Minggu, 21 November 2021

TENTARA ALLAH PADA PERANG KHANDAQ


Orang-orang Yahudi Bani Nadhir sangat menaruh dendam kepada Nabi Muhammad dan kaum muslim karena mereka diusir dari Madinah. Pengusiran ini bukan tanpa alasan. Penyebabnya, mereka telah berkhianat dan berencana melakukan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad. Berkat diberi tahu oleh Malaikat Jibril, maka Nabi Muhammad mengetahui rencana mereka, sehingga pembunuhan pun gagal dilaksanakan. 

Menurut Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, orang-orang Yahudi Bani Nadhir yang diusir dari Madinah, kebanyakan dari mereka, terutama para tokoh dan pemimpinnya, seperti Huyai bin Akhthab dan Sallam bin Al-Huqaiq pergi Khaibar, sedang sebagian yang lain pergi ke Syam. Hanya dua orang yang tetap di Madinah karena mereka masuk Islam, yaitu Yamin bin Amr dan Abu Sa'd bin Wahb.

Setelah lari ke Khaibar, mereka merencanakan persekongkolan untuk melawan orang-orang muslim. Hal ini dikarenakan mereka tidak berani menyerang sendiri orang-orang muslim.

Para pemimpin dan pemuka Yahudi Bani Nadhir di Khaibar mendatangi pemimpin dan pemuka kaum kafir Quraisy. Mereka mendorong orang-orang kafir Quraisy agar menyerang Nabi Muhammad dan kaum muslim. Mereka berjanji akan membantu penyerangan tersebut hingga memperoleh kemenangan. Mereka berdalih dan menyakinkan kaum kafir Quraisy bahwa kepercayaan orang-orang Quraisy jauh lebih baik daripada agama Nabi Muhammad. Pemimpin dan pemuka kaum kafir Quraisy menyambut dengan senang hati tawaran kerja sama tersebut dan membuat kesepakatan hari penyerangannya.

Setelah mendatangi kaum kafir Quraisy, para pemimpin dan pemuka Yahudi Bani Nadhir melanjutkan rencananya, menemui pemimpin dan pemuka Bani Ghathafan dan mengajak mereka untuk menyerang Nabi Muhammad seperti mereka mengajak kaum kafir Quraisy. Ajakan tersebut pun disambut oleh mereka.

Tak berhenti sampai di situ. Orang-orang Yahudi tadi juga mendatangi kabilah-kabilah Arab lainnya, seperti: Bani Murrah, Bani Fazarah, Bani Asyja', Bani Sulaim, Bani Sa'ad, dan Bani Asad dengan ajakan yang sama, dan semuanya mengiyakan ajakan tersebut.

Setelah semuanya siap, mereka secara serentak bergerak menuju Madinah dari tempat masing-masing. Yang menjadi panglima perang adalah Abu Sufyan bin Harb.

Ketika Nabi Muhammad mendengar berita ada persekongkolan antara Yahudi Bani Nadhir dengan kaum kafir Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya untuk menyerang beliau dan kaum muslim, maka beliau segera mengadakan rapat untuk mengatur strategi dan persiapan perang. Apalagi berdasarkan informasi yang diperoleh, jumlah pasukan musuh sekitar 10.000 orang, sedangkan pasukan muslim hanya 3.000 orang, maka strategi perang yang diterapkan harus jitu. Dalam rapat tersebut, Salman Al-Farisi mengusulkan supaya dibuat parit di sekitar Madinah untuk pertahanan. Usulan ini didasarkan pada pengalamannya ketika berperang di negaranya dulu, di Persia. Usulan tersebut disetujui oleh Nabi Muhammad. Para sahabat pun kagum atas usulan Salman Al-Farisi, karena strategi perang seperti itu, sebelumnya tidak pernah ada di Arab.

Tanpa menunda-nunda waktu, penggalian parit pun dimulai. A.R. Shohibul Ulum menyebutkan bahwa setiap 10 orang mendapat tugas menggali parit sepanjang 40 hasta (Sitiatava Rizema Putra menyebut 10 hasta), dengan kedalaman 10 hasta dan lebar 9 hasta. Total panjang parit kira-kira 5.000 hasta.

Siang malam seluruh warga Madinah, termasuk Nabi Muhammad, menggali parit. Parit dapat diselesaikan selama 6 hari, sebelum pasukan musuh itu tiba di Madinah. Penggalian parit ini termasuk relatif singkat untuk ukuran saat itu, dengan berbagai kendala seperti kekurangan peralatan, kurang makanan, cuaca yang sangat dingin, ditambah dengan sikap-sikap orang-orang munafik yang terus mengikis semangat para sahabat. Meskipun demikian, semangat yang didasari iman yang kuat membuat mereka tidak pernah surut membela agama Allah dan Rasul-Nya.

Parit dibuat di bagian depan. Parit ini akan menjadi penghalang bagi pasukan berkuda, apalagi unta, karena lebar dan dalam. Batu-batu ditumpuk untuk senjata melempar musuh bila ada yang berani melompati parit. Rumah-rumah di sisi parit dikosongkan, sementara perempuan dan anak-anak diungsikan ke belakang. Sebelah kanan terlindungi gunung batu yang terjal. Di sebelah kiri terdapat bukit Sila'. Di bukit inilah Nabi Muhammad bermarkas bersama 3.000 pasukannya. Tenda Nabi Muhammad berwarna merah, menghadap ke arah parit. Di bagian belakang, adalah pemukiman orang Yahudi Bani Qiraizhah yang terikat perjanjian damai dengan Nabi Muhammad. Mereka inilah yang bertugas mengatur kebutuhan makan bagi pasukan muslim di garis depan.

Ribuan pasukan musuh yang merupakan persekongkolan orang Yahudi Bani Nadhir, kaum kafir Quraisy dan beberapa kabilah di Arab itu akhirnya tiba di Madinah. Akan tetapi betapa terkejutnya mereka, ketika hendak menyerbu Madinah, ternyata di depan mereka ada parit yang menganga lebar dan dalam. Padahal mereka tahu, sebelumnya parit itu tidak ada. Parit yang lebarnya mencapai 9 hasta itu, tidak mungkin kuda mereka bisa melompatinya. Kalau dipaksakan, mungkin yang terjadi justru terjerumus ke parit yang sangat dalam. 

Sebetulnya, bisa saja pasukan musuh itu lewat belakang, tapi itu tidak mungkin dilakukan, karena di sana ada pemukiman Yahudi Bani Quraizhah. Akhirnya pasukan persekongkolan itu hanya berputar-putar di sekitar parit sambil mencari titik-titik kelemahan yang bisa dimanfaatkan untuk menyerang kaum muslim. Sementara itu, pasukan muslim selalu mengawasi gerak-gerik pasukan musuh agar mereka jangan sampai bisa menyeberangi parit atau menimbun parit sebagai jalan untuk menyeberang, sambil sesekali melepaskan anak panah kepada mereka.

Sekelompok orang dari pasukan persekongkolan ada yang mendapatkan lubang parit yang lebih sempit. Mereka dapat melompati parit, namun Ali bin Abi Thalib dan beberapa sahabat dapat mengepung dan mengalalahkan mereka. Bahkan Amr bin Abi Wuud dapat dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib. 

Pasukan persekongkolan itu masih terus berusaha keras untuk dapat menyeberangi parit atau membuat jalur penyeberangan meskipun sudah berhari-hari belum membuahkan hasil. Akibatnya, ada shalat yang tak sempat dilakukan oleh Nabi Muhammad dan kaum muslim karena tidak pernah berhenti melakukan perlawanan terhadap pasukan musuh yang terus-menerus berusaha agar dapat melewati parit. Shalat Asar yang terlewati itu dilaksanakan setelah matahari terbenam, yang langsung disusul shalat Maghrib.

Melihat betapa lelahnya pasukannya yang tak dapat beristirahat dikarenakan diserang terus oleh pasukan musuh yang jumlahnya tiga kali lipat lebih, Nabi Muhammad khawatir pasukannya tak kuat sehingga menyebabkan kekalahan. Oleh karena itu, beliau berniat memperkecil kekuatan musuh dengan cara mengadakan perdamaian dengan Bani Ghathafan. Rencana perdamaian itu: (1) Bani Ghathafan harus menarik kembali pasukannya dari medan perang; dan (2) Sebagai imbalannya, Nabi Muhammad akan menyerahkan sepertiga hasil panen kaum Anshar. Namun keinginan tersebut dibatalkan setelah beliau mendengar pendapat dua tokoh Anshar yang tidak menyetujuinya.

Di pihak musuh, dikarenakan serangannya tak membuahkan hasil meskipun sudah berhari-hari, pemuka kaum Yahudi Bani Nadhir, Huyai bin Akhthab, menemui pemimpin kaum Yahudi Bani Quraizhah. Ia menghasut Ka'ab bin Asad Al-Khurazhy, pemimpin kaum Yahudi Bani Quraizhah agar mau bersama-sama mereka menyerang Nabi Muhammad dan kaum muslim. Awalnya Ka'ab bin Asad Al-Khurazhy menolak ajakan pemuka Yahudi Bani Nadhir karena terikat perjanjian dengan Nabi Muhammad untuk tidak membantu siapapun yang berusaha mencelakai beliau dan kaum muslim. Ka'ab bin Asad Al-Khurazhy juga mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang baik budi pekertinya dan menepati janji. Namun Huyai bin Akhthab terus-menerus membujuk dan merayu Ka'ab bin Asad Al-Khurazhy dengan janji-janji manis, akhirnya Ka'ab bin Asad Al-Khurazhy menyepakati untuk turut menyerang Nabi Muhammad dan kaum muslim.

Dengan berkhianatnya kaum Yahudi Bani Quraizhah, beban kaum muslim tentu akan semakin berat. Tak mengherankan jika pasukan muslim semangatnya menjadi menurun setelah mendengar kabar tersebut. Nabi Muhammadpun menyusun rencana dalam menghadapi pengkhiatan kaum Yahudi Bani Quraizhah. Beliau mengutus beberapa pasukan untuk menjaga perempuan dan anak-anak yang berada dalam benteng.

Setelah kira-kira 20 hari dalam pengepungan, pada suatu malam Nabi Muhammad memanjatkan doa, memohon pertolongan Allah. Malam itu, datang seorang tokoh Bani Ghathafan, Nu'aim bin Mas'ud, menemui Nabi Muhammad. Ia mengatakan bahwa dirinya telah Islam, tapi menyembunyikan keislamannya di tengah-tengah kaumnya. Untuk itu, ia memohon kepada Nabi Muhammad agar memerintahkan kepadanya apapun yang beliau kehendaki. Setelah mendengar pengakuan Nu'aim bin Mas'ud, Nabi Muhammad lalu memerintahkan kepadanya agar mencerai-beraikan pasukan persekongkolan, karena perang adalah tipu daya. Nu'aim bin Mas'ud melaksanakan perintah Nabi Muhammad.

Allah Yang Maha Mendengar, mengabulkan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Muhammad. Nu'aim bin Mas'ud berhasil melaksanakan perintah Nabi Muhammad. Pasukan lawan menjadi bercerai-berai setelah dipecah-belah oleh Nu'aim bin Mas'ud. Selain itu, Allah juga mengirimkan angin topan dan udara yang dingin menusuk tulang pada malam hari. Angin topan yang disertai hujan deras yang turun tiada henti dengan kilat dan petir saling menyambar, membuat suasana benar-benar mencekam. Kemah-kemah mereka porak-poranda, tak ada satupun yang masih berdiri. Allah juga mengirimkan malaikat yang mengguncangkan hati mereka sehingga merasa takut dan lari pontang-panting.

Dalam keadaan kalut, kacau, dan panik yang luar biasa, akhirnya para pemimpin pasukan musuh memerintahkan pasukannya untuk kembali ke daerah masing-masing.

Pagi harinya, pasukan muslim baru menyadari bahwa pasukan musuh telah meninggalkan peperangan. Mereka terkejut begitu melihat perkemahan pasukan musuh telah porak-poranda. Ribuan prajurit yang mengepung Madinah betul-betul telah hilang dari depan mata mereka. Merekapun segera mengucapkan syukur kepada Allah yang telah menolong mereka.

Itulah mukjizat yang terjadi pada Perang Khandaq atau Perang Ahzab. Disebut Perang Khandaq, karena pasukan muslim menggunakan khandaq atau parit sebagai pertahanan mereka. Disebut Perang Ahzab, karena orang Yahudi Bani Nadhir bersekongkol dan membentuk persekutuan (ahzab) dengan kaum kafir Quraisy, Bani Ghathafan, dan kabilah-kabilah lain di Arab.


Daftar Acuan


Agus N. Cahyo. 2012. Perang-Perang Paling Fenomenal. Jogjakarta: Buku Biru.

Ali Muhammad Ash-Shallabi. 2016. Peperangan Rasulullah. Jakarta: Ummul Qura.

A.R. Shohibul Ulum. 2019. Seni Perang dalam Islam. Yogyakarta: Mueeza.

Drika Zein. 2012. Mukjizat Nabi Muhammad. Sleman - Yogyakarta: Wanajati Chakra Renjana.

Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthy. 1999. Sirah Nabawiyah, Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW. Robbani Press.

Musthafa As-Siba'i. 2014. Sirah Nabawiyyah. Surakarta: Indiva.

Saiful Hadi El-Sutha. 2013. Muhammad, Jejak-Jejak Keagungan dan Teladan Abadi "Sang Nabi Akhir Zaman". Jakarta: As@-Prima Pustaka.

Sitiatava Rizema Putra. 2014. Perang-Perang dalam Sejarah Islam. Jogjakarta: IRCiSoD.

Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. 2008. Sirah Nabawiyah.  Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.




Tidak ada komentar :