Burung Hud-hud
(Sumber gambar: http://dreamhighfantasia.blogspot.com/
2012/04/tanya-sama-itu-hud-hud.html)
Hud-hud adalah
nama burung sejenis burung pelatuk. Nama Latinnya upupa epops, termasuk
keluarga upupidae. Burung yang dapat ditemukan di Afrika, Asia, dam
Eropa ini memiliki paruh yang tipis dengan jambul atau mahkota di bagian
kepalanya. Bulu-bulunya didominasi warna coklat kekuningan, sedang ekor dan
sayapnya berwarna hitam pekat dan putih.
Burung hud-hud
dalam membangun sarangnya dengan mencari atau membuat lubang di batang pohon
maupun tebing. Untuk menangkal predator, burung hud-hud betina dan anak-anaknya mengeluarkan bau busuk
supaya predator menyingkir sehingga mereka tetap aman di dalam sarangnya. Selain itu, anak-anak burung hud-hud juga mampu menangkal predator
dengan cara mengarahkan kotoran mereka secara strategis. Burung hud-hud muda
menggunakan paruh dan sayapnya untuk melawan penyusup, bahkan membuat suara
mendesis yang mampu membuat predator merasa terancam. Burung hud-hud juga mampu
terbang dengan jarak tempuh yang sangat jauh.
Burung hud-hud
termasuk salah satu burung yang disebut secara spesifik dalam Al-Qur’an.
Hud-hud disebut sebanyak satu kali, yakni dalam Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 20
Dan dia
memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak
hadir?”.
Burung ini,
sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an, dapat berbicara dengan Nabi Sulaiman
dan dapat disuruh seperti layaknya manusia. Kisah mengenai burung hud-hud ini
terdapat dalam Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 20-28.
Pada suatu
hari Nabi Sulaiman mengadakan apel besar bagi seluruh bala-tentaranya yang
terdiri atas golongan manusia, jin, dan burung. Bala tentara tersebut diperiksa
satu per satu oleh Nabi Sulaiman.
“Mengapa
burung hud-hud tidak kelihatan?”, tanya Nabi Sulaiman kepada para prajuritnya ketika
beliau tidak melihat burung hud-hud tidak ada dalam barisan apel. “Apakah ia
termasuk yang tidak hadir?”, lanjut Nabi Sulaiman. “Sungguh dia akan saya azab
dengan azab yang keras, atau saya sembelih, jika tidak dapat memberikan alasan
yang jelas”.
Tidak lama
kemudian burung hud-hud itu datang.
“Maafkan
saya ya nabi, atas keterlambatan saya. Saya terlambat datang karena baru saja
pergi dari negeri Saba’. Saya membawa kabar yang belum pernah Anda ketahui. Di
sana, di negeri Saba’, ada seorang raja perempuan yang dianugerahi segala
sesuatu dan memiliki singgasana yang besar. Sayangnya, saya melihat raja
perempuan tersebut dan rakyatnya tidak menyembah Allah, melainkan menyembah
matahari. Mereka terbuai oleh bujukan setan, sehingga memandang indah apa yang
mereka lakukan. Mereka betul-betul tersesat, tidak mendapat petunjuk Allah, dan
tidak pula menyembah-Nya, padahal Allah-lah yang telah memberikan kenikmatan
kepada mereka. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Dialah yang memiliki ‘Arsy
yang agung”, kata burung hud-hud menjelaskan panjang lebar alasan
keterlambatannya kepada Nabi Sulaiman.
“Akan saya
buktikan, apakah beritamu itu benar atau kamu bermaksud mendustaiku”, kata Nabi
Sulaiman. “Pergilah kembali ke negeri Saba’, dan bawalah surat ini. Jatuhkanlah
surat ini ke hadapannya, lalu bersembunyilah kamu, dan dengarkan apa yang
mereka bicarakan”, lanjut Nabi Sulaiman.
Burung
hud-hud melaksanakan perintah Nabi Sulaiman. Ia terbang lagi menuju negeri
Saba’. Sesampai di sana, dikerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Nabi
Sulaiman. Dijatuhkanlah surat itu di tempat Ratu Saba’ biasa berada. Burung
hud-hud kemudian bersembunyi, sambil menguping apa yang dibicarakan oleh Ratu
Saba’.
Al-Qur’an
hanya membicarakan burung hud-hud sampai di sini. Ayat berikutnya menceritakan
kelanjutan cerita tersebut.
Setelah
menerima surat tersebut, Ratu Saba’ kemudian memusyawarahkan dengan para
pembesar kerajaan. Mereka dimintai pertimbangan terkait surat Nabi Sulaiman. Menurut
para pembesar kerajaan, surat Nabi Sulaiman tak lebih hanyalah ancaman yang tak
perlu ditakutkan. Kerajaan Saba’ adalah kerajaan besar dan kuat, siap melakukan
peperangan bila dikehendaki. Akan tetapi, kata para pembesar, semua keputusan
diserahkan kepada Ratu Saba’.
Singkat
cerita, Ratu Saba’ yang oleh para mufasir dianggap bernama Bulqis atau Balqis
atau Bilqis itu akhirnya meninggalkan agama lamanya, beralih menjadi beriman
kepada Allah. Ia berserah diri kepada Allah bersama Sulaiman.
Daftar Pustaka
1.
Buku
Ahmad Rabi’ Abdul Mun’im. 2009. Pesona Ratu Bilqis, The Queen of Saba. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ahmad Zainal Abidin. 2014. Kaya
Seperti Nabi Sulaiman. Jogjakarta: Sabil.
Fatchur Rochman AR. 1995. Kisah-kisah Nyata dalam Al Qur’an. Surabaya: Apollo.
Majdiy
Muhammad asy-Syahawiy. 2003. Kisah-kisah
Binatang dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Rizem Aizid. 2011. Siapakah
Sebenarnya Ratu Balqis? Jogjakarta: Sabil.
Shalah Al Khalidy. 2000. Kisah-kisah Al-Qur’an, Pelajaran dari
Orang-orang Dahulu. Jilid
3. Jakarta: Gema Insani Press.
Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam “Al Hikmah”. 1993. Terjemah Al-Qur’an Secara Lafzhiyah, Penuntun
Bagi yang Belajar. Jakarta: Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam “Al
Hikmah”.
2. Internet
https://langit7.id/read/6192/1/fakta-burung-hudhud-salah-satu-pasukan-nabi-sulaiman-1635246604
https://www.facebook.com/notes/mulyono-atmosiswartoputra/kisah-burung-hud-hud/10202185858030112/
https://www.greeners.co/flora-fauna/burung-hud-hud-si-cantik-yang-tersohor-di-seluruh-dunia/
Tidak ada komentar :
Posting Komentar