Minggu, 06 Februari 2022

HUD-HUD

 

Burung Hud-hud

(Sumber gambar: http://dreamhighfantasia.blogspot.com/

2012/04/tanya-sama-itu-hud-hud.html)


Hud-hud adalah nama burung sejenis burung pelatuk. Nama Latinnya upupa epops, termasuk keluarga upupidae. Burung yang dapat ditemukan di Afrika, Asia, dam Eropa ini memiliki paruh yang tipis dengan jambul atau mahkota di bagian kepalanya. Bulu-bulunya didominasi warna coklat kekuningan, sedang ekor dan sayapnya berwarna hitam pekat dan putih.

Burung hud-hud dalam membangun sarangnya dengan mencari atau membuat lubang di batang pohon maupun tebing. Untuk menangkal predator, burung hud-hud betina dan anak-anaknya mengeluarkan bau busuk supaya predator menyingkir sehingga mereka tetap aman di dalam sarangnya. Selain itu, anak-anak burung hud-hud juga mampu menangkal predator dengan cara mengarahkan kotoran mereka secara strategis. Burung hud-hud muda menggunakan paruh dan sayapnya untuk melawan penyusup, bahkan membuat suara mendesis yang mampu membuat predator merasa terancam. Burung hud-hud juga mampu terbang dengan jarak tempuh yang sangat jauh. 

Burung hud-hud termasuk salah satu burung yang disebut secara spesifik dalam Al-Qur’an. Hud-hud disebut sebanyak satu kali, yakni dalam Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 20

 

Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?”.

 

Burung ini, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an, dapat berbicara dengan Nabi Sulaiman dan dapat disuruh seperti layaknya manusia. Kisah mengenai burung hud-hud ini terdapat dalam Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 20-28.

Pada suatu hari Nabi Sulaiman mengadakan apel besar bagi seluruh bala-tentaranya yang terdiri atas golongan manusia, jin, dan burung. Bala tentara tersebut diperiksa satu per satu oleh Nabi Sulaiman.

“Mengapa burung hud-hud tidak kelihatan?”, tanya Nabi Sulaiman kepada para prajuritnya ketika beliau tidak melihat burung hud-hud tidak ada dalam barisan apel. “Apakah ia termasuk yang tidak hadir?”, lanjut Nabi Sulaiman. “Sungguh dia akan saya azab dengan azab yang keras, atau saya sembelih, jika tidak dapat memberikan alasan yang jelas”.

Tidak lama kemudian burung hud-hud itu datang.

“Maafkan saya ya nabi, atas keterlambatan saya. Saya terlambat datang karena baru saja pergi dari negeri Saba’. Saya membawa kabar yang belum pernah Anda ketahui. Di sana, di negeri Saba’, ada seorang raja perempuan yang dianugerahi segala sesuatu dan memiliki singgasana yang besar. Sayangnya, saya melihat raja perempuan tersebut dan rakyatnya tidak menyembah Allah, melainkan menyembah matahari. Mereka terbuai oleh bujukan setan, sehingga memandang indah apa yang mereka lakukan. Mereka betul-betul tersesat, tidak mendapat petunjuk Allah, dan tidak pula menyembah-Nya, padahal Allah-lah yang telah memberikan kenikmatan kepada mereka. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Dialah yang memiliki ‘Arsy yang agung”, kata burung hud-hud menjelaskan panjang lebar alasan keterlambatannya kepada Nabi Sulaiman.

“Akan saya buktikan, apakah beritamu itu benar atau kamu bermaksud mendustaiku”, kata Nabi Sulaiman. “Pergilah kembali ke negeri Saba’, dan bawalah surat ini. Jatuhkanlah surat ini ke hadapannya, lalu bersembunyilah kamu, dan dengarkan apa yang mereka bicarakan”, lanjut Nabi Sulaiman.

Burung hud-hud melaksanakan perintah Nabi Sulaiman. Ia terbang lagi menuju negeri Saba’. Sesampai di sana, dikerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Nabi Sulaiman. Dijatuhkanlah surat itu di tempat Ratu Saba’ biasa berada. Burung hud-hud kemudian bersembunyi, sambil menguping apa yang dibicarakan oleh Ratu Saba’.

Al-Qur’an hanya membicarakan burung hud-hud sampai di sini. Ayat berikutnya menceritakan kelanjutan cerita tersebut.

Setelah menerima surat tersebut, Ratu Saba’ kemudian memusyawarahkan dengan para pembesar kerajaan. Mereka dimintai pertimbangan terkait surat Nabi Sulaiman. Menurut para pembesar kerajaan, surat Nabi Sulaiman tak lebih hanyalah ancaman yang tak perlu ditakutkan. Kerajaan Saba’ adalah kerajaan besar dan kuat, siap melakukan peperangan bila dikehendaki. Akan tetapi, kata para pembesar, semua keputusan diserahkan kepada Ratu Saba’.

Singkat cerita, Ratu Saba’ yang oleh para mufasir dianggap bernama Bulqis atau Balqis atau Bilqis itu akhirnya meninggalkan agama lamanya, beralih menjadi beriman kepada Allah. Ia berserah diri kepada Allah bersama Sulaiman.

 

 

 

Daftar Pustaka

 

 

 

 

1.   Buku

    

Ahmad Rabi’ Abdul Mun’im. 2009. Pesona Ratu Bilqis, The Queen of Saba.  Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

Ahmad Zainal Abidin. 2014. Kaya Seperti Nabi Sulaiman. Jogjakarta: Sabil.

 

Fatchur Rochman AR.  1995. Kisah-kisah Nyata dalam Al Qur’an. Surabaya: Apollo.

 

Majdiy Muhammad asy-Syahawiy. 2003. Kisah-kisah Binatang dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

 

Rizem Aizid. 2011. Siapakah Sebenarnya Ratu Balqis? Jogjakarta: Sabil.

 

Shalah Al Khalidy. 2000. Kisah-kisah Al-Qur’an, Pelajaran dari Orang-orang Dahulu. Jilid 3. Jakarta: Gema Insani Press.

 

Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam “Al Hikmah”. 1993. Terjemah Al-Qur’an Secara Lafzhiyah, Penuntun Bagi yang Belajar. Jakarta: Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam “Al Hikmah”.

 

 

2.  Internet

 

https://langit7.id/read/6192/1/fakta-burung-hudhud-salah-satu-pasukan-nabi-sulaiman-1635246604

 

https://www.facebook.com/notes/mulyono-atmosiswartoputra/kisah-burung-hud-hud/10202185858030112/

 

https://www.greeners.co/flora-fauna/burung-hud-hud-si-cantik-yang-tersohor-di-seluruh-dunia/

Tidak ada komentar :