Ular
(Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Ular)
Ular, menurut Wikipedia,
adalah kelompok reptilia tidak berkaki dan bertubuh panjang yang tersebar luas
di dunia. Secara ilmiah, semua jenis ular dikelompokkan dalam satu sub-ordo,
yaitu Serpentes dan juga merupakan
anggota dari ordo Squamata (reptilia
bersisik) bersama dengan kadal.
Meskipun
ular cenderung menghindar daripada berhadapan dengan manusia, tapi banyak orang
yang takut pada ular. Hal ini disebabkan orang takut digigit, terlebih jika
ular itu memiliki bisa yang mematikan.
Dalam
mencari mangsa, ular termasuk hewan yang sabar. Ketika menargetkan mangsanya, ia
dapat menunggu dan memantau selama berjam-jam untuk menerkamnya. Untuk
mendekati mangsanya, ular bergerak secara perlahan. Namun demikian, ketika
memutuskan untuk menerkam, ular bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Ular
dapat hidup di semua tipe habitat, seperti hutan, padang rumput, gurun atau
padang pasir, sungai, danau, dataran tinggi, perkebunan, persawahan, laut, dan
juga pemukiman manusia.
Ular
disebut beberapa kali dalam Al-Qur’an, dan semuanya berhubungan dengan kisah
Nabi Musa. Dalam Al-Qur’an
Surat Al-A’rāf ayat 107, Surat Thāhā
ayat 20, Surat An-Naml ayat 10, dan Surat Al-Qashash ayat 31, ular disebut dalam
hubungannya dengan Nabi Musa saat menerima wahyu.
Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu
menjadi ular yang
sebenarnya (Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 107).
Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat
(Al-Qur’an Surat Thāhā ayat 20).
Dan lemparkanlah tongkatmu”. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan)
Musa melihatnya bergerak-gerak seperti dia seekor ular yang gesit, larilah ia
berbalik ke belakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu takut.
Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku (Al-Qur’an
Surat An-Naml ayat 10).
Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu
menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia
seekor ular yang gesit,
larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru), “Hai
Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk
orang-orang yang aman (Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 31).
Al-Qur’an Surat
Al-A’rāf ayat 103-171, Surat Thāhā ayat 9-98, dan Surat Qashash ayat 1-43
berisi kisah Nabi Musa. Dari ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah Nabi Musa,
ada kisah saat Nabi Musa menerima wahyu.
Saat itu Nabi
Musa melihat cahaya api yang diturunkan oleh Allah untuknya. Nabi Musa pun
mendatangi cahaya api itu. Seperti sudah diceritakan dalam tulisan “Domba
dan/atau Kambing”, ketika berada di lembah yang suci Thuwa, Nabi Musa diberi
tahu bahwa oleh Allah bahwa Ia telah memilih Musa untuk menjadi utusan-Nya.
Allah memerintahkan kepada Musa dan
umatnya agar menyembah Allah semata, melaksanakan
perintah shalat, dan diberi tahu bahwa kiamat itu akan datang.
Allah kemudian menanyakan kepada Musa tentang
benda yang ada di tangan kanannya.
“Ini adalah tongkatku. Aku bertumpu padanya,
dan aku merontokkan daun-daun dengan tongkat ini untuk memberi makanan kambingku.
Bagiku, tongkat ini masih ada lagi manfaat yang lain”, jawab Nabi Musa.
“Lemparkanlah
tongkat itu, wahai Musa!”.
Nabi Musa pun melempar
tongkat itu, dan seketika berubah menjadi seekor ular yang merayap dengan
cepat. Mengetahui tongkatnya berubah menjadi ular yang gesit, Nabi Musa pun
berbalik ke belakang dan lari tanpa menoleh.
“Peganglah ia dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya
pada keadaan semula”, perintah Allah kepada Nabi Musa.
Nabi Musa mengikuti perintah Allah. Dipegangnya ular tersebut,
dan seketika ular tersebut berubah menjadi tongkat kembali.
Sementara
ular yang disebut dalam Al-Qur’an
Surat Asy-Syu’arā’ ayat 32, berhubungan dengan Nabi Musa ketika berhadapan
dengan Fir’aun.
Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata (Al-Qur’an Surat Asy-Syu’arā’
ayat 32).
Dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’arā’, kisah Nabi Musa
diceritakan mulai ayat 10 hingga ayat 68 yang di dalamnya ada dialog antara
Nabi Musa dengan Fir’aun.
Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk mendatangi
kaum yang zalim, yakni kaum Fi’aun, mengapa mereka tidak bertakwa.
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka
akan mendustakanku yang mengakibatkan dadaku sesak dan lidahku tidaklah lancer untuk
menyampaikan dakwah. Oleh karena itu, utuslah Malaikat Jibril kepada saudaraku,
Harun, agar ia dapat membantuku, dan membenarkan apa-apa yang aku katakan, dan
menjelaskan kepada mereka apa-apa yang aku sampaikan, karena dia lebih jelas
dalam berbicara. Aku juga punya dosa terhadap mereka, karena pernah membunuh seorang lelaki dari mereka,
sehingga aku takut mereka akan membunuhku”, kata Nabi Musa.
Allah berfirman, “Jangan
takut, karena mereka tidak akan dapat membunuhmu. Pergilah kalian berdua (bersama
Harun) dengan membawa mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran kalian
berdua. Sesungguhnya Kami bersama kalian berdua dan mendengarkan apa-apa yang
merka katakan. Datangilah Fir’aun, dan katakanlah kepadanya, ‘Sesungguhnya kami
berdua adalah utusan Allah, Tuhan alam semesta. Oleh karena itu, lepaskanlah
orang-orang Bani Israil agar pergi bersama kami.”
“Bukankah dahulu kami telah
mengasuhmu sewaktu kamu masih kecil, dan kamu tinggal di dalam perawatan kami
sekian tahun dari usiamu. Kemudian kamu berbuat kejahatan dengan membunuh
seorang lelaki dari kaumku, ketika kamu memukul dan mendorongnya, dan kamu
termasuk orang-orang yang melupakan kenikmatan-kenikmatan dariku”, jawab Fir’aun.
“Aku memang telah melakukan
apa yang kamu katakan, dan waktu itu saya termasuk orang yang khilaf. Aku kemudian
melarikan diri ke negeri Madyan, karena aku takut kalian akan membunuhku karena
apa yang telah aku perbuat tanpa sengaja. Kemudian Tuhanku menganugerahiku
kenabian dan ilmu, sebagai bentuk kemurahan dari-Nya bagiku, dan menjadikanku
termasuk di antara utusan-Nya. Pengasuhan terhadapku dahulu kamu anggap sebagai
budi baik, padahal kamu telah memperbudak orang-orang Bani Israil”, jawab Nabi
Musa.
"Siapa Tuhan semesta
alam itu?”, tanya Fir’aun kepada Nabi Musa.
"Tuhan pencipta langit dan bumi serta
apa-apa yang di antara keduanya, jika kamu sekalian benar-benar mempercayai-Nya”,
jawab Nabi Musa.
Fir'aun berkata kepada para
pemuka kaumnya yang ada di sekelilingnya, "Apakah kalian tidak
mendengarkan jawaban Musa yang penuh dengan klaim dusta?"
"Allah-lah Tuhan kalian
dan Tuhan nenek moyang kalian yang dahulu”,
"Sesungguhnya orang
yang mengklaim bahwa ia adalah Rasul yang diutus kepada kalian, benar-benar
orang gila”, kata Fir’aun.
“Tuhan yang menguasai timur dan barat serta
semua yang ada di antara keduanya, itulah Tuhanmu, jika kalian orang-orang yang
berakal”, jawab Nabi Musa.
“Bila kamu menyembah
sesembahan selain aku, aku benar-benar akan memenjarakanmu bersama orang-orang
yang aku penjarakan.”, kata Fir’aun mengintimidasi.
“Meskipun akan aku tunjukkan
kepadamu suatu keterangan yang nyata atas kebernaranku?”, Nabi Musa balik bertanya.
“Tunjukkanlah apa yang kamu katakan,
jika kamu orang yang benar”, kata Fir’aun.
Nabi Musa kemudian
melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu berubah menjadi ular yang
benar-benar ular, bukan suatu tipu daya ilusi sebagaimana yang dilakukan oleh
para tukang sihir.
Lalu mengeluarkan tangannya
dari dalam lubang bajunya yang terbuka sampai ke dada, tiba-tiba menjadi putih
seperti salju yang membelalakkan pandangan orang-orang yang memandang.
Fir’aun berkata kepada para
pemuka kaumnya lantaran takut mereka akan beriman, “Sesungguhnya Musa itu
seorang tukang sihir yang lihai. Dengan sihirnya, dia hendak mengeluarkan
kalian dari negeri kalian. Maka apakah yang kalian usulkan kepadaku terkait
dengan dirinya, niscaya aku akan mengikuti pendapat kalian di dalam masalah itu”.
Demikian, ular yang diceritakan dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’arā’ ayat 32.
Daftar Acuan Ular
1. Buku
Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an
dan Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur.
Bandung: J-Art.
Fatchur Rochman AR. 1995. Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur’an. Surabaya: Apollo.
H.
Mahmud Junus. 1987. Tarjamah Al-Quran Al-Karim.Cetakan ke-3. Bandung: PT
Al-Ma’arif.
Ibnu Katsir.
2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para
Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.
Judirman Djalimin.
2010. Pembelajaran Moral dari Sifat Binatang. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Labib
Mz. dan Maftuh Ahnan. Tth. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV
Bintang Pelajar.
Maftan. 2005. Kisah 25
Nabi & Rasul. Jakarta: Sandro Jaya.
Majdiy
Muhammad asy-Syahawiy. 2003. Kisah-kisah Binatang dari Al-Qur’an dan
Al-Hadis. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Ust. Fatihuddin
Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi
& Rasul. Surabaya: Terbit Terang.
Moh. Rifai. 1976.
Riwayat 25 Nabi dan Rasul. Semarang: CV. Tohaputra.
Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita
Teladan 25 Nabi. Jilid 2. Cetakan ke-7. Jakarta: Dian Rakyat.
2. IntInternet
https://id.wikipedia.org/wiki/Ular
Tidak ada komentar :
Posting Komentar