Kamis, 28 April 2022

HUBAL

 

 

Hubal adalah berhala yang pertama kali ditempatkan di dalam Ka’bah pada zaman jahiliyah. Berhala ini didatangkan dari Syam oleh ‘Amr bin Luhay, penguasa Makkah saat itu. Ia berasal dari kabilah Khuza’ah. Menurut Wikipedia, kekuasaan kabilah ini diperkirakan berlangsung selama kurang lebih tiga ratus tahun, kemudian digantikan oleh Qushay bin Kilab dan keluarganya dari Bani Quraisy. ‘Amr bin Luhay-lah yang menjadi pelopor penyembahan berhala di Makkah.   

Kelangkaan bukti seputar Hubal menyukarkan penyifatan peran maupun identitasnya di dalam mitologi paganisme Arab. Menurut riwayat, wujud berhala Hubal terbuat dari batu akik merah berbentuk patung manusia dengan tangan kanan telah patah. Berhala ini memiliki pahatan yang halus. Ketika Bani Quraisy berkuasa, mereka membuatkan tangan dari emas sebagai ganti tangan yang patah. Hubal ditempatkan di dalam Ka’bah dan dijadikan berhala terbesar di dalam dan di luar Ka'bah. Sebagai bawahan Hubal, dibuat pula berhala Manāt, Latta, dan ‘Uzza yang merupakan berhala penduduk lokal.

Berhala Hubal menjadi berhala yang paling dimuliakan tidak saja oleh kaum Quraisy, tapi juga oleh seluruh kabilah di Arab pada masa jahiliyah. Ia menempati posisi paling tinggi, melebihi ratusan berhala lainnya. Berhala Hubal menjadi tempat memohon bagi penduduk Makkah, selain sebagai sembahan. Mereka, mulai dari rakyat jelata hingga bangsawan, akan menyembah dan memohon kepadanya, baik memohon keberkahan maupun memohon agar terhindar dari mala-petaka.

Menurut riwayat, Abdul Muththalib juga pernah melakukan undian di dekat Hubal untuk menentukan salah satu di antara sepuluh anak laki-lakinya yang akan dikurbankan sesuai nadzar. Disarikan dari Ath-Thabari dan Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, ketika Bani Quraisy mempersulit Abdul Muththalib dalam mengambil air zamzam, sementara saat itu ia tidak memiliki banyak anak laki-laki sehingga tidak mungkin untuk merebutnya, maka kemudian ia bernadzar. Nadzarnya, “Jika memiliki sepuluh anak laki-laki, dan telah tumbuh dewasa hingga mereka dapat melindunginya, maka akan dikurbankan salah satu anaknya kepada Allah[1]) di Ka’bah. Ketika akhirnya Abdul Muththalib betul-betul memiliki sepuluh anak laki-laki yang telah tumbuh dewasa dan mengetahui bahwa anaknya akan melindunginya, ia mengumpulkan semua anak laki-lakinya dan menceritakan tentang nadzarnya. Anak-anaknya pun patuh kepada Abdul Muththalib. Anak-anaknya diminta menulis nama masing-masing pada anak panah untuk diundi. Setelah nama mereka ditulis pada anak panah, Abdul Muththalib menyerahkan anak panah mereka kepada juru undi. Ketika juru undi mengambil anak panah, Abdul Muththalib berdiri di samping Hubal. Undianpun dilakukan, dan yang keluar adalah nama Abdullah (ayah Nabi Muhammad yang saat itu belum menikah dengan Aminah). Berkat nasihat orang-orang Quraisy lainnya, Abdullah selamat tidak jadi dikurbankan, karena diganti dengan 100 ekor unta.

Ketika terjadi penaklukan kota Makkah oleh pasukan muslim, semua berhala dibersihkan oleh Nabi Muhammad. Saat itu, di sekitar Ka’bah ada 360 berhala, dan semuanya dibersihkan. termasuk berhala Hubal. Tujuannya tentu untuk menjauhkan orang-orang dari perbuatan syirik.

 

 

 

Daftar Acuan

 

 

 

1.   Buku

 

Ath-Thabari. 2019. Muhammad di Makkah dan Madinah. Yogyakarta: Ircisod.

 

Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri. 2018. Sirah Nabawiyah. Cetakan Ke-17. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

 

2.  Internet

 

http://p2k.utn.ac.id/en6/1-3069-2966/Hubal_89812_p2k-utn.html

 

https://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Khuza%27ah#

 

https://id.wikipedia.org/wiki/Hubal

 

https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/13/150000379/hubal-berhala-paling-dimuliakan-masyarakat-mekkah-zaman-jahiliyah?page=all

 

https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/13/150000379/hubal-berhala-paling-dimuliakan-masyarakat-mekkah-zaman-jahiliyah?page=all

 



[1]) Terhadap kata “Allah”, Ath-Thabari memberikan catatan kaki demikian: Nama Allah diterjemahkan sebagai “Tuhan” karena harus diingat bahwa pada periode sebelum masuknya Islam tidak perlu menyebutkan “Tuhan” seperti pada aliran monoteisme, Hal ini diketahui dari Al-Qur’an (29:61-65; 39:3, 8 dan seterusnya) bahwa orang Arab sebelum masa Islam memercayai Allah sebagai Tuhan yang paling berkuasa di antara Tuhan lainnya yang juga mereka percayai. Hal ini menjelaskan bagaimana bisa Abdullah berdiri di samping Hubal sementara ia berdoa kepada Allah.

Tidak ada komentar :