Jumat, 28 Januari 2022

BINATANG TERNAK

Unta, termasuk salah satu binatang ternak.

(Sumber: https://www.medcom.id/rona/kesehatan/xkEGxVpN-kontroversi-manfaat-kencing-unta-menkes-itu-kotoran)


Dalam Al-Qur’an, selain hewan yang namanya disebut secara spesifik, ada juga hewan yang namanya disebut berdasarkan kelompok. Hewan tersebut adalah binatang ternak, yakni sekelompok hewan yang biasa dipelihara oleh masyarakat seperti unta, kambing, sapi, domba, dan lain-lain. Binatang ternak bahkan dijadikan nama surat dalam Al-Qur’an, yakni Surat Al-An’am yang merupakan surat keenam.  

Diabadikannya binatang ternak sebagai nama surat dalam Al-Qur’an, karena dalam surat ini dijelaskan adat-istiadat kaum musyrikin yang biasa memakai binatang ternak untuk sesaji atau untuk mendekatkan diri kepada “tuhan-tuhan” mereka dan hukum-hukum yang berkenaan dengan binatang ternak. Mereka biasa menyembelih binatang ternak untuk dipersembahkan kepada Allah dan “tuhan-tuhan” mereka yang berbentuk patung. Jadi, di sini mereka benar-benar mempersukutukan Allah. Di samping itu, mereka juga berprasangka bahwa sesaji yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah, akan tetapi sesaji yang diperuntukkan bagi Allah akan sampai kepada berhala-berhala mereka. Inilah ayat yang menunjukkan bahwa sesaji yang mereka buat, selain untuk Allah, juga untuk “tuhan-tuhan” mereka.

 

Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan binatang ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka, “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah keterangan mereka (Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 136).

 

Selain mempersekutukan Allah, mereka juga sering membuat hukum yang berkenaan dengan binatang ternak. Menurut anggapan mereka, ada binatang ternak yang tidak sembarang orang boleh memakannya kecuali yang ditentukan oleh mereka; ada binatang ternak yang diharamkan untuk ditunggangi; dan ada binatang ternak yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah, yakni binatang ternak yang disembelih untuk berhala.

 

Dan mereka mengatakan, "Inilah hewan ternak dan tanaman yang dilarang; tidak boleh memakannya, kecuali orang yang kami kehendaki", menurut anggapan mereka, dan ada binatang ternak yang diharamkan menungganginya dan ada binatang ternak yang mereka tidak menyebut nama Allah waktu menyembelihnya. (Anggapan-anggapan mereka) semata-mata membuat-buat kedustaan terhadap Allah. Kelak Allah akan membalas mereka terhadap apa yang selalu mereka ada-adakan (Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 138).

 

Mereka juga biasa membuat ketetapan sendiri seperti anak hewan yang ada di dalam perut binatang yang dilarang ditunggangi tadi adalah khusus untuk laki-laki dan diharamkan untuk perempuan. Akan tetapi jika anak hewan itu lahir dalam keadaan mati, maka bangkainya boleh dimakan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Ketetapan ini jelas  di luar yang ditetapkan oleh Allah.

 

Dan mereka mengatakan, “Apa yang dalam perut binatang ternak ini adalah khusus untuk laki-laki kami dan diharamkan atas perempuan kami”, dan jika yang dalam perut itu dilahirkan mati, maka laki-laki dan perempuan sama-sama boleh memakannya. Kelak Allah akan membalas mereka terhadap ketetapan mereka. Sesungguhnya Allah Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui (Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 139).

 

Itulah beberapa contoh terkait adat-istiadat kaum musyrikin yang berhubungan dengan binatang ternak. Selain yang disebut dalam Surat Al-An’am, binatang ternak juga disebut dalam surat-surat lain dalam Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 204-207 misalnya, binatang ternak disebut dalam hubungannya dengan adanya dua golongan manusia: golongan yang sesat dan golongan yang mendapat petunjuk. Menurut Muhammd Ali Ash-Shabuny, golongan yang sesat adalah golongan yang menjual dirinya kepada setan, yang berjalan di bawah naungan benderanya, yang tidak memiliki hasrat kecuali berbuat semaunya sendiri di dunia dan menciptakan kerusakan. Sementara golongan satunya lagi adalah golongan yang mendapat petunjuk, yang menjual dirinya kepada Ar-Rahman, yang berusaha mendapatkan keridhaannya. Di bawah ini ayat yang berhubungan dengan golongan orang yang sesat.

 

Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan kamu (Muhammad), dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras. Dan apabila dia berpaling (darimu), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan (Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 204-205).

 

Menurut para mufasir, ayat tersebut turun sehubungan dengan Al-Akhnas bin Syuraiq yang mendatangi Rasulullah seraya menampakkan keislamannya dan bahkan bersumpah mencintai Allah dan rasul-Nya. Padahal, ia adalah orang munafik yang memendam kejahatan di dalam hati, namun dia menampakkan kebaikan. Ketika dia keluar dari tempat Rasulullah, dan melewati tanaman dan kandang keledai milik orang-orang muslim, maka dia membakar tanaman dan membunuh keledai-keledai itu. Bila diingatkan, maka bangkitlah kesombongannya.

 

Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh (neraka Jahanam itu) tempat tinggal yang terburuk (Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 206).

 

Sementara golongan yang mendapat petunjuk, adalah orang-orang baik, pilihan, dan yang mendapat petunjuk Allah.

 

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya (Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 207).

 

Berbeda dengan yang tertuang dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah, binatang ternak yang disebut dalam Surat Āli ‘Imrān berhubungan dengan manusia yang tertipu oleh syahwat dunia. Betapa banyak kehidupan dunia yang memperdayai manusia. Mereka begitu mencintai dan berasyik dengan syahwat dunia dan lalai taat kepada Allah. Allah menyebutkan syahwat yang pertama adalah syahwat kepada perempuan, kemudian disusul syahwat kepada anak-anak, harta, binatang ternak, sawah, dan ladang.

 

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: perempuan-perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Al-Qur’an Surat Āli ‘Imrān ayat 14).

 

Binatang ternak disebut juga dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 1. Menurut Muhammd Ali Ash-Shabuny, ayat ini berhubungan dengan janji dan sumpah setia antara manusia dengan Rabb-nya, di samping antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Perjanjian yang disebutkan dalam ayat ini adalah perihal yang dihalalkan dan yang diharamkan oleh Allah. Yang dihalalkan adalah semua daging binatang ternak, seperti unta, sapi, dan domba setelah disembelih secara syar’i, kecuali yang diharamkam oleh Allah, yaitu bangkai, darah, daging babi, dan lain-lain yang memang diharamkan. Allah juga mengharamkan secara khusus kepada orang yang sedang ihram untuk berburu, sebab orang yang ihram sedang beribadah dan melaksanakan manasik, sehingga semua makhluk harus aman di sekitarnya, baik manusia maupun hewan.

 

Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki (Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 1).

 

Sementara Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 95 berisi larangan membunuh binatang buruan saat berihram. Jika hal itu dilanggar, maka dendanya adalah mengganti dengan binatang ternak yang seimbang dengan hewan buruan yang dibunuhnya, atau membayar kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makan yang dikeluarkan, supaya ia merasakan akibat buruk dari perbuatannya.

 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barang siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barang siapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa (Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 95).

 

Binatang ternak juga disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 179. Dalam ayat ini binatang ternak dipakai sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang lalai. Seperti dijelaskan oleh Allah, yang akan menjadi penghuni neraka kebanyakan adalah jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, mata, dan telinga, tapi tidak mau menggunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah, tidak mau  menggunakan matanya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan tidak mau menggunakan telinganya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu diibaratkan seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi dibandingkan binatang ternak. Yang seperti mereka termasuk orang-orang yang lalai.

 

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 179).

 

Dalam Al-Qur’an Surat Yūnus ayat 24, binatang ternak disebut dalam hubungannya dengan kehidupan duniawi. Jalalain dalam tafsirnya yang disebutkan dalam https://tafsir.learn-quran.co/, kehidupan duniawi itu, seperti air hujan yang diturunkan oleh Allah dari langit, lalu tumbuh berbagai tanaman dengan suburnya berkat air tadi. Berbagai macam tanaman tadi ada yang dimakan manusia seperti jewawut, biji gandum, dan sebagainya; ada juga yang dimakan binatang ternak seperti rerumputan dan dedaunan. Tatkala bumi telah menampakkan keindahannya berkat tumbuh-tumbuhan yang hidup subur dan berbunga (hingga seperti perhiasan), para pemiliknya mengira bahwa mereka pasti akan memetik hasilnya. Namun tiba-tiba datanglah azab Allah di waktu malam ataupun siang hari, lalu dijadikan berbagai macam tanaman tadi laksana tanam-tanaman yang sudah disabit atau dipanen, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikian, Allah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada orang-orang berpikir.

 

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berpikir (Al-Qur’an Surat Yūnus ayat 24).

 

Allah menciptakan binatang ternak seperti unta, sapi, domba dan yang lain adalah untuk kemaslahatan manusia. Di antara kemaslahatan tersebut adalah bahwa pada diri hewan itu ada bulu yang dapat menghangatkan tubuh manusia dari hawa dingin jika dijadikan pakaian maupun kasur; dan berbagai manfaat lainnya seperti susu untuk diminum, kulit untuk dijadikan tenda; dan sebagian yang lain dapat dimakan.

 

Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan (Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 5).

 

Selain untuk kemaslahatan, pada binatang ternak juga terdapat pelajaran bagi manusia. Mari kita bayangkan. Allah memberi minum manusia dari binatang-binatang ternak seperti unta, sapi, dan domba berupa susu segar. Susu segar ini keluar di antara apa yang dikandung dalam perut hewan-hewan tersebut, yakni kotoran dan darah. Kendati demikian, susu tadi tidak bercampur sedikitpun dengan kotoran dan darah, baik dari segi rasa, bau, maupun warnanya, sehingga mudah ditelan oleh orang-orang yang meminumnya.

 

Sesungguhnya pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari sebagian apa yang ada dalam perutnya, dari antara kotoran dan darah, (berupa) susu murni yang mudah ditelan oleh orang-orang yang meminumnya (Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 66).

 

Kulit binatang ternak juga dapat dijadikan rumah atau tenda, baik saat bepergian maupun untuk bermukim. Sementara bulu-bulunya, seperti bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing dapat dijadikan alat-alat atau perabot rumah tangga atau perhiasan sampai batas waktu tertentu.

 

Dan Allah menjadikan rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya pada waktu kamu bepergian dan pada waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan kesenangan (perhiasan) sampai waktu (tertentu) (Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 80).

 

Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 28-30, menurut Muhammad Ali Ash-Shabuny, menyebut binatang ternak dalam hubungannya dengan hikmah dan tujuan pelaksanaan haji ke Baitullah. Orang-orang mukmin datang ke Baitullah untuk memenuhi seruan-Nya, agar mereka menyaksikan berbagai macam manfaat bagi dirinya, baik manfaat dunia maupun agama. Di samping itu, juga agar mereka memuji Allah; bersyukur kepada-Nya pada hari-hari kurban atas apa yang diberikan dan direzekikan kepada mereka dari berbagai hewan ternak seperti unta, sapi, dan kambing, lalu mereka menyembelihnya sebagai rasa syukur kepada Allah dan wahdaniyah-Nya, tidak seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik yang menyembelih hewan untuk berhala. Makanlah daging kurban, dan berikanlah sebagian daging kurban tersebut kepada orang-orang fakir dan miskin. Setelah menyembelih kurban, hendaklah mereka membersihkan kotoran yang menempel di badan mereka, mencukur rambut, memotong kuku, dan juga mencukur sebagian kumis. Yang dimaksud membersihkan kotoran dan tahallul dari ihram ialah dengan mencukur rambut dan memendekkannya. Di samping itu, hendaklah mereka memenuhi nazar-nazar yang berupa perbuatan kebajikan, dan hendaklah mereka melakukan thawaf ifadhah di Ka’bah. Barang siapa yang menjauhi kedurhakaan terhadap Allah dan hal-hal yang diharamkan-Nya, merasakan ketakutan di dalam dirinya jika dia melanggar hal-hal dihormati, yang pelaksanaannya merupakan dosa besar, maka dia mendapat pahala yang besar. Dia meninggalkannya karena takut kepada Allah. Telah dihalalkan bagi mereka binatang ternak selain yang dikecualikan Allah di dalam kitab-Nya, yaitu yang berupa bangkai, yang tercekik, yang diterkam binatang buas, dan yang disembelih untuk selain Allah dan seterusnya. Jika benar-benar dalam iman, maka jauhilah hal-hal kotor dan najis, seperti penyembahan berhala dan patuh kepada setan, serta jauhi perkataan-perkataan dusta.

 

Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka dan melakukan thawaf sekeliling rumah tua (Baitullah). Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta (Al-Qur’an Surat Hajj ayat 28-30).

 

Sementara Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 34 menyebut binatang ternak dalam hubungannya dengan penyembelihan hewan kurban yang harus menyebut nama Allah.

 

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah) (Al-Qur’an Surat Hajj ayat 34).

 

Isi Al-Qur’an Surat Al-Mukminūn ayat 21 hampir sama dengan isi Surat An-Nahl ayat 66, yakni bahwa pada binatang ternak terdapat pelajaran bagi manusia. Allah memberi minum air susu kepada manusia dari binatang ternak seperti unta, sapi, domba, dan kambing, padahal air susu tersebut keluar di antara apa yang dikandung dalam perut hewan tersebut, yakni kotoran dan darah, namun susu tadi tidak bercampur sedikitpun dengan kotoran dan darah, baik dari segi rasa, bau, maupun warnanya. Selain itu, pada diri binatang ternak juga terdapat banyak manfaat untuk manusia, seperti daging, kulit, bulu, dan tenaganya. Dagingnya dapat dimakan sebagai makanan yang lezat dan bergizi. Sementara Surat Al-Mukminūn ayat 22 menyebutkan sebagian dari binatang ternak itu, termasuk juga perahu-perahu, dapat menjadi moda transportasi.

 

Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu. Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan. Dan di atas punggung binatang-binatang ternak itu dan (juga) di atas perahu-perahu kamu diangkut (Al-Qur’an Surat Al-Mukminūn ayat 21-22).

 

Binatang ternak juga disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 44. Sebagaimana kita ketahui dari ayat 41-44, binatang ternak disebut dalam hubungannya dengan keburukan kaum musyrikin dan kesesatan mereka, serta kesenangannya mengikuti hawa nafsu sebagai pengganti dari mengikuti kebenaran. Apabila mereka (kaum musyrik) melihat Rasulullah, mereka hanya menjadikan beliau sebagai bahan ejekan dengan mengatakan, “Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul? Sungguh, dia hampir saja menyesatkan kita dari sembahan kita, seandainya kita tidak dapat bertahan menyembahnya”. Kelak, mereka akan mengetahui siapa yang paling sesat pada saat mereka melihat azab. Selanjutnya, melalui bentuk pertanyaan, Allah menunjukkan dan meyakinkan kepada Rasulullah bahwa kaum musyrikin adalah kaum yang menjadikan hawa nafsu sebagai sesuatu yang diikuti dan dituruti. Mereka tidak mau menerima dakwah tauhid. Allah lebih tegas lagi menyatakan bahwa orang yang demikian itu adalah orang yang tidak mau mendengar ajakan tauhid kemudian memahaminya sebagai kebenaran. Mata, telinga dan hati mereka telah terkunci, tidak mau menerima dakwah Islam. Orang yang seperti ini tak ubahnya seperti binatang ternak, atau bahkan lebih rendah darinya. Mengapa? Binatang saja masih menurut pada majikannya, sementara orang musyrik  tidak mau menuruti perintah Allah yang telah memberinya kehidupan dan berbagai fasilitas yang ada.

 

Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan), “Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul? Sungguh, hampir saja dia menyesatkan kita dari sesembahan kita, seandainya kita tidak tetap bertahan (menyembah)nya”. Dan kelak mereka akan mengetahui pada saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. Sudahkah kamu (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah kamu akan menjadi pelindungnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya (Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 41-44).

 

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 49, binatang ternak disebut dalam hubungannya dengan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. Ayat sebelumnya menyebutkan bahwa Allah-lah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira akan turunnya hujan yang merupakan rahmat atas hamba-hamba-Nya. Dengan diturunkannya air hujan yang sangat bersih, agar Allah menghidupkan tanah tandus yang tidak memiliki tumbuh-tumbuhan, dan agar Allah memberi minum sebagian besar makhluk ciptaan-Nya, baik binatang ternak maupun manusia dalam jumlah yang banyak.

 

Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak (Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 48-49).

 

Binatang ternak dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara’ ayat 133 disebut dalam hubungannya dengan anugerah Allah kepada kita. Seperti disebut dalam ayat 132-134, Allah memerintahkan kepada kita agar bertakwa kepada-Nya yang telah memberi berbagai kenikmatan yang kita ketahui, baik itu berupa binatang ternak, anak keturunan, kebun-kebun yang subur, maupun mata air yang segar.  

 

Dan tetaplah kamu bertakwa kepada-Nya yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia (Allah) telah menganugerahkan kepadamu binatang ternak dan anak-anak, dan kebun-kebun, dan mata air (Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara’ ayat 132-134).

 

Binatang ternak dalam Al-Qur’an Surat Yāsīn ayat 71 dipakai oleh Allah untuk mengingatkan orang-orang yang mengingkari, apakah mereka tidak melihat bahwa Allah telah menciptakan binatang ternak untuk mereka, dan menjinakkannya untuk mereka pula.

 

Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? (Al-Qur’an Surat Yāsīn ayat 71).

 

Binatang ternak juga disebut dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 6. Ayat ini, menurut tafsir Al-Muyassar sebagaimana dikutip dalam https://tafsirweb.com/, Tuhanmu telah menciptakanmu dari Adam, dan darinya Allah menciptakan istrinya, dan Dia juga menciptakan delapan jenis binatang ternak, yaitu jantan dan betina dari unta, sapi, kambing, dan domba. Allah menciptakanmu dalam rahim ibumu, fase demi fase dalam kegelapan perut, rahim, dan selaput yang menutupimu dalam rahim. Itulah Allah yang menciptakan semua ini. Tuhanmu pemilik tunggal segala kerajaan, yang diesakan dengan ibadah dan yang berhak untuk disembah, maka bagaimana kamu berpaling dari penyembahan kepada-Nya?  

 

Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan? (Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 6).

 

Binatang ternak disebut dalam Al-Qur’an Surat Ghafir atau Al-Mukmin ayat 79-80 dalam hubungannya dengan manfaat binatang ternak itu sendiri. Seperti disebut dalam Tafsir Al-Muyassar yang dikutip dalam tafsirweb.com, sebagian binatang ternak itu untuk dipakai sebagai sarana transportasi, sebagian lagi untuk dimakan, dan manfaat-manfaat lain. Dengan mengendarai binatang ternak tersebut, seperti unta, orang dapat sampai ke negeri-negeri jauh sesuai keinginan yang ada di dalam dada orang tersebut. Di atas hewan tersebutlah orang diangkut di daratan, sebagaimana diangkut oleh kapal di lautan.

 

Allah-lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan. Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada binatang ternak itu untuk kamu dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu dapat diangkut dengan mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera. (Al-Qur’an Surat Ghafir atau Surat Al-Mukmin ayat 79-80).

 

Dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura ayat 11, binatang ternak disebut dalam hubungannya dengan penciptaan manusia yang berpasang-pasangan dan binatang ternak yang juga berpasang-pasangan. Tafsirweb.com yang mengutip dari Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah menyebutkan bahwa Allah pencipta tujuh langit dan bumi, menciptakan bagimu pasangan dari jenismu sendiri agar kalian merasakan ketenteraman padanya. Juga menciptakan bagi kalian unta, sapi, dan kambing yang berpasang-pasangan pula. Dia menjadikan kalian berkembang biak dan menyebar ke berbagai tempat. Tidak ada makhluk yang serupa dengan-Nya; Dia Maha Mendengar seluruh perkataan dan Maha Melihat segala kejadian.   

 

(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat (Al-Qur’an Surat Asy-Syura ayat 11).

 

Dalam Al-Qur’an Surat Az-Zukhruf ayat 12, binatang ternak disebutkan dalam hubungannya sebagai kendaraan atau tunggangan seperti tersebut dalam Al-Qur’an Surat Ghafir atau Surat Al-Mukmin ayat 80. Sementara Allah yang menciptakan semua berpasang-pasangan, seperti laki-laki perempuan, jantan betina, siang malam, panas dingin dan sebagainya, tentunya juga dapat diterapkan untuk binatang ternak yang diciptakan berpasang-pasangan pula.

 

Dan yang menciptakan semua berpasang-pasangan dan menjadikan kapal untukmu dan binatang ternak yang kamu tunggangi (Al-Qur’an Surat Az-Zukhruf ayat 12).

 

 Binatang ternak juga disebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nazi’at ayat 33. Dari ayat 31 hingga ayat 33 dapatl diketahui bahwa Allah memancarkan mata air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, dan memancangkan gunung-gunung dengan teguh di muka bumi, semua itu adalah untuk keperluan manusia dan binatang ternak milik mereka.

 

Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternak-mu (Al-Qur’an Surat An-Nazi’at ayat 31-33).

 

Binatang ternak yang disebut dalam Al-Qur’an Surat ‘Abasa ayat 32 dipakai untuk menjelaskan bahwa yang diciptakan oleh  Allah adalah untuk keperluan manusia dan binatang ternak mereka. Sebagaimana disebutkan dalam tafsirweb.com yang mengutip dari tafsir Al-Muyassar, ayat 24-32 menerangkan bahwa hendaknya manusia merenungkan bagaimana Allah menciptakan makanan bagi manusia yang menjadi pilar kehidupannya? Kami mencurahkan air hujan ke bumi, kemudian membelah bumi dengan apa yang keluar darinya berupa berbagai jenis tanaman. Kami menumbuhkan biji-bijian padanya, anggur dan rumput makanan hewan ternak. Pohon zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun dan pohon besar, buah-buahan dan padang savana, kalian menikmatinya. Begitu juga ternak-ternak kalian.

 

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu di sana Kami tumbuhkan biji-bijian, dan anggur dan sayur-sayuran, dan zaitun dan pohon kurma, dan kebun-kebun (yang) rindang, dan buah-buahan serta rerumputan. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternak-mu (Al-Qur’an Surat ‘Abasa ayat 24-32).

 

 

 

 

Daftar Acuan

 

 

 

1. Buku

 

Asy-Syekh Hamami Zadah. 2002. Tafsir Surat Yaasiin sebagai Inti Al-Qur’an. Surabaya: Karya Agung.

 

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur. Bandung: J-Art

 

Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2001. Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Al-Kahfi- Al-Mukminun. Jilid 4. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2002. Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah - Al-An’am. Jilid 1. Cetakan ke-2. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2002. Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah – Al-An’am. Jilid 1. Cetakan Kedua. Terjemahan: Munirul Abidin. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

 

2. Internet

 

https://tafsir.learn-quran.co/

 

https://tafsirweb.com/

 

https://www.keluargamuttaqien.com/2020/05/tafsir-surat-al-furqon-ayat-43-44.html

 

http://quran.bblm.go.id/

 

https://alquran-indonesia.com/   

 

https://quran.kemenag.go.id/ 

 

https://www.facebook.com/notes/mulyono-atmosiswartoputra/bianatang-ternak/746667332732005/