Kamis, 20 April 2023

UNTUKMU AGAMAMU, UNTUKKU AGAMAKU

  

 

Sebelum diangkat sebagai rasul, dalam pandangn kaum Quraisy di Mekah, Muhammad adalah orang yang memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia. Beliau terkenal sebagai orang yang dapat dipercaya, sehingga beliau dijuluki Al-Amin. Beliau juga dianggap sebagai orang yang bijaksana. Ketika renovasi Ka’bah telah selesai, semua kabilah bersikeras ingin menjadi peletak Hajar Aswad ke tempat asalnya. Muhammad-lah yang kemudian terpilih menjadi peletak Hajar Aswad ke tempat semula. Meskipun demikian, beliau tidak mau meletakkan Hajar Aswad sendirian. Beliau bertindak sangat bijaksana. Dimintanya sehelai kain, lalu dibentangkanlah kain tersebut ke atas tanah. Beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di atas kain. Kemudian, beliau meminta kepada sesepuh dari masing-masing kabilah untuk memegang pinggir kain dan mengangkat Hajar Aswad secara bersama-sama menuju ke tempat asal Hajar Aswad. Setelah itu, barulah Muhammad menempatkan Hajar Aswad tadi ke tempat semula dengan kedua tangannya.

Namun apakah setelah Muhammad diangkat sebagai rasul, lalu memudahkan langkah beliau dalam berdakwah karena sifat-sifat baik yang beliau miliki? Ternyata tidak! Banyak kendala yang dialami oleh Muhammad sebagai utusan Allah.

Tokoh-tokoh kafir Quraisy mulai melancarkan gangguan dan cemoohan kepada Rasulullah, baik dengan ucapan maupun tindakan. Kita mengenal Abu Jahal, gembongnya kelompok orang yang menghina Rasullullah. Kita juga mengenal Abu Lahab, paman Rasulullah, orang yang paling jahat dan benci kepada Rasulullah. Demikian juga istri Abu Lahab, adalah perempuan yang sangat membenci Rasulullah. ‘Uqbah bin Abi Mu’aith, tetangga Rasulullah yang suka bekerja sama dengan Abu Lahab dalam mengganggu Rasulullah. Al-’Ash bin Wail, orang yang memusuhi Rasulullah ini pernah mengatakan bahwa Rasulullah telah menipu sahabat-sahabatnya karena ajarannya yang menyebutkan bahwa mereka akan hidup lagi sesudah mati. Masih banyak lagi tokoh-tokoh Quraisy kafir yang melancarkan gangguan dan cemoohan kepada Rasulullah. Tak hanya kepada Rasulullah, gangguan dan cemoohan itu dilancarkan, tapi juga kepada para sahabat nabi. Terlebih, kebanyakan sahabat nabi berasal dari kalangan rendah dan lemah. Bahkan para sahabat nabi ini tak jarang mengalami siksaan dari kaum kafir Quraisy agar mereka tidak mengikuti ajakan dan ajaran Rasulullah, dan kembali ke keyakinan lamanya.

Ketika gangguan dan cemoohan yang dilancarkan kaum kafir Quraisy kepada Rasulullah tidak membawa hasil, mereka mencari jalan lain. Kaum kafir Quraisy berusaha memengaruhi Rasulullah dengan menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi orang paling kaya di Mekah. Mereka juga menawarkan perempuan mana pun yang beliau sukai untuk dinikahi. Mereka bersikukuh menawarkan berbagai kenikmatan duniawi kepada Rasulullah asal mau menghentikan dakwahnya.

Masih tak berhasil memengaruhi Rasulullah, mereka menempuh cara lain. Bertemulah kaum kafir Quraisy dengan Rasulullah untuk mengajukan kompromi. Dalam pertemuan tersebut, kaum kafir Quraisy mengajukan kompromi demikian.

“Hai Muhammad, marilah kita kompromi. Apabila kamu mau mengikuti agama kami, maka kami akan mengikuti agamamu. Kamu sembah ‘Tuhan-Tuhan’ kami selama satu tahun, niscaya kami akan menyembah Tuhanmu dalam waktu yang sama”.

Dikarenakan adanya ajakan kompromi dalam bidang aqidah dan ibadah tersebut, maka tidak lama kemudian turunlah Surat Al-Kāfirūn.  


1. Katakanlah: Hai orang-orang kafir!

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah

3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah

4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah

5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah

6. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.

 

Dengan turunnya Surat Al-Kāfirūn, Rasulullah diperintahkan untuk memberikan jawaban yang tegas dan pasti kepada kaum kafir Quraisy, bahwa “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah”, karena Hubal, Manat, Latta, dan Uzza yang disembah oleh kaum kafir Quraisy adalah ‘Tuhan-Tuhan’ palsu yang tak dapat menolong siapapun. Selain itu, mereka juga bukan penyembah Tuhan yang disembah Rasulullah dan sahabat-sahabatnya. Di sini, kaum muslimin diperintahkan agar selalu mengikuti petunjuk iman dengan hati yang teguh dan mantap, serta menutup telinga dari semua seruan yang akan merusak iman.

Pendek kata, “Untukmu agamamu, untukku agamaku”.

 

DAFTAR ACUAN 

  

Al-Ustadz Afiff Abdul Fattah Thabbarah. 2002. Tafsir Juz ‘Amma Lengkap dan Ilmiah. Cetakan ke-5. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Al-Wahidi an-Nisaburi. 2014. Asbabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Amelia.

Asrifin An Nakhrawi. 2011. Ringkasan Asbaabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Ikhtiar.

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.

K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan. 2004. Asbābun Nūzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an. Cetakan ke-6. Bandung: Diponegoro.

Muhammad Chirzin. 2011. Buku Pintar Asbabun Nuzul, Mengerti Peristiwa dan Pesan Moral di Balik Ayat-Ayat Suci Al-Quran. Jakarta: Zaman.

Syaikh DR. Yusuf Al-Qaradhawi. 2019. Tafisr Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Ust. Maftuh Ahnan Asy. 2001. Kisah Kehidupan Nabi Muhammad SAW.  Surabaya: Terbit Terang.

Tidak ada komentar :