Selasa, 16 November 2021

MAKANAN SEDIKIT, CUKUP UNTUK ORANG BANYAK


Nabi Muhammad diberi mukjizat dapat menjadikan makanan sedikit, cukup untuk dimakan orang banyak. Mukjizat seperti ini tidak hanya sekali terjadi, tapi beberapa kali terjadi. Dua di antaranya seperti di bawah ini.

Sejarah mencatat, ketika Nabi Muhammad baru hijrah dari Makkah ke Yatsrib (yang kemudian diganti namanya menjadi Madinah Al-Munawwarah), beliau pernah tinggal di rumah Abu Ayyub al-Anshari selama 7 bulan.

Nama asli Abu Ayyub al-Anshari adalah Khalid bin Zaid bin Kulaib. Ia berasal dari Bani an-Najar. Ia termasuk orang yang beruntung, karena Allah memilih rumahnya sebagai tempat singgah Nabi Muhammad. Padahal, saat itu banyak orang Anshar yang mengharap Nabi Muhammad berkenan singgah di rumah mereka. Hampir setiap orang yang rumahnya dilalui oleh Nabi Muhammad, mereka mempersilakan beliau singgah, bahkan sampai memegang tali kekang unta yang dinaiki Nabi Muhammad agar singgah di rumahnya. Akan tetapi Nabi Muhammad mengatakan, "Biarlah unta ini berjalan, karena sesungguhnya ia telah diperintah".

Unta yang menjadi kendaraan Nabi Muhammad tetap melanjutkan perjalanan. Ketika sampai di tempat terbuka, unta itu berhenti dan menderum di tempat tersebut. Nabi Muhammad masih berada di punggung unta ketika unta itu berdiri lagi. Unta berjalan beberapa langkah, menolehkan kepala, dan kembali lagi ke tempat semula. Tentu ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Abu Ayyub al-Anshari, karena unta itu berhenti di dekat rumahnya. Abu Ayyub al-Anshari segera mengambil pelana unta Nabi Muhammad, lalu memasukkannya ke dalam rumah. Nabi Muhammad singgah di rumah Abu Ayyub al-Anshari.

Abu Ayyub al-Anshari memiliki rumah tingkat. Nabi Muhammad tinggal di bawah, sedang keluarga Abu Ayyub al-Anshari tinggal di atas. Meskipun Abu Ayyub sudah mempersilakan Nabi Muhammad untuk tinggal di atas, tapi beliau memilih tinggal di bawah. Alasannya agar memudahkan siapa saja yang datang menemui beliau.

Terkait mukjizat makanan, Abu Ayyub al-Anshari bercerita demikian.

Suatu ketika Abu Ayyub al-Anshari menyediakan makanan untuk Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Makanan itu hanya cukup untuk berdua saja. Namun Nabi Muhammad memerintahkan kepada Abu Ayyub al-Anshari agar memanggil 30 orang pemuka kaum Anshar. Kebingungan pun menyelimuti hati Abu Ayyub al-Anshari. Betapa tidak bingung, makanan yang hanya cukup untuk dua orang, harus mengundang orang sebanyak 30? Meskipun demikian, ia patuh pada perintah Nabi Muhammad. Ia undang 30 orang pemuka kaum Anshar. 

Ketika pemuka kaum Anshar yang diundang itu telah tiba, Nabi Muhammad mengajak makan bersama. Atas izin Allah, makanan yang sesungguhnya hanya cukup untuk dua orang, ternyata cukup dimakan oleh 32 orang, termasuk Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Bahkan makanan tersebut masih sisa. 

Selesai makan, Nabi Muhammad memerintahkan lagi kepada Abu Ayyub al-Anshari agar mengundang 60 orang. Yang diundang pun datang. Mereka dipersilakan makan makanan yang ada, yang tidak habis dimakan 32 orang sebelumnya. Atas izin Allah, makanan itupun cukup dimakan oleh 60 orang, sampai mereka kenyang. Makanan pun masih sisa.

Kali ini Nabi Muhammad meminta kepada Abu Ayyub al-Anshari agar mengundang 70 orang yang lain (ada yang mengatakan 90 orang). Ketika mereka datang dan dipersilakan makan oleh Nabi Muhammad, lagi-lagi atas izin Allah, makanan itupun cukup.

Melihat kejadian tersebut, Abu Ayyub al-Anshari berkata dengan penuh takjub, "Subhanallah! Subhanallah!".

Pada lain kesempatan, mukjizat seperti itu dialami lagi. Makanan sedikit, cukup untuk orang banyak. Mujizat ini terjadi saat kaum muslim menggali parit sebagai pertahanan bagi prajurit muslim dalam menghadapi Perang Khandaq.

Setelah Nabi Muhammad mendapatkan informasi tentang pergerakan musuh, bahwa kaum Yahudi Bani Nadhir yang telah keluar dari Madinah dan menetap di Khaibar sudah bersekongkol dengan kaum kafir Quraisy dan orang-orang Ghathafan untuk menyerang kaum muslim di Madinah, maka Nabi Muhammad segera mengadakan rapat kilat. Rapat yang dihadiri oleh kaum muslimin baik dari Muhajirin maupun Anshar, menyepakati usulan Salman al-Farisi agar membuat parit untuk melindungi pasukan. 

Seperti diceritakan oleh Jabir bin Abdullah, ketika kaum muslim sedang menggali parit untuk pertahanan pasukan muslim dari serangan musuh, ia melihat Nabi Muhammad tampak kelaparan. Sejak tiga hari para penggali parit tersebut memang melaluinya tanpa ada makanan yang dapat dimakan. 

Jabir bin Abdullah meminta izin kepada Nabi Muhammad untuk pulang ke rumah. Sesampai di rumah, Jabir bin Abdullah menanyakan kepada istrinya apakah ada makanan yang bisa dihidangkan untuk Nabi Muhammad, karena beliau tampak sangat lapar. Istrinya menjawab bahwa ia memiliki gandum dan anak kambing.

Jabir bin Abdullah menyembelih kambing dan kemudian membuat adonan gandum hingga menjadi makanan dalam tungku. Ketika makanan itu mulai matang, Jabir bin Abdullah menemui Nabi Muhammad dan memberitahukan bahwa ia memiliki sedikit makanan. Untuk itu, ia berharap Nabi Muhammad bersama satu atau dua orang berkenan makan di rumahnya.

"Berapa banyak makanannya?", tanya Nabi Muhammad.

Jabir bin Abdullah memberitahu makanan yang ada di rumah, yang tak seberapa banyak.

"Tidak mengapa orang banyak datang", kata Nabi Muhammad. "Katakan pada istrimu, jangan ia angkat periuknya dan adonan roti dari tungku api hingga aku datang", lanjut beliau.

Setelah itu, Nabi Muhammad memerintahkan kepada para penggali parit agar datang ke rumah Jabir bin Abdullah untuk makan bersama. Betapa terperanjatnya Jabir bin Abdullah kala mendengar perkataan Nabi Muhammad. Ia sadar betul bahwa makanan di rumah tidak seberapa banyak, tidak akan cukup untuk makan seluruh penggali parit. 

Ketika tiba di rumah, Jabir bin Abdullah menemui istrinya dan memberitahu hal yang merisaukannya, yakni Nabi Muhammad akan datang bersama para Muhajirin, Anshar dan yang lain, yang turut menggali parit. Istrinya pun terkejut. Mereka bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jabir bin Abdullah kemudian menyampaikan pesan Nabi Muhammad, yaitu agar jangan mengangkat periuk dan adonan roti dari tungku api.

Tatkala Nabi Muhammad dan para sahabat tiba, beliau langsung berkata, "Masuklah dan jangan berdesak-desakan".

Nabi Muhammad kemudian membagi-bagikan makanan yang ada kepada seluruh sahabat yang hadir, namun isi periuk masih seperti semula. Bahkan ketika mereka sudah merasa kenyang, isi periuk tidak berkurang. Padahal yang hadir dan makan ada 1.000 orang.


Daftar Acuan


Abdul Malik Ali Al Kulaib. 1992. Nubuwwah (Tanda-Tanda Kenabian). Jakarta: Gema Insani Press.

Abdurrahman Ra'fat Basya. 2010. Sirah Shahabat. Jakarta: Pustaka As-Sunnah.

Ali Muhammad Ash-Shallabi. 2018. Peperangan Rasulullah. Jakarta: Ummul Qura.

Amru Khalid. 2007. Jejak Sang Junjungan, Sebuah Narasi Sirah Populer. Solo: Aqwam.

K.H. Salim Bahraesy. 2002. Menyaksikan 35 Mukjizat Rasulullah SAW. Surabaya: Pustaka Progresif.

Manshur bin Nashir  Al-'Awaji. 2014. 45 Mukjizat Nabi. Solo: Kiswah Media.

Saiful Hadi El-Sutha. 2013. Muhammad, Jejak-Jejak Keagungan dan Teladan Abadi "Sang Nabi Akhir Zaman". Jakarta: As@-Prima.

Syaikh. Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri. 2008.Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Tidak ada komentar :