Sabtu, 05 Februari 2022

GAJAH

 

 
Gajah (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Gajah)

 

Gajah merupakan mamalia besar dari famili Elephantidae. Ada dua spesies gajah yang diakui secara tradisional, yaitu gajah Afrika  (Loxodonta africana) dan gajah Asia (Elephas maximus). Gajah tersebar di seluruh Afrika sub-Sahara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.    

Gajah termasuk hewan herbivora yang dapat ditemui di sabana, hutan, gurun, dan rawa-rawa. Hewan yang cenderung berada di dekat air ini hidup dalam kelompok keluarga, terutama bagi gajah betina, yang biasanya dipimpin oleh gajah betina tertua. Gajah dapat bergerak ke depan atau ke belakang, tetapi tidak dapat berderap, melompat, atau mencongklang. Mereka hanya memiliki dua gaya berjalan, yaitu berjalan biasa dan berjalan cepat.

Gajah telah dijadikan hewan pekerja paling tidak semenjak masa Peradaban Lembah Indus. Gajah Asia melakukan tugas seperti mengangkut beban ke wilayah terpencil, memindahkan kayu ke truk, membawa wisatawan di Taman Nasional, maupun menarik gerobak.

Dalam sejarah, gajah digunakan sebagai alat perang. Gajah perang dilatih untuk mengambil tentara musuh dan melemparnya ke orang yang mengendarai gajah tersebut atau meletakkannya di tanah dan kemudian menusuknya.

Dalam Al-Qur’an, gajah disebut satu kali, yakni dalam Surat Al-Fīl ayat 1. Bahkan gajah tak hanya sekedar disebut namanya, tapi juga diabadikan sebagai nama surat yang terdiri atas lima ayat: Surat Al-Fīl.

 

1.    Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?

2.   Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?

3.   dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,

4.   yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,

5.    lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

 

Surat ini diberi nama Al-Fīl atau gajah, karena di dalam surat ini terdapat kisah pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, seorang gubernur Yaman beragama Kristen, yang datang ke Makkah dengan tujuan hendak menghancurkan Ka’bah. Allah sengaja mengabadikan peristiwa tersebut untuk mengingatkan kita semua terhadap peristiwa bersejarah yang sangat terkenal di kalangan orang Arab.

Makkah adalah sebuah kota tua yang memiliki sejarah. Di kota ini terdapat sebuah bangunan tua, Ka’bah namanya, yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, beberapa abad silam. Tempat ini selalu ramai dikunjungi banyak orang dari berbagai bangsa dan negara, termasuk di dalamnya dikunjungi oleh penduduk Yaman, dalam rangka menunaikan ibadah haji menurut adat dan cara mereka pada masa itu, yang berbeda dengan ibadah haji yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan umatnya.

Abrahah iri melihat keberhasilan Makkah sebagai pusat ibadah dan ziarah orang-orang dari berbagai bangsa dan negara. Dia ingin negerinyalah yang menjadi tempat kunjungan orang-orang yang beribadah haji. Oleh karena itu, Abrahah lalu membangun sebuah gereja yang sangat besar dan indah di Shan’a, ibukota Yaman kala itu, sebagai “tandingan” Ka’bah yang terletak di Makkah. Tujuannya agar orang-orang meninggalkan Ka’bah dan beralih berkunjung ke gereja yang dibangunnya. Ternyata, impian tak sesuai kenyataan. Bangunan megah dan besar tersebut tak mampu memengaruhi orang-orang. Mereka tak mau berkunjung ke Shan’a, dan tetap memilih Ka’bah di Makkah sebagai kiblat ibadahnya.

Usahanya memalingkan orang-orang secara halus tak berhasil, Abrahah mencari jalan lain. Yang terlintas di benaknya, jika Ka’bah dihancurkan, maka orang-orang tentu akan beralih ke Shan’a dalam melakukan ibadahnya, karena sudah tak ada tandingannya lagi. Itulah sebabnya ia tak ingin berlama-lama untuk melaksanakan niat jahatnya. Segera ia persiapkan sejumlah pasukan bergajah. Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri menyebut jumlah pasukan Abrahah sebanyak 60.000 prajurit. Jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran waktu itu, dan lebih banyak dari jumlah penduduk Makkah.

Setelah semuanya siap, pasukanpun diberangkatkan. Gemuruh suara pasukan yang sedang melakukan perjalanan dari Yaman menuju Makkah terdengar sampai jarak jauh. Di sepanjang perjalanan, Abrahah tidak menemukan suatu perlawanan yang berarti dari orang-orang yang daerahnya dilewati, karena yang melakukan perlawanan tidaklah memiliki kekuatan yang mampu menandingi pasukan Abrahah. Menurut H. Marwan Zein, jarak antara Shan’a dan Makkah ketika itu paling cepat ditempuh dalam waktu 15 hari. Apalagi ini mengedarai gajah yang jalannya lebih lamban dibandingkan unta, tentu ditempuh dalam waktu lebih lama.

Ketika sampai di dekat Makkah, Abrahah dan pasukannya mendirikan kemah. Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah menyebut tempat berkemahnya pasukan Abrahah di  jalan yang menuju ke Thaif  yang dikenal dengan nama Al-Mughallas; Irfan L. Sarhindi menyebut di Mughammis daerah sekitar Mina; sedangkan  H. Marwan Zein menyebut tempat beristirahatnya pasukan Abrahah di dekat pantai Laut Merah.

Abrahah tahu, sebelum menghancurkan Ka’bah, ia harus bertemu dengan pemimpinnya terlebih dahulu. Saat itu, yang menjadi pemimpin di Makkah adalah ‘Abdul Muthalib bin Hasyim. Abrahah mengutus seorang duta untuk menyampaikan surat kepada ‘Abdul Muthalib bin Hasyim.  Isi suratnya antara lain, “Sesungguhnya aku datang bukan untuk memerangi kalian, tapi aku datang hanyalah untuk menghancurkan Ka’bah. Apabila kalian tidak menghalang-halangi maksud kami untuk menghancurkan Ka’bah melalui jalan perang, maka kami tidak akan mengalirkan darah kalian”.

Sebagai pemimpin, ‘Abdul Muthalib bin Hasyim menyadari sepenuhnya bahwa kaum Quraisy tidak mempunyai kekuatan apapun untuk melawan Abrahah dan bala-tentaranya. Oleh karena itu, ‘Abdul Muthalib bin Hasyim berusaha untuk bernegosiasi dengan Abrahah agar tidak menghancurkan Ka’bah. Negosiasi tak membuahkan hasil, karena Abrahah tetap akan menghancurkan Ka’bah.      

 ‘Abdul Muthalib bin Hasyim kembali kepada kaumnya dan memerintahkan mereka agar berlindung di bukit-bukit untuk menghindari bala-tentara Abrahah. Bersama segolongan orang Quraisy, ‘Abdul Muthalib bin Hasyim menuju ke Ka’bah dan memanjatkan doa kepada Allah supaya berkenan mencegah pasukan Abrahah agar mereka tidak merusak Ka’bah. Selesai berdoa, ‘Abdul Muthalib bin Hasyim dan kawan-kawannya menyusul orang-orang Quraisy lainnya yang telah berlindung di bukit-bukit.

Abrahah yang telah bertekad bulat untuk menghancurkan Ka’bah, mengerahkan pasukan bergajahnya menuju Ka’bah. Ketika pasukan gajah itu telah mendekati Ka’bah, gajah-gajah itu tak mau maju. Mereka berhenti. Akan tetapi jika gajah-gajah itu diarahkan ke tempat lain yang tidak mengarah ke Ka’bah, gajah-gajah tersebut mau berjalan. Meskipun para pemilik gajah itu telah berusaha sekuat tenaga agar gajahnya mau maju menuju Ka’bah, gajah-gajah tersebut tetap tak mau melaksanakan perintah tuannya.

Pasukan Abrahah galau menghadapi gajah-gajahnya yang tidak mau maju menuju Ka’bah. Di tengah-tengah kegalauannya, tiba-tiba di langit tampak burung yang berbondong-bondong (thairan abābīl) yang kian lama makin mendekati pasukan Abrahah. Ketika telah dekat, burung-burung tersebut melempari pasukan Abrahah dengan batu yang berasal dari tanah yang terbakar. Setiap orang yang terkena lemparan batu itu mati seketika.

 

 Daftar Acuan  

 

 

 

1.   Buku

 

Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah. 2002. Tafsir Juz ‘Amma Lengkap dan Ilmiah. Cetakan ke-5. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

 

Dedi. 2013. 13 Misteri di Kota Mekkah. Jakarta: Titik Media Publisher.

 

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.

 

H. Mahmud Junus. 1987. Tarjamah Al-Quran Al-Karim. Cetakan ke-3. Bandung: PT Al-Ma’arif

 

H. Marwan Zein. 2009. Ka’bah dalam Realita Sejarah Hingga Kini. Bekasi: Penerbit Rumah Gadang.

 

Irfan L. Sarhindi. 2013. The Lost Story of Ka’bah, Fakta-Fakta Mencengangkan Seputar Baitullah. Jakarta: QultumMedia.

 

Majdiy Muhammad asy-Syahawiy. 2003. Kisah-kisah Binatang dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

 

Namin Asimah Asizun. 2014. Misteri Mukjizat Makkah & Madinah. Jakarta: Publishing Langit.

 

Syaikh DR. Yusuf Al Qaradhawi. 2019. Tafsir Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri. 2018. Sirah Nabawiyah. Cetakan Ke-17. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

 

2.  Internet

 

https://id.wikipedia.org/wiki/Gajah

 

https://indo.wiki/content/Gajah/Gajah%20dan%20manusia.html

 

https://www.facebook.com/notes/mulyono-atmosiswartoputra/gajah/3435550196539923/

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar :