Unta, termasuk salah satu binatang ternak.
(Sumber: https://www.medcom.id/rona/kesehatan/xkEGxVpN-kontroversi-manfaat-kencing-unta-menkes-itu-kotoran)
Dalam Al-Qur’an,
selain hewan yang namanya disebut secara spesifik, ada juga hewan yang namanya
disebut berdasarkan kelompok. Hewan tersebut adalah binatang ternak, yakni
sekelompok hewan yang biasa dipelihara oleh masyarakat seperti unta, kambing,
sapi, domba, dan lain-lain. Binatang ternak bahkan dijadikan nama surat dalam
Al-Qur’an, yakni Surat Al-An’am yang merupakan surat keenam.
Diabadikannya
binatang ternak sebagai nama surat dalam Al-Qur’an, karena dalam surat ini
dijelaskan adat-istiadat kaum musyrikin yang biasa memakai binatang ternak
untuk sesaji atau untuk mendekatkan diri kepada “tuhan-tuhan” mereka dan
hukum-hukum yang berkenaan dengan binatang ternak. Mereka biasa menyembelih
binatang ternak untuk dipersembahkan kepada Allah dan “tuhan-tuhan” mereka yang
berbentuk patung. Jadi, di sini mereka benar-benar mempersukutukan Allah. Di
samping itu, mereka juga berprasangka bahwa sesaji yang diperuntukkan bagi
berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah, akan tetapi sesaji yang
diperuntukkan bagi Allah akan sampai kepada berhala-berhala mereka. Inilah ayat
yang menunjukkan bahwa sesaji yang mereka buat, selain untuk Allah, juga untuk
“tuhan-tuhan” mereka.
Dan mereka memperuntukkan bagi Allah
satu bagian dari tanaman dan binatang
ternak yang telah diciptakan Allah,
lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka, “Ini untuk Allah dan ini
untuk berhala-berhala kami”. Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi
berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang
diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka.
Amat buruklah keterangan mereka (Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 136).
Selain
mempersekutukan Allah, mereka juga sering membuat hukum yang berkenaan dengan
binatang ternak. Menurut anggapan mereka, ada binatang ternak yang tidak
sembarang orang boleh memakannya kecuali yang ditentukan oleh mereka; ada binatang
ternak yang diharamkan untuk ditunggangi; dan ada binatang ternak yang
disembelih dengan tidak menyebut nama Allah, yakni binatang ternak yang
disembelih untuk berhala.
Dan mereka mengatakan, "Inilah hewan ternak dan
tanaman yang dilarang; tidak boleh memakannya, kecuali orang yang kami
kehendaki", menurut anggapan mereka, dan ada binatang ternak yang diharamkan menungganginya dan ada binatang ternak yang mereka tidak
menyebut nama Allah waktu menyembelihnya. (Anggapan-anggapan mereka)
semata-mata membuat-buat kedustaan terhadap Allah. Kelak Allah akan membalas
mereka terhadap apa yang selalu mereka ada-adakan (Al-Qur’an Surat Al-An’am
ayat 138).
Mereka juga
biasa membuat ketetapan sendiri seperti anak hewan yang ada di dalam perut binatang
yang dilarang ditunggangi tadi adalah khusus untuk laki-laki dan diharamkan
untuk perempuan. Akan tetapi jika anak hewan itu lahir dalam keadaan mati, maka
bangkainya boleh dimakan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Ketetapan ini
jelas di luar yang ditetapkan
oleh Allah.
Dan mereka mengatakan, “Apa yang dalam perut binatang ternak ini adalah khusus untuk
laki-laki kami dan diharamkan atas perempuan kami”, dan jika yang dalam perut
itu dilahirkan mati, maka laki-laki dan perempuan sama-sama boleh memakannya.
Kelak Allah akan membalas mereka terhadap ketetapan mereka. Sesungguhnya Allah
Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui (Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 139).
Itulah beberapa
contoh terkait adat-istiadat kaum musyrikin yang berhubungan dengan binatang
ternak. Selain yang disebut dalam Surat Al-An’am, binatang ternak juga disebut
dalam surat-surat lain dalam Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an Surat
Al-Baqarah ayat 204-207 misalnya, binatang ternak disebut dalam hubungannya
dengan adanya dua golongan manusia: golongan yang sesat dan golongan yang
mendapat petunjuk. Menurut Muhammd Ali Ash-Shabuny, golongan yang sesat adalah
golongan yang menjual dirinya kepada setan, yang berjalan di bawah naungan
benderanya, yang tidak memiliki hasrat kecuali berbuat semaunya sendiri di
dunia dan menciptakan kerusakan. Sementara golongan satunya lagi adalah
golongan yang mendapat petunjuk, yang menjual dirinya kepada Ar-Rahman, yang
berusaha mendapatkan keridhaannya. Di bawah ini ayat yang berhubungan dengan
golongan orang yang sesat.
Dan di
antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan kamu
(Muhammad), dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia
adalah penentang yang paling keras. Dan apabila dia berpaling (darimu), dia berusaha
untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, sedang Allah tidak
menyukai kerusakan (Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 204-205).
Menurut para mufasir, ayat tersebut turun
sehubungan dengan Al-Akhnas bin Syuraiq yang mendatangi Rasulullah seraya
menampakkan keislamannya dan bahkan bersumpah mencintai Allah dan rasul-Nya.
Padahal, ia adalah orang munafik yang memendam kejahatan di dalam hati, namun
dia menampakkan kebaikan. Ketika dia keluar dari tempat Rasulullah, dan
melewati tanaman dan kandang keledai milik orang-orang muslim, maka dia
membakar tanaman dan membunuh keledai-keledai itu. Bila diingatkan, maka
bangkitlah kesombongannya.
Dan apabila
dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya
untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh (neraka Jahanam
itu) tempat tinggal yang terburuk (Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 206).
Sementara
golongan yang mendapat petunjuk, adalah orang-orang baik, pilihan, dan yang
mendapat petunjuk Allah.
Dan di
antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan
Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya (Al-Qur’an Surat
Al-Baqarah ayat 207).
Berbeda
dengan yang tertuang dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah, binatang ternak yang
disebut dalam Surat Āli ‘Imrān berhubungan dengan manusia yang tertipu oleh
syahwat dunia. Betapa banyak kehidupan dunia yang memperdayai manusia. Mereka
begitu mencintai dan berasyik dengan syahwat dunia dan lalai taat kepada Allah.
Allah menyebutkan syahwat yang pertama adalah syahwat kepada perempuan,
kemudian disusul syahwat kepada anak-anak, harta, binatang ternak, sawah, dan
ladang.
Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: perempuan-perempuan,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)
(Al-Qur’an Surat Āli ‘Imrān ayat 14).
Binatang ternak disebut juga dalam Al-Qur’an Surat
Al-Maidah ayat 1. Menurut Muhammd Ali Ash-Shabuny, ayat ini berhubungan dengan
janji dan sumpah setia antara manusia dengan Rabb-nya, di samping antara
manusia yang satu dengan manusia lainnya. Perjanjian yang disebutkan dalam ayat
ini adalah perihal yang dihalalkan dan yang diharamkan oleh Allah. Yang
dihalalkan adalah semua daging binatang ternak, seperti unta, sapi, dan domba
setelah disembelih secara syar’i, kecuali yang diharamkam oleh Allah, yaitu
bangkai, darah, daging babi, dan lain-lain yang memang diharamkan. Allah juga
mengharamkan secara khusus kepada orang yang sedang ihram untuk berburu, sebab
orang yang ihram sedang beribadah dan melaksanakan manasik, sehingga semua
makhluk harus aman di sekitarnya, baik manusia maupun hewan.
Wahai orang-orang yang
beriman! Penuhilah janji-janji. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki (Al-Qur’an
Surat Al-Maidah ayat 1).
Sementara Al-Qur’an Surat
Al-Maidah ayat 95 berisi larangan membunuh binatang
buruan saat berihram. Jika hal itu dilanggar, maka dendanya adalah mengganti
dengan binatang ternak yang seimbang dengan hewan buruan yang dibunuhnya, atau
membayar kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa
seimbang dengan makan yang dikeluarkan, supaya ia merasakan akibat buruk dari
perbuatannya.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu membunuh binatang
buruan, ketika kamu sedang ihram. Barang siapa di antara kamu membunuhnya
dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak
seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di
antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya)
membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa
seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk
dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barang siapa
yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa
lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa (Al-Qur’an Surat
Al-Maidah ayat 95).
Binatang
ternak juga disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 179. Dalam ayat ini
binatang ternak dipakai sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang lalai. Seperti
dijelaskan oleh Allah, yang akan menjadi penghuni neraka kebanyakan
adalah jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, mata, dan telinga, tapi tidak
mau menggunakan hatinya
untuk memahami ayat-ayat Allah, tidak mau menggunakan matanya untuk melihat
tanda-tanda kekuasaan Allah, dan tidak mau menggunakan telinganya untuk
mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu diibaratkan seperti binatang ternak,
bahkan lebih sesat lagi dibandingkan binatang ternak. Yang seperti mereka
termasuk orang-orang yang lalai.
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk
(isi) neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (Al-Qur’an
Surat Al-A’raf ayat 179).
Dalam Al-Qur’an Surat Yūnus ayat 24, binatang
ternak disebut dalam hubungannya dengan kehidupan duniawi. Jalalain dalam
tafsirnya yang disebutkan dalam https://tafsir.learn-quran.co/, kehidupan duniawi itu, seperti air
hujan yang diturunkan oleh Allah dari langit, lalu tumbuh berbagai tanaman
dengan suburnya berkat air tadi. Berbagai macam tanaman tadi ada yang dimakan
manusia seperti jewawut, biji gandum, dan sebagainya; ada juga yang dimakan
binatang ternak seperti rerumputan dan dedaunan. Tatkala bumi telah menampakkan
keindahannya berkat tumbuh-tumbuhan yang hidup subur dan berbunga (hingga
seperti perhiasan), para pemiliknya mengira bahwa mereka pasti akan memetik
hasilnya. Namun tiba-tiba datanglah azab Allah di waktu malam ataupun siang
hari, lalu dijadikan berbagai macam tanaman tadi laksana tanam-tanaman yang
sudah disabit atau dipanen, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikian,
Allah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada orang-orang berpikir.
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan
duniawi itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah
dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang
dimakan manusia dan binatang
ternak. Hingga apabila
bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan
pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba
datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum
pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan
(Kami) kepada orang-orang berpikir (Al-Qur’an Surat Yūnus ayat 24).
Allah menciptakan binatang
ternak seperti unta, sapi, domba dan yang lain adalah untuk kemaslahatan
manusia. Di antara kemaslahatan tersebut adalah bahwa pada diri hewan itu ada
bulu yang dapat menghangatkan tubuh manusia dari hawa dingin jika dijadikan
pakaian maupun kasur; dan berbagai manfaat lainnya seperti susu untuk diminum, kulit
untuk dijadikan tenda; dan sebagian yang lain dapat dimakan.
Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk
kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya
kamu makan
(Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 5).
Selain untuk kemaslahatan,
pada binatang ternak juga terdapat pelajaran bagi manusia. Mari kita bayangkan.
Allah memberi minum manusia dari binatang-binatang ternak seperti unta, sapi,
dan domba berupa susu segar. Susu segar ini keluar di antara apa yang dikandung
dalam perut hewan-hewan tersebut, yakni kotoran dan darah. Kendati demikian,
susu tadi tidak bercampur sedikitpun dengan kotoran dan darah, baik dari segi
rasa, bau, maupun warnanya, sehingga mudah ditelan oleh orang-orang yang
meminumnya.
Sesungguhnya pada hewan ternak itu benar-benar
terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari sebagian apa yang ada
dalam perutnya, dari antara kotoran dan darah, (berupa) susu murni yang mudah
ditelan oleh orang-orang yang meminumnya (Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 66).
Kulit binatang ternak juga dapat dijadikan rumah
atau tenda, baik saat bepergian maupun untuk bermukim. Sementara bulu-bulunya,
seperti bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing
dapat dijadikan alat-alat atau perabot rumah tangga atau perhiasan sampai batas
waktu tertentu.
Dan Allah menjadikan
rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah
(kemah-kemah) dari kulit binatang ternak
yang kamu merasa ringan (membawa)nya pada waktu kamu bepergian dan pada
waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan
bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan kesenangan (perhiasan) sampai waktu
(tertentu)
(Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 80).
Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 28-30, menurut
Muhammad Ali Ash-Shabuny, menyebut binatang ternak dalam hubungannya dengan
hikmah dan tujuan pelaksanaan haji ke Baitullah. Orang-orang mukmin datang ke
Baitullah untuk memenuhi seruan-Nya, agar mereka menyaksikan berbagai macam
manfaat bagi dirinya, baik manfaat dunia maupun agama. Di samping itu, juga agar
mereka memuji Allah; bersyukur kepada-Nya pada hari-hari kurban atas apa yang
diberikan dan direzekikan kepada mereka dari berbagai hewan ternak seperti
unta, sapi, dan kambing, lalu mereka menyembelihnya sebagai rasa syukur kepada
Allah dan wahdaniyah-Nya, tidak
seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik yang menyembelih hewan untuk berhala.
Makanlah daging kurban, dan berikanlah sebagian daging kurban tersebut kepada orang-orang
fakir dan miskin. Setelah menyembelih kurban, hendaklah mereka membersihkan
kotoran yang menempel di badan mereka, mencukur rambut, memotong kuku, dan juga
mencukur sebagian kumis. Yang dimaksud membersihkan kotoran dan tahallul dari
ihram ialah dengan mencukur rambut dan memendekkannya. Di samping itu,
hendaklah mereka memenuhi nazar-nazar yang berupa perbuatan kebajikan, dan
hendaklah mereka melakukan thawaf ifadhah di Ka’bah. Barang siapa yang menjauhi
kedurhakaan terhadap Allah dan hal-hal yang diharamkan-Nya, merasakan ketakutan
di dalam dirinya jika dia melanggar hal-hal dihormati, yang pelaksanaannya
merupakan dosa besar, maka dia mendapat pahala yang besar. Dia meninggalkannya
karena takut kepada Allah. Telah dihalalkan bagi mereka binatang ternak selain
yang dikecualikan Allah di dalam kitab-Nya, yaitu yang berupa bangkai, yang
tercekik, yang diterkam binatang buas, dan yang disembelih untuk selain Allah
dan seterusnya. Jika benar-benar dalam iman, maka jauhilah hal-hal kotor dan
najis, seperti penyembahan berhala dan patuh kepada setan, serta jauhi
perkataan-perkataan dusta.
Supaya mereka menyaksikan berbagai
manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah
ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian
daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang
sengsara dan fakir. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang
ada di badan) mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka dan melakukan thawaf
sekeliling rumah tua (Baitullah). Demikianlah
(perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan
bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali
yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala
yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta (Al-Qur’an Surat Hajj ayat 28-30).
Sementara Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 34
menyebut binatang ternak dalam hubungannya dengan penyembelihan hewan kurban
yang harus menyebut nama Allah.
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami
syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan
Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu
berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang
yang tunduk patuh (kepada Allah) (Al-Qur’an
Surat Hajj ayat 34).
Isi
Al-Qur’an Surat Al-Mukminūn ayat 21 hampir sama dengan isi Surat
An-Nahl ayat 66, yakni bahwa pada binatang ternak terdapat pelajaran bagi
manusia. Allah memberi minum air susu kepada
manusia dari binatang ternak seperti unta, sapi, domba, dan kambing, padahal
air susu tersebut keluar di antara apa yang dikandung dalam perut hewan
tersebut, yakni kotoran dan darah, namun susu tadi tidak bercampur sedikitpun
dengan kotoran dan darah, baik dari segi rasa, bau, maupun warnanya. Selain
itu, pada diri binatang ternak juga terdapat banyak manfaat untuk manusia,
seperti daging, kulit, bulu, dan tenaganya. Dagingnya dapat dimakan sebagai
makanan yang lezat dan bergizi. Sementara Surat Al-Mukminūn ayat 22 menyebutkan sebagian dari binatang
ternak itu, termasuk juga perahu-perahu, dapat menjadi moda transportasi.
Dan
sesungguhnya pada binatang-binatang
ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu. Kami memberi
minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat
faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan. Dan di atas
punggung binatang-binatang ternak itu
dan (juga) di atas perahu-perahu kamu diangkut (Al-Qur’an
Surat Al-Mukminūn ayat 21-22).
Binatang ternak juga disebut dalam Al-Qur’an
Surat Al-Furqan ayat 44. Sebagaimana kita ketahui dari ayat 41-44, binatang
ternak disebut dalam hubungannya dengan keburukan kaum musyrikin dan kesesatan
mereka, serta kesenangannya mengikuti hawa nafsu sebagai pengganti dari
mengikuti kebenaran. Apabila mereka (kaum musyrik) melihat Rasulullah, mereka
hanya menjadikan beliau sebagai bahan ejekan dengan mengatakan, “Inikah orangnya
yang diutus Allah sebagai rasul? Sungguh, dia hampir saja menyesatkan kita dari
sembahan kita, seandainya kita tidak dapat bertahan menyembahnya”. Kelak,
mereka akan mengetahui siapa yang paling sesat pada saat mereka melihat azab.
Selanjutnya, melalui bentuk
pertanyaan, Allah menunjukkan dan meyakinkan kepada Rasulullah bahwa kaum
musyrikin adalah kaum yang menjadikan hawa nafsu sebagai sesuatu yang diikuti
dan dituruti. Mereka tidak mau menerima dakwah tauhid. Allah lebih tegas
lagi menyatakan bahwa orang yang demikian itu adalah orang yang tidak mau
mendengar ajakan tauhid kemudian memahaminya sebagai kebenaran. Mata, telinga
dan hati mereka telah terkunci, tidak mau menerima dakwah Islam. Orang yang
seperti ini tak ubahnya seperti binatang ternak, atau bahkan lebih rendah
darinya. Mengapa? Binatang saja masih menurut pada majikannya, sementara orang
musyrik tidak mau menuruti perintah
Allah yang telah memberinya kehidupan dan berbagai fasilitas yang ada.
Dan apabila
mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan
(dengan mengatakan), “Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul? Sungguh,
hampir saja dia menyesatkan kita dari sesembahan kita, seandainya kita tidak
tetap bertahan (menyembah)nya”. Dan kelak mereka akan mengetahui pada saat
mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. Sudahkah kamu
(Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah kamu
akan menjadi pelindungnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu
mendengar atau memahami? Mereka itu hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya (Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 41-44).
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 49,
binatang ternak disebut dalam hubungannya dengan tanda-tanda kekuasaan Allah di
alam semesta. Ayat sebelumnya menyebutkan bahwa Allah-lah yang meniupkan angin
sebagai pembawa kabar gembira akan turunnya hujan yang merupakan rahmat atas
hamba-hamba-Nya. Dengan diturunkannya air hujan yang sangat bersih, agar Allah menghidupkan tanah tandus yang tidak
memiliki tumbuh-tumbuhan, dan agar Allah memberi minum sebagian besar makhluk
ciptaan-Nya, baik binatang ternak maupun manusia dalam jumlah yang banyak.
Dan Dialah yang meniupkan
angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan);
dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu
negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian
besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak (Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 48-49).
Binatang ternak dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara’
ayat 133 disebut dalam hubungannya dengan anugerah Allah kepada kita. Seperti
disebut dalam ayat 132-134, Allah
memerintahkan kepada kita agar bertakwa kepada-Nya yang telah memberi berbagai
kenikmatan yang kita ketahui, baik itu berupa binatang ternak, anak keturunan,
kebun-kebun yang subur, maupun mata air yang segar.
Dan tetaplah
kamu bertakwa kepada-Nya yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu
ketahui. Dia (Allah) telah menganugerahkan kepadamu binatang ternak dan anak-anak, dan kebun-kebun, dan mata air (Al-Qur’an
Surat Asy-Syu’ara’ ayat 132-134).
Binatang ternak dalam Al-Qur’an Surat Yāsīn ayat
71 dipakai oleh Allah untuk mengingatkan orang-orang yang mengingkari, apakah
mereka tidak melihat bahwa Allah telah menciptakan binatang ternak untuk mereka,
dan menjinakkannya untuk mereka pula.
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa
sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk
mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami
sendiri, lalu mereka menguasainya?
(Al-Qur’an Surat Yāsīn ayat 71).
Binatang ternak juga disebut dalam Al-Qur’an
Surat Az-Zumar ayat 6. Ayat ini, menurut tafsir
Al-Muyassar sebagaimana dikutip dalam https://tafsirweb.com/, Tuhanmu telah menciptakanmu dari Adam, dan darinya Allah menciptakan
istrinya, dan Dia juga menciptakan delapan jenis binatang ternak, yaitu jantan
dan betina dari unta, sapi, kambing, dan domba. Allah menciptakanmu dalam rahim
ibumu, fase demi fase dalam kegelapan perut, rahim, dan selaput yang menutupimu
dalam rahim. Itulah Allah yang menciptakan semua ini. Tuhanmu pemilik tunggal
segala kerajaan, yang diesakan dengan ibadah dan yang berhak untuk disembah,
maka bagaimana kamu berpaling dari penyembahan kepada-Nya?
Dia menciptakan kamu dari seorang diri
kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu
delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak.
Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan?
(Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 6).
Binatang ternak disebut dalam Al-Qur’an Surat
Ghafir atau Al-Mukmin ayat 79-80 dalam hubungannya dengan manfaat binatang
ternak itu sendiri. Seperti disebut dalam Tafsir
Al-Muyassar yang dikutip dalam tafsirweb.com, sebagian binatang ternak itu untuk dipakai sebagai sarana
transportasi, sebagian lagi untuk dimakan, dan manfaat-manfaat lain. Dengan
mengendarai binatang ternak tersebut, seperti unta, orang dapat sampai ke
negeri-negeri jauh sesuai keinginan yang ada di dalam dada orang tersebut. Di
atas hewan tersebutlah orang diangkut di daratan, sebagaimana diangkut oleh
kapal di lautan.
Allah-lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya
untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan. Dan
(ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada
binatang ternak itu untuk kamu dan supaya kamu mencapai suatu keperluan
yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu dapat diangkut dengan
mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera. (Al-Qur’an Surat Ghafir atau Surat
Al-Mukmin ayat 79-80).
Dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura ayat 11,
binatang ternak disebut dalam hubungannya dengan penciptaan manusia yang
berpasang-pasangan dan binatang ternak yang juga berpasang-pasangan. Tafsirweb.com yang mengutip dari Tafsir Al-Madinah
Al-Munawwarah menyebutkan bahwa Allah pencipta tujuh langit dan bumi,
menciptakan bagimu pasangan dari jenismu sendiri agar kalian merasakan ketenteraman
padanya. Juga menciptakan bagi kalian unta, sapi, dan kambing yang
berpasang-pasangan pula. Dia menjadikan kalian berkembang biak dan menyebar ke
berbagai tempat. Tidak ada makhluk yang serupa dengan-Nya; Dia Maha Mendengar
seluruh perkataan dan Maha Melihat segala kejadian.
(Allah) Pencipta langit
dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri,
dan dari jenis binatang ternak
pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha
Melihat (Al-Qur’an Surat
Asy-Syura ayat 11).
Dalam Al-Qur’an Surat Az-Zukhruf ayat 12,
binatang ternak disebutkan dalam hubungannya sebagai kendaraan atau tunggangan
seperti tersebut dalam Al-Qur’an Surat Ghafir atau Surat Al-Mukmin ayat 80.
Sementara Allah yang menciptakan semua berpasang-pasangan, seperti laki-laki
perempuan, jantan betina, siang malam, panas dingin dan sebagainya, tentunya
juga dapat diterapkan untuk binatang ternak yang diciptakan berpasang-pasangan
pula.
Dan yang menciptakan semua
berpasang-pasangan dan menjadikan kapal untukmu dan binatang ternak yang kamu tunggangi
(Al-Qur’an Surat Az-Zukhruf ayat 12).
Binatang
ternak juga disebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nazi’at ayat 33. Dari ayat 31
hingga ayat 33 dapatl diketahui bahwa Allah memancarkan mata air, menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan, dan memancangkan gunung-gunung dengan teguh di muka bumi,
semua itu adalah untuk keperluan manusia dan binatang ternak milik mereka.
Darinya Dia
pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung Dia
pancangkan dengan teguh. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternak-mu (Al-Qur’an Surat An-Nazi’at ayat 31-33).
Binatang
ternak yang disebut dalam Al-Qur’an
Surat ‘Abasa ayat 32 dipakai untuk menjelaskan bahwa yang diciptakan oleh Allah adalah untuk keperluan manusia dan
binatang ternak mereka. Sebagaimana disebutkan dalam tafsirweb.com yang mengutip dari tafsir Al-Muyassar, ayat 24-32 menerangkan bahwa
hendaknya manusia merenungkan bagaimana Allah menciptakan makanan bagi manusia
yang menjadi pilar kehidupannya? Kami mencurahkan air hujan ke bumi, kemudian
membelah bumi dengan apa yang keluar darinya berupa berbagai jenis tanaman.
Kami menumbuhkan biji-bijian padanya, anggur dan rumput makanan hewan ternak.
Pohon zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun dan pohon besar, buah-buahan dan
padang savana, kalian menikmatinya. Begitu juga ternak-ternak kalian.
Maka
hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Kamilah yang telah mencurahkan
air melimpah (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu di sana Kami tumbuhkan biji-bijian, dan anggur
dan sayur-sayuran, dan zaitun dan pohon kurma, dan kebun-kebun (yang) rindang,
dan buah-buahan serta rerumputan. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternak-mu (Al-Qur’an Surat ‘Abasa ayat 24-32).
Daftar
Acuan
1. Buku
Asy-Syekh
Hamami Zadah. 2002. Tafsir Surat Yaasiin
sebagai Inti Al-Qur’an. Surabaya: Karya Agung.
Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an
dan Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur.
Bandung: J-Art
Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2001. Cahaya
Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Al-Kahfi- Al-Mukminun. Jilid 4. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2002. Cahaya
Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah - Al-An’am. Jilid 1. Cetakan
ke-2. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Muhammad
Ali Ash-Shabuny. 2002. Cahaya Al-Qur’an,
Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah – Al-An’am. Jilid 1. Cetakan Kedua. Terjemahan:
Munirul Abidin. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
2. Internet
https://tafsir.learn-quran.co/
https://www.keluargamuttaqien.com/2020/05/tafsir-surat-al-furqon-ayat-43-44.html
http://quran.bblm.go.id/
https://alquran-indonesia.com/
https://www.facebook.com/notes/mulyono-atmosiswartoputra/bianatang-ternak/746667332732005/
Tidak ada komentar :
Posting Komentar