalam waktu lebih lama.
Ketika sampai di dekat Makkah, Abrahah
dan pasukannya mendirikan kemah. Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah menyebut
tempat berkemahnya pasukan Abrahah di
jalan yang menuju ke Thaif yang dikenal
dengan nama Al-Mughallas; Irfan L. Sarhindi menyebut di Mughammis daerah
sekitar Mina; sedangkan H. Marwan Zein
menyebut tempat beristirahatnya pasukan Abrahah di dekat pantai Laut Merah.
Abrahah tahu, sebelum menghancurkan
Ka’bah, ia harus bertemu dengan pemimpinnya terlebih dahulu. Saat itu, yang
menjadi pemimpin di Makkah adalah ‘Abdul Muthalib bin Hasyim. Abrahah mengutus
seorang duta untuk menyampaikan surat kepada ‘Abdul Muthalib bin Hasyim. Isi suratnya antara lain, “Sesungguhnya aku
datang bukan untuk memerangi kalian, tapi aku datang hanyalah untuk
menghancurkan Ka’bah. Apabila kalian tidak menghalang-halangi maksud kami untuk
menghancurkan Ka’bah melalui jalan perang, maka kami tidak akan mengalirkan
darah kalian”.
Sebagai pemimpin, ‘Abdul Muthalib bin
Hasyim menyadari sepenuhnya bahwa kaum Quraisy tidak mempunyai kekuatan apapun
untuk melawan Abrahah dan bala-tentaranya. Oleh karena itu, ‘Abdul Muthalib bin
Hasyim berusaha untuk bernegosiasi dengan Abrahah agar tidak menghancurkan
Ka’bah. Negosiasi tak membuahkan hasil, karena Abrahah tetap akan menghancurkan
Ka’bah.
‘Abdul Muthalib bin Hasyim kembali kepada
kaumnya dan memerintahkan mereka agar berlindung di bukit-bukit untuk
menghindari bala-tentara Abrahah. Bersama segolongan orang Quraisy, ‘Abdul
Muthalib bin Hasyim menuju ke Ka’bah dan memanjatkan doa kepada Allah supaya
berkenan mencegah pasukan Abrahah agar mereka tidak merusak Ka’bah. Selesai
berdoa, ‘Abdul Muthalib bin Hasyim dan kawan-kawannya menyusul orang-orang
Quraisy lainnya yang telah berlindung di bukit-bukit.
Abrahah yang telah bertekad bulat untuk
menghancurkan Ka’bah, mengerahkan pasukan bergajahnya menuju Ka’bah. Ketika
pasukan gajah itu telah mendekati Ka’bah, gajah-gajah itu tak mau maju. Mereka
berhenti. Akan tetapi jika gajah-gajah itu diarahkan ke tempat lain yang tidak
mengarah ke Ka’bah, gajah-gajah tersebut mau berjalan. Meskipun para pemilik
gajah itu telah berusaha sekuat tenaga agar gajahnya mau maju menuju Ka’bah,
gajah-gajah tersebut tetap tak mau melaksanakan perintah tuannya.
Pasukan Abrahah galau menghadapi
gajah-gajahnya yang tidak mau maju menuju Ka’bah. Di tengah-tengah kegalauannya,
tiba-tiba di langit tampak burung yang berbondong-bondong (thairan abābīl) yang kian lama makin mendekati pasukan Abrahah.
Ketika telah dekat, burung-burung tersebut melempari pasukan Abrahah dengan
batu yang berasal dari tanah yang terbakar. Setiap orang yang terkena lemparan
batu itu mati seketika.
1.
Buku
Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah. 2002. Tafsir
Juz ‘Amma Lengkap dan Ilmiah. Cetakan ke-5. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Dedi. 2013. 13 Misteri di Kota Mekkah. Jakarta:
Titik Media Publisher.
Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan
Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur. Bandung:
J-Art.
H. Mahmud Junus. 1987. Tarjamah Al-Quran Al-Karim.
Cetakan ke-3. Bandung: PT Al-Ma’arif
H. Marwan Zein. 2009. Ka’bah dalam Realita Sejarah Hingga Kini.
Bekasi: Penerbit Rumah Gadang.
Irfan L. Sarhindi. 2013. The
Lost Story of Ka’bah, Fakta-Fakta
Mencengangkan Seputar Baitullah. Jakarta: QultumMedia.
Majdiy Muhammad asy-Syahawiy. 2003. Kisah-kisah
Binatang dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Namin Asimah Asizun.
2014. Misteri Mukjizat Makkah &
Madinah. Jakarta: Publishing Langit.
Syaikh DR. Yusuf Al Qaradhawi. 2019. Tafsir Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Syaikh Shafiyyurahman
Al-Mubarakfuri. 2018. Sirah Nabawiyah. Cetakan
Ke-17. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
2. Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Gajah
https://indo.wiki/content/Gajah/Gajah%20dan%20manusia.html
https://www.facebook.com/notes/mulyono-atmosiswartoputra/gajah/3435550196539923/
Tidak ada komentar :
Posting Komentar