Saya mempunyai seorang kawan, umur 25 tahun dan masih gadis. Dia adalah teman seperjalanan saya di kereta api jurusan Rangkasbitung – Tanah Abang. Terkadang saya satu perjalanan dengan dia saat berangkat kerja, tapi terkadang hanya saat pulangnya saja. Dia adalah seorang pekerja di Pasar Tanah Abang, tepatnya di Blok A. Dulu ia bekerja sebagai penjaga toko mukena, tapi kini ia bekerja sebagai penjaga toko baju seragam kantor. Ia tergolong ramah dan periang, sehingga tidak mengherankan jika di kereta api ia banyak kawan. Dari pembicaraannya, saya tahu bahwa dia adalah seorang pemimpi.
Lalu apakah yang ia impikan? “Saya ingin
punya suami yang mau mendukung hobi bisnis saya”, katanya pada suatu ketika.
Pada kesempatan lain, sambil bercanda, ia berujar, “Saya ingin punya suami
kaya, biar saya bisa mewujudkan cita-cita saya untuk memiliki usaha sendiri”.
Pada saat yang berbeda ia pun pernah berkata, “Saya ingin punya toko”. Mungkin
karena ia merasa sudah sangat akrab dengan saya, sehingga ia berani
mengeluarkan kata-kata seperti itu lebih dari satu kali di depan saya.
Salahkah mimpi kawan saya itu? Saya kira
tidak, sebab setiap orang punya hak untuk bermimpi. Hanya saja, menurut M.
Hariwijaya dalam bukunya yang berjudul Proposal
Bisnis, “mendambakan” dan “memimpikan” itu memiliki perbedaan. Mendambakan
bersifat pasif dan menunggu, hanya selingan iseng tanpa otak, tanpa upaya untuk
mewujudkannya; sedangkan memimpikan bersifat aktif dan berani mengambil
inisiatif. Ia didukung oleh rencana dan tindakan untuk membuahkan hasil.
Jika kita boleh mengacu pada pendapat M.
Hariwijaya di atas, maka apa yang diinginkan oleh kawan saya tadi, yakni ingin
punya suami yang mau mendukung hobi bisnisnya maupun ingin punya
suami yang kaya, hal ini termasuk mendambakan, bukan memimpikan, jika ia memang
pasif dan hanya menunggu sampai ada laki-laki seperti itu yang mendekatinya.
Akan tetapi jika ia aktif dan berani mengambil inisiatif untuk mendapatkan
suami seperti yang disebutkan di atas, misalnya dengan cara banyak bergaul
dengan kawan-kawan yang hidupnya sudah mapan tanpa melupakan dan meremehkan
kawan-kawan yang hidupnya masih pas-pasan dengan tujuan siapa tahu salah satu
di antara kawan-kawan yang hidupnya sudah mapan tadi ada yang tertarik dengan
kecantikan atau kepribadiannya, maka hal ini bisa disebut memimpikan, bukan mendambakan.
Demikian pula dengan keinginannya untuk memiliki toko. Keinginan tersebut bisa
digolongkan mendambakan, jika ia pasif dan hanya
menunggu ada keajaiban yang menyebabkan ia punya toko, tapi bisa digolongkan memimpikan,
jika ia aktif dan berani mengambil inisiatif agar keinginan tersebut dapat
terwujud. Tentu saja dengan cara-cara yang halal.
Pada kesempatan ini saya tidak ingin
membicarakan mimpi kawan saya yang terkait dengan jodoh, tapi saya hanya ingin
membicarakan mimpi kawan saya yang berhubungan dengan keinginannya untuk
memiliki toko atau mempunyai usaha sendiri. Mengapa demikian, karena pada
dasarnya mimpi memiliki toko atau usaha sendiri inilah yang sangat diidam-idamkan
oleh kawan saya.
Banyak orang bilang bahwa sukses terkadang
bermula dari mimpi. Bahkan ada yang yakin bahwa mimpi merupakan salah satu
faktor pendorong suatu kesuksesan. Hal ini ada benarnya, asalkan ia tak pernah
berhenti untuk mewujudkan mimpinya, tak pernah menyerah meski kegagalan
menghadang di depannya. Mari kita lihat contoh bagaimana
mimpi bisa menjadi salah satu faktor pendorong suatu kesuksesan.
Pada zaman sekarang, kiranya tidak ada
orang yang tidak mengenal pesawat terbang, meskipun ada yang belum pernah
menikmati perjalanan dengan menggunakan kendaraan yang satu ini. Pesawat
terbang bisa kita lihat di bandara atau ketika ia melintas di udara, melalui
tayangan televisi, maupun lewat gambar. Meskipun benda tersebut sudah sering
kita lihat, tapi mungkin ada yang belum tahu bahwa terciptanya pesawat terbang
bermula dari mimpi dua orang bersaudara.
Sejarah mencatat bahwa
penemu pesawat terbang adalah dua
orang kakak beradik, Wilbur Wright dan Orville Wright. Wilbur Wright lahir pada tanggal
16 April 1867, sedang adiknya, Orville Wright lahir pada tanggal 19 Agustus
1871. Oleh karena mereka bersaudara, kadang-kadang orang menyebut mereka dengan sebutan
Wright bersaudara.
Ketika itu, Wright
bersaudara mengamati bagaimana burung memainkan sayapnya untuk menjaga
keseimbangan di udara. Merekapun kemudian bermimpi ingin bisa terbang seperti burung. Dengan tekad dan kemauan yang
kuat, akhirnya mereka berusaha
keras untuk bisa menciptakan sesuatu yang bisa terbang seperti burung.
Profesi Wright
bersaudara sebenarnya adalah pengelola sebuah toko yang menjual
peralatan motor dan juga melayani jasa perbaikan. Dari profesi itulah mereka
memperoleh keahlian mekanik. Diawali dari mimpi ingin bisa terbang seperti
burung, Wright bersaudara
kemudian mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan penerbangan. Percobaan demi percobaanpun
dilakukan. Mereka juga mulai membuat sejumlah mesin yang diharapkan bisa
mewujudkan impiannya.
Setelah serangkaian
percobaan yang cukup panjang itu dilakukan, akhirnya pada tahun 1903 Wright
bersaudara berhasil menciptakan sebuah mesin yang dinamakan Wright
Flyer. Mereka dapat membuktikan bahwa mimpi ingin bisa terbang seperti burung bukanlah omong
kosong. Wright bersaudara waktu itu sukses menerbangkan sebuah pesawat kendali
dengan jarak sepanjang 4 mil. Meskipun hanya bisa mengudara selama 12 detik dan
mencapai ketinggian 37 meter, namun prestasi ini merupakan pionir atau cikal-bakal penemuan pesawat terbang yang bisa mengudara dengan efektif. Mimpi Wright
bersaudara yang ingin terbang seperti burung akhirnya tercapai setelah ia
berjuang sekuat tenaga untuk bisa mewujudkan impiannya itu.
Berbeda dengan mimpi Wright bersaudara yang ingin terbang seperti
burung, Thomas
Alva Edison memiliki mimpi ingin menerangi dunia di malam hari. Jadi, apabila
saat ini rumah Anda terang-benderang di malam hari, itu adalah berkat mimpi Thomas
Alva Edison yang berhasil diwujudkan.
Untuk mewujudkan impiannya itu, Thomas Alva Edison melakukan lebih dari
9.000 percobaan sebelum akhirnya menemukan bola lampu pijar. Bahkan pada saat
menemukan bola lampu pijar, dirinya telah mengalami kegagalan sebanyak 9.998
kali. Baru pada percobaannya yang ke-9.999 dia berhasil menciptakan bola lampu
pijar yang benar-benar menyala terang. Tidak hanya itu, untuk melakukan percobaan
tersebut, Thomas Alva Edison pun rela menghabiskan dana sebesar 40.000 dollar dalam
kurun waktu 2 tahun. Inilah bentuk kesungguhan Thomas Alva Edison dalam
mewujudkan mimpinya.
Sesungguhnya
masih banyak contoh orang sukses yang berawal dari mimpi. Namun demikian, dua
contoh di atas kiranya cukup untuk mewakili contoh-contoh yang lain.
Sekarang
izinkan saya untuk sharing dengan
kawanku yang sedang bermimpi.
Kawan,
jika memang kau bermimpi ingin memiliki toko atau usaha sendiri, berjuanglah!
Banyak jalan untuk menjadi wiraswastawan/wiraswastawati. Jika kau tidak punya
modal, artinya tidak punya uang tunai di kantong, pakailah modal orang lain.
Entah sadar atau tidak, kau sudah membuktikan bahwa bisnis bisa dilakukan walau
tanpa modal. Masih ingat ketika bulan puasa kemarin kan? Kau ambil barang
dagangan milik temanmu, kemudian kau jual, baru kau bayar ke temanmu itu setelah
barang dagangan tersebut laku. Ini artinya, kau sudah melakukan bisnis dengan
menggunakan modal orang lain. Sayangnya, hal itu hanya temporer. Cobalah jalin
kerja sama dengan orang yang memiliki modal, lakukan seperti yang telah kau
lakukan tadi. Jika sudah diberi kepercayaan oleh orang lain, jaga kepercayaan
itu agar pemilik modal tidak kapok bekerja sama denganmu. Sekali kau ciderai
kepercayaan itu, mungkin kau tidak akan dipercaya selamanya oleh orang
tersebut.
Kawan,
seperti pernah kau katakan kepadaku, di antara teman-temanmu, ada beberapa orang
yang mengatakan bahwa mimpimu terlalu tinggi, seolah kau tak pantas untuk
meraihnya. Pesanku kawan, janganlah kau berkecil hati. Setiap impian
punya tantangan dan rintangan yang berbeda. Jangan sakit hati dengan omongan temanmu tadi. Sebaliknya, jadikan omongan temanmu itu sebagai cambuk agar kau
lebih bersemangat dalam meraih impian. Wright bersaudara saja tak
gentar untuk mewujudkan impiannya meskipun waktu itu banyak orang yang bilang bahwa mereka sudah tidak waras. Penyebabnya
adalah bahwa menciptakan sesuatu yang bisa terbang, apalagi
benda itu berat, dianggap sangatlah tidak masuk akal, mengingat bumi memiliki
gaya gravitasi yang bisa membuat semua benda jatuh ke tanah.
Bagaimana
kawan, sanggupkah kau berjuang keras untuk meraih mimpimu? Sebaiknya
kau buktikan kepada teman-temanmu bahwa mimpimu itu bukan sesuatu yang mustahil
diraih oleh siapa saja asal ia memiliki kemauan keras untuk mewujudkan impiannya.
Mudah-mudahan kau benar-benar bisa mewujudkan mimpimu untuk memiliki toko atau
usaha sendiri, dan bukan hanya sekedar “mendambakan”.
Daftar Acuan
1. Buku
M.
Hariwijaya. 2007. Proposal Bisnis.
Cetakan ke-15. Bantul: Zenith Publisher.
2. Internet
Tidak ada komentar :
Posting Komentar