Senin, 15 November 2021

PEDANG UKASYAH BIN MIHSHAN

 


Api peperangan tetah menyala. Dua pasukan yang tak seimbang jumlahnya itu bertemu di Badar, nama suatu tempat di antara Makkah dan Madinah. Perang yang terjadi pada tahun kedua setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah ini merupakan perang pertama bagi kaum muslim melawan kaum kafir Quraisy. Pasukan muslim yang berjumlah 313 orang (ada yang mengatakan 314 orang) harus berhadapan dengan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1.000 orang.

Dentingan pedang beradu dengan pedang terdengar saling bersaut-sautan, terkadang berbarengan. Setelah berjalan sekian lama, tanda-tanda kekalahan pasukan kafir Quraisy mulai tampak. Sudah banyak korban yang jatuh karena serangan pasukan muslim yang gencar. 

Jatuhnya korban di pihak pasukan kafir Quraisy itu bukan semata-mata kerja keras dan kerja cerdas pasukan muslim. Ada campur tangan Allah dalam peperangan tersebut. Seusai meluruskan dan menata barisan pasukan muslim, Nabi Muhammad tak henti-hentinya memohon kemenangan kepada Allah, dan Allah mengabulkan permohonan Nabi-Nya. Dalam peperangan tersebut, Allah turunkan ribuan malaikat secara bertahap untuk membantu pasukan muslim yang jumlahnya tidak mencapai sepertiga dari jumlah pasukan kafir Quraisy.

 Melihat korban di pihak kafir Quraisy telah banyak yang berjatuhan, Abu Jahal sebagai panglima perang mengobarkan semangat kepada pasukannya agar tidak lari dari gelanggang pertempuran dan terus berjuang melawan pasukan muslim. 

Ketika perang sedang berlangsung dengan sengitnya, ada seorang tentara muslim yang pedangnya patah saat dipakai sebagai senjata perang. Dia adalah Ukasyah bin Mihshan, sahabat nabi yang termasuk golongan orang yang pertama masuk Islam atau as-sabiqunal awwalun. Meskipun demikan, ia tak patah semangat untuk tetap berjuang di jalan Allah. Ia tak ingin mundur dari medan laga. 

Ukasyah bin Mihshan menghadap Nabi Muhammad dan memberitahukan bahwa pedang miliknya patah. Untuk itu, ia memohon kepada beliau agar diberi pedang yang lain. Nabi Muhammad kemudian memberi sebilah kayu. 

"Berperanglah dengan menggunakan (kayu) ini, wahai Ukasyah!", kata Nabi Muhammad.

Diambillah kayu tersebut oleh Ukasyah bin Mihshan. Kayu kemudian digerak-gerakkan, seolah-olah ia sedang menggerak-gerakkan pedang. Di sinilah mukjizat itu terjadi. Kayu yang digerak-gerakkan itu berubah menjadi pedang panjang, berwarna putih, tajam, dan sangat kuat. Pedang ini kemudian diberi nama Al-Aun, yang berarti pertolongan Allah.

Ukasyah bin Mihshan maju ke medan perang lagi. Ia menerobos barisan musuh hingga kemenangan diraih oleh pasukan muslim. 

Seusai Perang Badar, pedang yang berasal dari kayu tadi disimpan oleh Ukasyah bin Mihshan. Selanjutnya, pedang tersebut selalu digunakan sebagai senjata oleh Ukasyah bin Mihshan saat perang terjadi lagi. Tatkala Abu Bakar menjadi khalifah, pedang tersebut juga digunakan oleh Ukasyah bin Mihshan sebagai senjata perang. Ia gugur sebagai syuhada dalam peperangan melawan kemurtadan di masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

 

 

 

DAFTAR ACUAN

 

 

 

Manshur bin Nashir Al-‘Awaji. 2014. 45 Mukjizat Nabi. Solo: Kiswah Media.

 

Martin Lings. 2018.  Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik. Cetakan Ke-3. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

 

Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. 2014. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 

 

Ummu Rumaisha. 2015. 77 Cahaya Cinta di Madinah: Kisah Cinta Paling Mengharukan Para Sahabat. Surakarta: Al Qudwah Publishing.

 

Tidak ada komentar :