Api peperangan tetah menyala. Dua pasukan yang tak seimbang jumlahnya itu bertemu di Badar, nama suatu tempat di antara Makkah dan Madinah. Perang yang terjadi pada tahun kedua setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah ini merupakan perang pertama bagi kaum muslim melawan kaum kafir Quraisy. Pasukan muslim yang berjumlah 313 orang (ada yang mengatakan 314 orang) harus berhadapan dengan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1.000 orang.
Dentingan pedang beradu dengan pedang terdengar
saling bersaut-sautan, terkadang berbarengan. Setelah berjalan sekian lama,
tanda-tanda kekalahan pasukan kafir Quraisy mulai tampak. Sudah banyak korban
yang jatuh karena serangan pasukan muslim yang gencar.
Jatuhnya korban di pihak pasukan kafir Quraisy
itu bukan semata-mata kerja keras dan kerja cerdas pasukan muslim.
Ada campur tangan Allah dalam peperangan tersebut. Seusai meluruskan
dan menata barisan pasukan muslim, Nabi Muhammad tak henti-hentinya memohon
kemenangan kepada Allah, dan Allah mengabulkan permohonan Nabi-Nya. Dalam
peperangan tersebut, Allah turunkan ribuan malaikat secara bertahap untuk
membantu pasukan muslim yang jumlahnya tidak mencapai sepertiga dari jumlah
pasukan kafir Quraisy.
Melihat korban di pihak kafir Quraisy telah banyak yang
berjatuhan, Abu Jahal sebagai panglima perang mengobarkan semangat kepada
pasukannya agar tidak lari dari gelanggang pertempuran dan terus berjuang
melawan pasukan muslim.
Ketika perang sedang berlangsung dengan sengitnya, ada seorang
tentara muslim yang pedangnya patah saat dipakai sebagai senjata perang. Dia
adalah Ukasyah bin Mihshan, sahabat nabi yang termasuk golongan orang yang
pertama masuk Islam atau as-sabiqunal awwalun. Meskipun
demikan, ia tak patah semangat untuk tetap berjuang di jalan Allah. Ia tak
ingin mundur dari medan laga.
Ukasyah bin Mihshan menghadap Nabi Muhammad dan memberitahukan
bahwa pedang miliknya patah. Untuk itu, ia memohon kepada beliau agar diberi
pedang yang lain. Nabi Muhammad kemudian memberi sebilah kayu.
"Berperanglah dengan menggunakan (kayu) ini, wahai
Ukasyah!", kata Nabi Muhammad.
Diambillah kayu tersebut oleh Ukasyah bin Mihshan. Kayu kemudian
digerak-gerakkan, seolah-olah ia sedang menggerak-gerakkan pedang. Di sinilah
mukjizat itu terjadi. Kayu yang digerak-gerakkan itu berubah menjadi pedang
panjang, berwarna putih, tajam, dan sangat kuat. Pedang ini kemudian diberi
nama Al-Aun, yang berarti pertolongan Allah.
Ukasyah bin Mihshan maju ke medan perang lagi. Ia menerobos
barisan musuh hingga kemenangan diraih oleh pasukan muslim.
Seusai Perang Badar, pedang yang berasal dari kayu tadi disimpan
oleh Ukasyah bin Mihshan. Selanjutnya, pedang tersebut selalu digunakan sebagai
senjata oleh Ukasyah bin Mihshan saat perang terjadi lagi. Tatkala Abu Bakar
menjadi khalifah, pedang tersebut juga digunakan oleh Ukasyah bin Mihshan
sebagai senjata perang. Ia gugur sebagai syuhada dalam peperangan melawan
kemurtadan di masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
DAFTAR ACUAN
Manshur
bin Nashir Al-‘Awaji. 2014. 45 Mukjizat Nabi. Solo: Kiswah Media.
Martin
Lings. 2018. Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber
Klasik. Cetakan Ke-3. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Syaikh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. 2014. Sirah Nabawiyah. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Ummu
Rumaisha. 2015. 77 Cahaya Cinta di Madinah: Kisah Cinta Paling
Mengharukan Para Sahabat. Surakarta: Al Qudwah Publishing.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar