Selasa, 15 Februari 2022

KUDA

 

Kuda

(Sumber: https://situsbelanjaonline.com/hewan/fakta-tentang-kuda-keledai.php).


 

Kuda merupakan salah satu spesies mamalia dari genus Equus. Menurut Wikipedia, walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4500 Sebelum Masehi, namun bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan terjadi sejak 2000 Sebelum Masehi,

Kuda telah memainkan peran yang luas dalam kebudayaan manusia. Hewan ini pertama kali dimanfaatkan sebagai hewan tunggangan oleh suku-suku pengembara (nomaden) di padang rumput dan gurun Asia Tengah dan Utara. Kuda juga dipakai sebagai hewan penarik.

Ketika musim panas, kuda bisa menghabiskan 50 kilogram rumput dalam sehari; sedangkan saat musim dingin, makanannya bisa ditambah dengan jerami dan padi-padian. Kuda suka rasa manis, dan biasanya akan menolak apa pun yang asam atau pahit. Dalam sehari, kuda bisa minum hingga 60 liter, dan akan lebih banyak lagi jika ia hidup di daerah beriklim lebih panas.

Dalam hal penglihatan, kuda bisa melihat lebih baik di malam hari daripada manusia, namum mata kuda butuh waktu lebih lama untuk menyesuaikan dari terang ke gelap dan dari gelap ke terang daripada mata manusia.

Kuda termasuk salah satu hewan yang namanya disebut dalam Al-Qur’an. Bahkan kuda perang diabadikan sebagai nama salah satu surat dalam Al-Qur’an, yakni Surat Al-‘Ādīyat.

Dalam Al-Qur’an Surat Āli ‘Imrān ayat 14 misalya, kuda disebut sebagai salah satu syahwat manusia.

 

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: perempuan-perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Al-Qur’an Surat Āli ‘Imrān ayat 14).

 

Menurut Muhammad Ali Ash-Shabuny, betapa banyak kehidupan dunia ini yang memperdayai manusia, betapa banyak di antara mereka yang lalai taat kepada Allah. Kehidupan dunia ini telah menipu lalu mengalahkan mereka. Begitulah yang dilakukan dunia ini terhadap mereka yang mencintai dan berasyik masuk dengannya, memperdayai mereka dengan keindahan dan syahwatnya, lalu menyeret mereka kepada penderitaan yang memilukan dan penyesalan yang tidak berakhir. Allah memulai dengan menyebut syahwat kepada perempuan, karena cobaan yang datangnya dari perempuan adalah yang paling besar dan kebergantungan kepadanya sangat tampak. Setelah syahwat terhadap perempuan, disebutkan daya tarik terhadap anak-anak, karena anak-anak merupakan buah hati, kesenangan, dan kebahagiaan jiwa. Harta benda (seperti emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, sawah, dan ladang) disebutkan pada urutan ketiga, karena kecintaan manusia kepada anak lebih dominan daripada kecintaannya kepada harta, sehingga dia berani menebus anaknya dengan harta yang melimpah. Sekiranya manusia disuruh memilih antara kehilangan anak dengan kehilangan harta, tentu dia akan memilih kehilangan harta.

Kuda juga disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 60. Menurut para mufasir, ayat ini berbicara tentang perintah Allah kepada umat Islam untuk bersiap-siap menghadapi orang-orang kafir, baik yang secara terang-terangan mengadakan permusuhan ataupun yang belum secara terang-terangan memusuhi. Oleh karena itu, umat Islam diperintahkan untuk mempersiapkan segala kemampuan guna menghadapi mereka, baik persiapan mental maupun persiapan fisik. Di samping itu, juga perlu mempersiapkan tentara berkuda yang ditempatkan di tempat strategis, yang siap menggempur dan menghancurkan setiap serangan musuh dari manapun datangnya.

 

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan) (Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 60).

 

Dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 8, kuda disebut bersama dengan bagal dan keledai dalam kaitannya dengan binatang ternak yang memiliki beberapa manfaat.

 

Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui (Al-Qur’an Surat An-Nal ayat 8).

 

Apabila kita memperhatikan ayat-ayat sebelumnya, terutama dari ayat 5 hingga 8, Allah menjelaskan kepada kita bahwa Ia telah memberi anugerah kepada hamba-Nya dengan diciptakannya binatang ternak yang bulu dan kulitnya dapat dibuat pakaian dan selimut untuk penghangat tubuh. Selain itu, binatang ternak seperti kuda, bagal, keledai, unta, kambing, dan yang lainnya, juga memiliki manfaat lain, seperti diminum susunya dan dimakan dagingnya. Selain manfaat-manfaat tersebut, kita juga dapat memperoleh keindahan dari binatang ternak, baik ketika membawanya kembali ke kandang pada sore hari maupun ketika melepasanya ke tempat pengembalaan di pagi hari. Binatang ternak seperti kuda, bagal, keledai, dan unta juga dapat digunakan untuk tunggangan maupun sebagai alat pengangkut barang-barang.

Kuda disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Isrā’ ayat 64 dalam kaitannya dengan penolakan iblis untuk bersujud kepada Adam.

 

Dan perdayakanlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka (Al-Qur’an Surat Al-Isrā’ ayat 64).

 

Seperti disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Isrā’ ayat 61-65, Allah memerintahkan kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka para malaikat itu bersujud kepada Adam, kecuali iblis. Meskipun iblis bukanlah malaikat, tapi ia juga termasuk yang diperintahkan untuk sujud kepada Adam, tapi ia tidak mau bersujud. 

“Terangkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil”, kata iblis.

Allah berfirman, “Pergilah, tetapi barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sungguh, neraka jahanamlah balasanmu semua, sebagai pembalasan yang cukup. Perdayakanlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka. Sesungguhnya terhadap hamba-hamba-Ku, engkau (iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka. Cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga”.

Dalam Al-Qur’an Surat Shad ayat 31-33, kuda disebut dalam kaitannya dengan latihan kuda pada zaman Nabi Sulaiman yang biasa dilakukan pada sore hari. Saat itu Sulaiman sudah mewarisi kerajaan ayahnya, Nabi Dawud, dan juga telah diangkat sebagai nabi oleh Allah. Pada saat Nabi Sulaiman asyik menyaksikan latihan kuda, terjadilah pergumulan batin. Terus menyaksikan latihan kuda, atau bermunajat kepada Allah karena waktu beribadah sudah tiba.

 

31. (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore.

32. Maka ia berkata, “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.

33. Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”. Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu (Al-Qur’an Surat Shad ayat 31-33).

 

Menurut tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia sebagaimana dikutip  https://pecihitam.org/, Allah menyebutkan salah satu di antara peristiwa yang dihadapi Sulaiman, yang menyebabkan dia pantas mendapat pujian adalah peristiwa saat beliau memeriksa pasukan berkuda yang biasanya dilakukan pada sore hari. Kuda-kuda itu dilatih agar dapat diketahui ketangkasan dan kemampuan geraknya, sehingga memungkinkan untuk dibawa ke medan pertempuran. Di samping itu, juga dilatih kemampuannya untuk mengurangi kecepatannya atau berhenti seketika dan ditingkatkan daya tahannya menghadapi serangan-serangan mendadak. Kuda-kuda itu dilatih sedemikian rupa agar dapat dikendalikan sesuai dengan taktik yang dikehendaki oleh pasukan yang mengendarainya. Ketangkasan kuda ikut menentukan berhasil tidaknya pasukan dalam menguasai medan perang dan mematahkan serangan musuh. Kemudian Allah menjelaskan keadaan Sulaiman pada saat menyaksikan latihan kuda itu. Nabi Sulaiman mengatakan bahwa ia menyukai kuda karena sangat berguna untuk digunakan sebagai alat menegakkan kebenaran dan membela agama Allah. Kesenangannya melatih kuda itu sedemikian dalamnya, sehingga tiap sore hari ia mengunjungi tempat latihan kuda hingga matahari terbenam. Gelapnya malam menghalangi pemandangannya untuk menyaksikan latihan tersebut. Pada saat-saat itulah terjadi pergolakan dalam dirinya, kepentingan manakah yang harus didahulukan di antara kedua kepentingan. Kepentingan pertama ialah kesadaran jiwanya untuk beribadah kepada Allah, sedangkan kepentingan kedua ialah melatih kuda untuk kepentingan menegakkan kebenaran dan membela kalimat tauhid. Dalam keadaan seperti itu, Nabi Sulaiman menyadari bahwa apabila ia menyaksikan latihan berkuda itu hingga larut malam, berarti ia mengabaikan ibadah yang harus ia lakukan. Pada ayat 32, tidak dijelaskan secara terperinci apakah kesenangan Nabi Sulaiman memeriksa latihan kuda itu menyebabkan ia kehilangan waktu untuk melakukan ibadah atau tidak. Begitu pula tidak diterangkan mana yang didahulukan oleh Nabi Sulaiman, memeriksa latihan kuda atau melaksanakan ibadah. Namun yang dapat dipahami dari ayat tersebut ialah pada saat dia asyik menyaksikan latihan kuda, terbetiklah dalam hatinya kesadaran beribadah kepada Allah. Apabila keasyikannya itu dituruti, niscaya berlarut-larut hingga kehilangan kesempatan untuk bermunajat dengan Allah. Pengertian yang patut diambil dari ayat ini ialah pergolakan yang terjadi pada diri Nabi Sulaiman itu ialah penyesalan karena tidak melakukan ibadah kepada Allah pada awal waktunya, karena sibuk menyaksikan latihan kuda. Kemudian ia sadar dan melaksanakannya di akhir waktu. Pada ayat 33, Allah menjelaskan apa yang diperintahkan Nabi Sulaiman kepada para pelatih kudanya. Ia menyuruh pelatihnya agar kuda-kuda itu dibawa kembali kepadanya. Setelah pelatih itu membawa kuda kepadanya, ia pun mendekati. Lalu ia mengusap kaki dan leher kuda sebagai tanda kepuasan Nabi Sulaiman terhadap hasil gemilang yang dicapai kuda-kuda itu. Dengan demikian, kuda itu dapat dipergunakan dalam peperangan untuk menggempur musuh atau untuk mengelakkan serangan-serangan musuh yang datang secara mendadak. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa Nabi Sulaiman hamba Allah yang shaleh, taat beribadah, teliti, dan cermat merencanakan perjuangan untuk menegakkan kalimat tauhid serta mempunyai kesadaran yang tinggi saat-saat menentukan mana yang lebih penting dari yang penting.

Kuda juga disebut dalam Al-Qur’an terkait dengan harta rampasan perang.

 

Dan apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun dan (tidak pula) seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada rasul-Nya terhadap apa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu (Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 6).

 

Menurut tafsir Al-Mukhtashar sebagaimana dikutip https://tafsirweb.com/, ayat di atas berbicara tentang apa yang diberikan oleh Allah kepada rasul-Nya dari harta kekayaan Bani Nair. Ini bukan karena upaya mereka (kaum muslimin) dalam mendapatkannya dengan menunggangi kuda maupun unta, tidak pula dengan kesusahan yang menimpa mereka (kaum muslimin), tapi karena Allah menguasakan kepada rasul-Nya atas orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah telah menguasakan kepada rasul-Nya atas Bani Nair dan menaklukkan negeri mereka dengan damai. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang melemahkan-Nya.

Kuda, khususnya kuda perang, bahkan dijadikan nama surat dalam Al-Qur’an, yakni Surat Al-‘Ādīyat yang merupakan surat ke-110. Surat yang terdiri atas 11 ayat ini menyebut nama “kuda” sebanyak tiga kali, yakni pada ayat ke-1, 2, dan 3.

 

1.         Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,

2.        dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kukunya),

3.        dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,

4.        maka ia menerbangkan debu,

5.        dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.

6.       Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya,

7.        dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,

8.       dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya pada harta.

9.       Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,

10.     dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,

11.      sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu maha mengetahui keadaan mereka.

(Al-Qur’an Surat Al-‘Ādīyat ayat 1-11).

 

Menurut K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan dkk., latar belakang turunnya Surat Al-’Ādiyāt, khususnya ayat 1-5, bermula ketika Rasulullah mengutus sepasukan berkuda, tapi setelah sebulan lamanya, tidak ada kabar beritanya. Allah kemudian menurunkan ayat tersebut sebagai pemberitahuan kepada Nabi Muhammad tentang pasukan berkudanya yang sedang bertempur melawan musuh, dan melukiskan kepahlawanan mereka.

Selain sebagai pemberitahuan, surat ini juga berisi sumpah Allah. Menurut Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah dalam bukunya yang berjudul Tafsir Juz ‘Amma Lengkap dan Ilmiah, Allah bersumpah dengan memakai nama kuda yang sifat-sifatnya disebutkan dalam surat tersebut, seperti berlari kencang untuk menyerang musuh sehingga terdengar suara terengah-engah, sampai-sampai kuku-kuku (teracak-teracak) kuda itu mengeluarkan percikan api karena menginjak batu-batuan, dan serangan yang tiba-tiba di waktu pagi mengejutkan musuh-musuhnya, hingga debu-debu beterbangan. Mereka menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, dan musuhpun porak-poranda. Maksud dari sumpah Allah ini adalah untuk mengisyaratkan kegunaan dan kedudukan kuda di dalam hati kaum muslimin agar mereka bersegera memiliki dan memeliharanya. Kemudian, mereka melatih diri untuk menaiki dan berperang dengan memakai kuda agar mereka selalu dalam keadaan siap-siaga berjuang di jalan Allah. 

Di samping itu, sumpah Allah yang menggunakan nama kuda itu juga untuk menegaskan bahwa manusia sangat ingkar terhadap nikmat Allah, sedang dia sendiri menyaksikan perbuatannya itu. Dia sangat mencintai harta benda secara berlebih-lebihan sehingga ia kikir dan tidak mau memberikan sebagian hartanya untuk orang lain yang membutuhkannya. Apakah mereka tidak mengetahui kalau kelak akan dibangkitkan dari dalam kubur dan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatannya di dunia? Pada hari itu, segala apa yang ada di dada, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk, telah dicatat dalam buku amal perbuatan mereka masing-masing, dan Allah mengetahui semua yang mereka kerjakan.

 

Daftar Acuan

 

 

1.   Buku

 

Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah. 2002. Tafsir Juz ‘Amma Lengkap dan Ilmiah. Cetakan ke-5. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

 

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur. Bandung: J-Art

 

K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan dkk. 2000. Asbābun Nuzūl, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Quran. Cetakan ke-6. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

 

Majdiy Muhammad asy-Syahawiy. 2003. Kisah-kisah Binatang dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

 

Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2001. Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Huud – Al-Isra’. Jilid 3. Cetakan Pertama. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2002. Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah – Al-An’am. Jilid 1. Cetakan Kedua. Terjemahan: Munirul Abidin. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

 

 

2. Internet


http://www.alquran-indonesia.com

https://ibnothman.com/quran/surat-an-nahl-dengan-terjemahan-dan-tafsir/1

https://id.wikipedia.org/wiki/Kuda

https://kalam.sindonews.com/ayat/60/8/al-anfal-ayat-60

https://kepri.harianhaluan.com/hikmah/pr-13371314/apa-keistimewaan-kuda-menurut-alquran-dan-sains

https://pecihitam.org/surah-sad-ayat-30-33-terjemahan-dan-tafsir-al-quran/

https://situsbelanjaonline.com/hewan/fakta-tentang-kuda-keledai.php

https://tafsiralquran.id/tafsir-surah-al-anfal-ayat-60/

https://tafsirweb.com/10804-surat-al-hasyr-ayat-6.html

https://tafsirweb.com/2926-surat-al-anfal-ayat-60.html

https://www.facebook.com/DakwahAnakGaulMoeslim/posts/342012452602081

https://www.facebook.com/notes/mulyono-atmosiswartoputra/kuda/1038046249959062

https://www.tokopedia.com/s/quran/an-nahl/ayat-6


Tidak ada komentar :