Selasa, 04 April 2023

SEORANG ANAK YANG DISURUH KUFUR OLEH IBUNYA

 

 

Pada masa awal tersiarnya agama Islam di Mekah, ada kisah seorang anak yang disuruh kufur oleh ibunya, tapi anak tersebut tidak mau melaksanakan perintah ibunya. Ia tetap berpegang teguh pada agama Allah. Anak tersebut adalah Sa’ad bin Abi Waqqash.  

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kufur yang berasal dari Bahasa Arab diartikan: (1) tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya; kafir; dan (2) ingkar; tidak pandai bersyukur.

Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan putra dari Malik bin Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah yang biasa dipanggil Abi Waqqash. Artinya, ayah dari Waqqash. Sementara ibunya bernama Hamnah binti Sufyan bin Umayyah bin Abdu Syam bin Abdu Manaf. 

Sa’ad bin Abi Waqqash berasal dari kabilah Zuhrah, sama dengan Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah. Ia termasuk paman Rasulullah berdasarkan garis keturunan dari pihak ibu. Nasab Sa’ad bin Abi Waqqash bertemu dengan Rasulullah pada Kilab bin Murrah.

Usianya 17 tahun ketika Sa’ad bin Abi Waqqash masuk Islam. Ia termasuk assabiqunal awwalun). Hal ini dapat diketahui dari ucapannya bahwa, “Pada suatu saat saya memperoleh kesempatan termasuk tiga orang pertama yang masuk Islam”. Maksudnya, Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk salah satu dari tiga orang yang paling awal masuk Islam. Barangkali karena perkenalannya dengan Rasulullah sejak usia muda, maka ia mau menerima ajaran yang dibawakan oleh Rasulullah. Sementara Rasulullah sendiri bahagia melihat Sa’ad bin Abi Waqqash masuk Islam, hingga beliau tak segan membanggakannya. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir RA. menyebutkan, ketika Sa’ad bin Abi Waqqash datang kepada Rasulullah, beliau bersabda, Inilah saudara ibuku, hendaklah melihatku sebagai anak pamannya” (HR. Ibnu Abdil Birr). Bahkan pernah diriwayatkan, ketika Rasulullah sedang duduk bersama sebagian sahabatnya, beliau melihat Sa’ad bin Abi Waqqash bergerak menuju ke arah beliau, Beliau lalu bersabda, “Ini pamanku! Hendaknya setiap orang menunjukkan pamannya kepadaku”.   

Sosok Sa’ad bin Abi Waqqash digambarkan oleh Ustadzah Hj. Idah sebagai orang yang memiliki tubuh pendek, gemuk, rambut keriting, hidung pesek, kulit sawo matang, jemari tebal dan kasar, serta badannya dipenuhi bulu. Ia dikenal sebagai anak yang serius dan memiliki pemikiran yang cerdas, berbudi luhur, dan berakhlak mulia. Ia juga tergolong anak yang sangat berbakti kepada ibunya.

Tatkala ibunya mengetahui bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash telah masuk Islam, maka ibunya pun marah. Ia berusaha untuk mengembalikan agama anaknya ke agama lamanya. Meskipun Sa’ad bin Abi Waqqash sangat mencintai, menyayangi, dan juga sangat berbakti kepada ibunya, namun ia tidak mau ketika harus kembali ke agama semula. Ketika usaha ibunya tidak membuahkan hasil, maka ibunya mengancam kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, bahwa ia akan mogok makan dan minum sampai Sa’ad bin Abi Waqqash kembali ke agama lamanya.

Acaman Hamnah binti Sufyan, ibu Sa’ad bin Abi Waqqash, tidak main-main. Meskipun Sa’ad bin Abi Waqqash telah melarang ibunya agar tidak melakukan hal itu, tapi ibunya benar-benar mogok makan dan minum hingga beberapa hari. Akibatnya, tubuh ibunda Sa’ad bin Abi Waqqash menjadi lemah, kurus, dan kering. Bahkan akhirnya pingsan. Keluarganyapun menyuapi hingga siuman.

Melihat kondisi ibunda Sa’ad bin Abi Waqqash yang memprihatinkan, maka keluarganya menyuruh Sa’ad bin Abi Waqqash agar menjenguk ibunya. Harapannya,  dengan melihat kondisi ibunya, mudah-mudahan hatinya menjadi lunak.

Sa’ad bin Abi Waqqash sebenarnya hancur hatinya ketika menyaksikan pemandangan di mana ibunya tampak kurus, kering, dan lemah-lunglai. Akan tetapi hal itu tidak menggoyahkan keimanan Sa’ad bin Abi Waqqash terhadap Allah dan Rasul-Nya.

“Wahai ibu, sungguh aku sangat mencintaimu. Akan tetapi aku lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, andai ibu memiliki seratus nyawa lalu keluar satu per satu, niscaya aku tidak akan tinggalkan agama baruku ini karena sesuatu apapun. Terserah kepada ibu, apakah ibu mau makan atau tidak”, kata Sa’ad bin Abi Waqqash kepada ibunya.

Mengetahui anaknya sangat teguh pendiriannya, akhirnya ibunda Sa’ad bin Abi Waqqash mengalah. Kini ia tak mogok makan dan minum lagi.

Dengan adanya peristiwa tersebut, maka turunlah wahyu Allah.

 

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Al-Qur’an Surat Al-’Ankabut ayat 8).

 

Kisah yang menyebabkan turunnya Al-Qur’an Surat Al-’Ankabut ayat 8 tersebut dapat menjadi pelajaran untuk kita, bahwa berbuat baik kepada orang tua adalah wajib bagi anak. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita agar berbuat baik kepada orang tua, salah satu di antaranya adalah Surat Al-Isrā ayat 23-24. Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada kita agar berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika ayah dan ibunya telah berumur lanjut dan hidup bersama kita, maka kita dilarang untuk berkata kasar dan membentak. Sebaliknya, kita dianjurkan untuk mengucapkan kata-kata yang baik, sopan, penuh kasih-sayang, dan mendoakan keduanya: “Rabbirḥamhumā kamā rabbayānī shaghīrā(n)(Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidikku pada waktu kecil). Sebaliknya, meskipun itu perintah orang tua kita, jika perintah tersebut bertujuan untuk menyekutukan Allah, maka harus kita tolak.

Apakah Sa’ad bin Abi Waqqash tidak terkena tulah karena berani menolak  perintah ibunya? Tentu saja tidak, karena Sa’ad bin Abi Waqqash tetap mencintai  ibunya. Yang ditolak oleh Sa’ad bin Abi Waqqash adalah perintah ibunya yang menyuruh dia untuk kembali ke agama lamanya, sebuah agama yang jelas-jelas menyekutukan Allah. Tindakan Sa’ad bin Abi Waqqash justru dibenarkan oleh Allah. Terbukti, Allah melarang kita untuk mengikuti perintah orang tua yang bersifat menyekutukan Allah.

Berkat beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Sa’ad bin Abi Waqqash menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat. Yang dimaksud dengan sukses di dunia, misalnya: memiliki harta yang melimpah, mempunyai jabatan tinggi, berhasil membangun kerajaan bisnis, atau memiliki banyak prestasi. Sementara yang dimaksud dengan sukses di akhirat adalah bila seseorang meninggal dunia lalu dia dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Pengertian sukses di akhirat ini sesuai dengan yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 185.

Sukses yang baik menurut Islam adalah sukses di dunia, sukses pula di akhirat.  Meskipun sukses di dunia itu baik, namun apalah artinya jika akhiratnya justru bangkrut.

Apakah betul Sa’ad bin Abi Waqqash itu orang yang sukses? Mari kita lihat kisah hidupnya.

Sa’ad bin Abi Waqqash tumbuh di lingkungan yang mengedepankan keberanian dan ketrampilan berperang. Ia tak pernah absen dari peperangan bersama Rasulullah. Pada saat Perang Badar, Sa’ad bin Abi Waqqash membuatkan tali pengikat pedang untuk adiknya, Umair, karena usia adiknya masih belia. Umair gugur sebagai syuhada, sehingga Sa’ad bin Abi Waqqash pulang tanpa disertai adiknya. Sewaktu Perang Uhud terjadi, Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk salah satu orang yang ditugasi sebagai prajurit pemanah. Ketika pasukan muslimin tercerai-berai karena serangan balik pasukan kaum kafir Quraisy, Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan orang yang teguh mematuhi perintah Rasulullah. Ia lindungi Rasulullah dari serangan pasukan kaum kafir Quraisy. Ia yang berdiri di samping Rasulullah, diberi beberapa anak panah oleh Rasulullah. Rasulullah  bersabda, “Lemparkan wahai Sa’ad! Bapak ibuku menjadi jaminan bagimu”. Menanggapi hal ini, Ali bin Abi Thalib berkata, Tidak pernah saya dengar Rasulullah menyediakan ibu bapaknya sebagai jaminan seseorang, kecuali bagi Sa’ad”. Tatkala Umar bin Khaththab menjadi khalifah, atas usulan para sahabat kepada khalifah, Sa’ad bin Abi Waqqash terpilih sebagai panglima perang untuk menghadapi pasukan Persia. Perang yang terjadi di Qadisiyah ini adalah perang terbesar yang pernah ditorehkan oleh sejarah Islam. Pertempuran yang berlangsung selama tiga hari tersebut, berakhir dengan porak-porandanya tentara Persia hingga mereka kehilangan moral. Sementara prajurit muslimin mendapat harta rampasan perang yang sangat berlimpah.     

Kesuksesan Sa’ad bin Abi Waqqash tak hanya di bidang militer. Oleh khalifah Umar bin Kaththab, Sa’ad bin Abi Waqqash pernah diangkat sebagai gubernur di Kufah, Irak. Seperti lazimnya orang yang memiliki kedudukan tinggi, Sa’ad bin Abi Waqqash juga tidak terlepas dari fitnah. Banyak laporan yang disampaikan kepada khalifah, di antaranya disebutkan bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash kurang khusyu’ dalam shalatnya ketika menjadi imam. Supaya tidak menimbulkan fitnah di negeri yang baru dikuasai kaum muslimin, Sa’ad bin Abi Waqqash dipanggil oleh khalifah Umar bin Khaththab untuk menghadap beliau di Madinah. Sa’ad bin Abi Waqqash memenuhi panggilan khalifah Umar bin Khaththab. Setelah beberapa lama, khalifah Umar bin Khaththab bermaksud mengembalikan Sa’ad bin Abi Waqqash ke Kufah, tapi ia tidak mau dan pilih tinggal di Madinah. Sa’ad bin Abi Waqqash diangkat kembali sebagai gubernur ketika khalifah dipegang oleh Usman bin Affan. Pengangkatan ini atas wasiat Umar bin Khaththab sebelum meninggal, karena beliau tahu Sa’ad bin Abi Waqqash berhenti dari jabatannya sebagai gubernur bukan karena lalai atau berkhianat, melainkan untuk menghindari fitnah. Akan tetapi tak lama setelah memangku jabatan gubernur yang kedua, Sa’ad bin Abi Waqqash mengundurkan diri, karena menurutnya di kalangan kaum muslimin telah terjadi perubahan dan pergeseran nilai.  

Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk salah satu sahabat nabi yang kaya dan dermawan. Kegemarannya berinfak tidak membuat hartanya berkurang. Putrinya yang bernama Aisyah binti Sa’ad bin Abi Waqqash pernah menceritakan bahwa ayahnya mengirimkan zakat hartanya kepada Gubernur Marwan bin Al-Hakam Al-Umawi sebasar 5.000 dinar. Sementara saat meninggal dunia, ayahnya meninggalkan warisan sebesar 250.000 dinar. Jika harga dinar saat ini Rp 3.800.000,- per dinar, maka zakat yang dikeluarkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash sebesar 5.000 x Rp 3.800.000,- = Rp 19.000.000.000,-. Sementara warisan yang ditinggalkan saat Sa’ad bin Abi Waqqash meninggal sebesar 250.000 x Rp 3.800.000,- = Rp 950.000.000.000,-.

Selain sukses di dunia, Sa’ad bin Abi Waqqash juga sukses di akhirat. Seperti disebutkan di atas, yang dimaksud dengan sukses di akhirat adalah mereka yang setelah meninggal dunia, dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk salah satu sahabat nabi yang mendapat jaminan surga. Hal ini dapat kita ketahui dari kata-kata Anas bin Malik, Amru bin Ash, dan Abdullah bin Umar yang menceritakan bahwa, “Ketika kami duduk di sisi Rasulullah, maka beliau bersabda, ‘Akan masuk dari pintu ini seorang laki-laki yang akan menjadi penduduk surga’.  Maka tidaklah di antara kami berharap, melainkan orang tersebut berasal dari keluarganya. Ternyata Sa’ad (bin Abi Waqqash) yang muncul dari pintu tersebut”.

 

 

 

Daftar Acuan

 

 

1. Buku

 

Abdullatif Ahmad ‘Aasyur. 1991. 10 Orang Dijamin Ke Surga. Jakarta: Gema Insani.

Abdurrahman Ra’fat Basya. 2019. Sirah Shahabat. Jakarta: Pustaka As-Sunah.

Ali Muhammad Ash-Shallabi. 2018. Peperangan Rasulullah. Cetakan Kedua. Jakarta: Ummul Qura.

Al-Wahidi an-Nisaburi. 2014. Asbabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Amelia.

Asrifin An Nakhrawi. 2011. Ringkasan Asbaabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Ikhtiar.

K.H.Q Shaleh dan H.A.A, Dahlan. 2004. Asbābun Nuzūl, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Quran. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

M. B. Tamam. 2008. Kisah-kisah Teladan 20 Panglima Perang Islam. Surabaya: Amelia.

Muhammad Chirzin. 2011. Buku Pintar Asbabun Nuzul, Mengerti Peristiwa dan Pesan Moral di Balik Ayat-Ayat Suci Al-Quran. Jakarta: Zaman.

Nabawiyah Mahmud. 2017. Jenderal Islam Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah. Sukoharjo: Al-Wafi.

Nizar Abazhah. 2014. Sahabat Muhammad, Kisah Cinta dan Pergulatan Iman Generasi Muslim. Jakarta: Zaman.

Ustadzah Hj. Idah. 2015. 20 Hikayat Dahsyat Panglima Islam Berjuang Hingga Tetes Darah Terakhir. Jakarta: Shava Pustaka.


 

2. Internet

https://kbbi.web.id/kufur

https://finance.detik.com/sosok/d-5555110/saad-bin-abi-waqqash-orang-kaya-yang-doanya-paling-mustajab

https://www.facebook.com/notes/mulyono-atmosiswartoputra/sukses-menurut-islam/2640039176326100/

Tidak ada komentar :