Kamis, 24 Februari 2022

ULAR

 

Ular

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Ular)

Ular, menurut Wikipedia, adalah kelompok reptilia tidak berkaki dan bertubuh panjang yang tersebar luas di dunia. Secara ilmiah, semua jenis ular dikelompokkan dalam satu sub-ordo, yaitu Serpentes dan juga merupakan anggota dari ordo Squamata (reptilia bersisik) bersama dengan kadal.   

Meskipun ular cenderung menghindar daripada berhadapan dengan manusia, tapi banyak orang yang takut pada ular. Hal ini disebabkan orang takut digigit, terlebih jika ular itu memiliki bisa yang mematikan.

Dalam mencari mangsa, ular termasuk hewan yang sabar. Ketika menargetkan mangsanya, ia dapat menunggu dan memantau selama berjam-jam untuk menerkamnya. Untuk mendekati mangsanya, ular bergerak secara perlahan. Namun demikian, ketika memutuskan untuk menerkam, ular bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Ular dapat hidup di semua tipe habitat, seperti hutan, padang rumput, gurun atau padang pasir, sungai, danau, dataran tinggi, perkebunan, persawahan, laut, dan juga pemukiman manusia.

Ular disebut beberapa kali dalam Al-Qur’an, dan semuanya berhubungan dengan kisah Nabi Musa. Dalam Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 107, Surat Thāhā ayat 20, Surat An-Naml ayat 10, dan Surat Al-Qashash ayat 31, ular disebut dalam hubungannya dengan Nabi Musa saat menerima wahyu.

 

Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya (Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 107).

 

Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat (Al-Qur’an Surat Thāhā ayat 20). 

 

Dan lemparkanlah tongkatmu”. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku (Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 10).

 

Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru), “Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman (Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 31).

 

Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 103-171, Surat Thāhā ayat 9-98, dan Surat Qashash ayat 1-43 berisi kisah Nabi Musa. Dari ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah Nabi Musa, ada kisah saat Nabi Musa menerima wahyu.  

Saat itu Nabi Musa melihat cahaya api yang diturunkan oleh Allah untuknya. Nabi Musa pun mendatangi cahaya api itu. Seperti sudah diceritakan dalam tulisan “Domba dan/atau Kambing”, ketika berada di lembah yang suci Thuwa, Nabi Musa diberi tahu bahwa oleh Allah bahwa Ia telah memilih Musa untuk menjadi utusan-Nya. Allah  memerintahkan kepada Musa dan umatnya agar menyembah Allah semata,  melaksanakan perintah shalat, dan diberi tahu bahwa kiamat itu akan datang.  

 Allah kemudian menanyakan kepada Musa tentang benda yang ada di tangan kanannya.

 “Ini adalah tongkatku. Aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan daun-daun dengan tongkat ini untuk memberi makanan kambingku. Bagiku, tongkat ini masih ada lagi manfaat yang lain”, jawab Nabi Musa.

“Lemparkanlah tongkat itu, wahai Musa!”.

 Nabi Musa pun melempar tongkat itu, dan seketika berubah menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Mengetahui tongkatnya berubah menjadi ular yang gesit, Nabi Musa pun berbalik ke belakang dan lari tanpa menoleh.

“Peganglah ia dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya pada keadaan semula”, perintah Allah kepada Nabi Musa.

Nabi Musa mengikuti perintah Allah. Dipegangnya ular tersebut, dan seketika ular tersebut berubah menjadi tongkat kembali.

Sementara ular yang disebut dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’arā’ ayat 32, berhubungan dengan Nabi Musa ketika berhadapan dengan Fir’aun.

 

Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata (Al-Qur’an Surat Asy-Syu’arā’ ayat 32).

 

Dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’arā’, kisah Nabi Musa diceritakan mulai ayat 10 hingga ayat 68 yang di dalamnya ada dialog antara Nabi Musa dengan Fir’aun.

Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk mendatangi kaum yang zalim, yakni kaum Fi’aun, mengapa mereka tidak bertakwa.

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakanku yang mengakibatkan dadaku sesak dan lidahku tidaklah lancer untuk menyampaikan dakwah. Oleh karena itu, utuslah Malaikat Jibril kepada saudaraku, Harun, agar ia dapat membantuku, dan membenarkan apa-apa yang aku katakan, dan menjelaskan kepada mereka apa-apa yang aku sampaikan, karena dia lebih jelas dalam berbicara. Aku juga punya dosa terhadap mereka, karena  pernah membunuh seorang lelaki dari mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku”, kata Nabi Musa.

Allah berfirman, “Jangan takut, karena mereka tidak akan dapat membunuhmu. Pergilah kalian berdua (bersama Harun) dengan membawa mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran kalian berdua. Sesungguhnya Kami bersama kalian berdua dan mendengarkan apa-apa yang merka katakan. Datangilah Fir’aun, dan katakanlah kepadanya, ‘Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Allah, Tuhan alam semesta. Oleh karena itu, lepaskanlah orang-orang Bani Israil agar pergi bersama kami.”

“Bukankah dahulu kami telah mengasuhmu sewaktu kamu masih kecil, dan kamu tinggal di dalam perawatan kami sekian tahun dari usiamu. Kemudian kamu berbuat kejahatan dengan membunuh seorang lelaki dari kaumku, ketika kamu memukul dan mendorongnya, dan kamu termasuk orang-orang yang melupakan kenikmatan-kenikmatan dariku”, jawab Fir’aun.

“Aku memang telah melakukan apa yang kamu katakan, dan waktu itu saya termasuk orang yang khilaf. Aku kemudian melarikan diri ke negeri Madyan, karena aku takut kalian akan membunuhku karena apa yang telah aku perbuat tanpa sengaja. Kemudian Tuhanku menganugerahiku kenabian dan ilmu, sebagai bentuk kemurahan dari-Nya bagiku, dan menjadikanku termasuk di antara utusan-Nya. Pengasuhan terhadapku dahulu kamu anggap sebagai budi baik, padahal kamu telah memperbudak orang-orang Bani Israil”, jawab Nabi Musa.

"Siapa Tuhan semesta alam itu?”, tanya Fir’aun kepada Nabi Musa.

 "Tuhan pencipta langit dan bumi serta apa-apa yang di antara keduanya, jika kamu sekalian benar-benar mempercayai-Nya”, jawab Nabi Musa.

Fir'aun berkata kepada para pemuka kaumnya yang ada di sekelilingnya, "Apakah kalian tidak mendengarkan jawaban Musa yang penuh dengan klaim dusta?"

"Allah-lah Tuhan kalian dan Tuhan nenek moyang kalian yang dahulu”,

"Sesungguhnya orang yang mengklaim bahwa ia adalah Rasul yang diutus kepada kalian, benar-benar orang gila”, kata Fir’aun.

 “Tuhan yang menguasai timur dan barat serta semua yang ada di antara keduanya, itulah Tuhanmu, jika kalian orang-orang yang berakal”, jawab Nabi Musa.

“Bila kamu menyembah sesembahan selain aku, aku benar-benar akan memenjarakanmu bersama orang-orang yang aku penjarakan.”, kata Fir’aun mengintimidasi.

“Meskipun akan aku tunjukkan kepadamu suatu keterangan yang nyata atas kebernaranku?”,  Nabi Musa balik bertanya.

“Tunjukkanlah apa yang kamu katakan, jika kamu orang yang benar”, kata Fir’aun.

Nabi Musa kemudian melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu berubah menjadi ular yang benar-benar ular, bukan suatu tipu daya ilusi sebagaimana yang dilakukan oleh para tukang sihir.

Lalu mengeluarkan tangannya dari dalam lubang bajunya yang terbuka sampai ke dada, tiba-tiba menjadi putih seperti salju yang membelalakkan pandangan orang-orang yang memandang.

Fir’aun berkata kepada para pemuka kaumnya lantaran takut mereka akan beriman, “Sesungguhnya Musa itu seorang tukang sihir yang lihai. Dengan sihirnya, dia hendak mengeluarkan kalian dari negeri kalian. Maka apakah yang kalian usulkan kepadaku terkait dengan dirinya, niscaya aku akan mengikuti pendapat kalian di dalam masalah itu”.

Demikian, ular yang diceritakan dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’arā’ ayat 32.

 

 

Daftar Acuan Ular

 

 

1. Buku

 

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.

 

Fatchur Rochman AR. 1995. Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur’an. Surabaya: Apollo.

 

H. Mahmud Junus. 1987. Tarjamah Al-Quran Al-Karim.Cetakan ke-3. Bandung: PT Al-Ma’arif.

 

Ibnu Katsir. 2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.

 

Judirman Djalimin. 2010. Pembelajaran Moral dari Sifat Binatang. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 

 

Labib Mz. dan Maftuh Ahnan. Tth. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.

 

Maftan. 2005. Kisah 25 Nabi & Rasul. Jakarta: Sandro Jaya.

 

Majdiy Muhammad asy-Syahawiy. 2003. Kisah-kisah Binatang dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

 

Ust. Fatihuddin Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul. Surabaya: Terbit Terang.

 

Moh. Rifai. 1976. Riwayat 25 Nabi dan Rasul. Semarang: CV. Tohaputra.

 

Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 2. Cetakan ke-7. Jakarta: Dian Rakyat.

 

 

2. IntInternet

 

https://id.wikipedia.org/wiki/Ular

 

https://tafsirweb.com/

Tidak ada komentar :