Sabtu, 29 April 2023

UBAY BIN KHALAF: PENENTANG RASULULLAH YANG TIDAK PERCAYA ADANYA HARI KEBANGKITAN

 

 

Ubay bin Khalaf termasuk salah seorang anggota kelompok Syu’bah Al-Syāk, yaitu kelompok pemuka kafir Quraisy yang sangat membenci Rasulullah. Ia menorehkan namanya sebagai salah satu tokoh penentang Rasulullah yang keras, tak kalah kerasnya dengan Abu Jahal, ‘Uqbah bin Abi Mu’aith, dan ‘Utbah bin Rabi’ah.

Ubay bin Khalaf berasal dari Bani Jumah. Nama lengkapnya adalah Ubay bin Khalaf bin Wahab bin Hudhafah bin Jumah bin ‘Amr bin Hushaish bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr. Nasab Bani Jumah dan Bani Hasyim yang merupakan klan Rasulullah, bertemu pada Ka’ab bin Lu’ay. Dengan demikian, Ubay bin Khalaf dan Rasulullah sesungguhnya masih ada garis kekerabatan.

Pada masa jahiliyah, Bani Jumah memiliki pengaruh yang cukup kuat di kalangan masyarakat Quraisy. Mereka memiliki tokoh-tokoh yang tidak hanya kaya, tapi juga sangat disegani. Dua orang bersaudara, yakni Ubay bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf adalah contohnya. Umayyah bin Khalaf bahkan memiliki banyak budak, salah satu di antaranya adalah Bilal bin Rabah. Dikarenakan ketahuan memeluk agama Islam, Bilal bin Rabah disiksa oleh majikannya agar mau kembali ke agama semula. Bilal bin Rabah kemudian dibeli oleh Abu Bakar saat sedang mengalami penyiksaan. Ia dirawat dan diobati luka-lukanya oleh Abu Bakar. Setelah itu, Bilal bin Rabah dimerdekakan oleh Abu Bakar.

Ubay bin Khalaf memiliki sahabat setia bernama ‘Uqbah bin Abi Mu’aith. Sayangnya, persahabatan mereka justru merugikan diri sendiri. Ketika Ubay bin Khalaf sedang menemui Rasulullah dengan niat hendak masuk Islam, ‘Uqbah bin Abi Mu’aith segera menghasut Ubay bin Khalaf agar mencaci dan menghina Rasulullah, sehingga Ubay bin Khalaf mengurungkan niatnya untuk masuk Islam. Pun sebaliknya, saat ‘Uqbah bin Abi Mu’aith menghadiri majelis Rasulullah dan mendengarkan nasihat beliau, Ubay bin Khalaf marah kepada temannya itu dan mengatakan tak akan bertegur-sapa jika ‘Uqbah bin Abi Mu’aith masih hadir di majelis Rasulullah dan mendengarkan nasihat beliau. Akhirnya, dikarenakan lebih memilih persahabatan yang menyesatkan daripada memilih jalan kebenaran, mereka berdua tetap berada dalam kesesatan.

Betapa ekstremnya Ubay bin Khalaf dalam menentang dakwah Rasulullah, ia pernah datang menemui Rasulullah sambil membawa tulang yang sudah rapuh. Tulang tersebut kemudian ia hancurkan di hadapan Rasulullah. Dengan nada mencemooh, Ubay bin Khalaf  berkata, "Hai Muhammad, apakah engkau masih berpendapat bahwa Allah akan menghidupkan kembali tulang yang telah hancur ini?"

“Ya! Allah akan mematikanmu, kemudian membangkitkanmu kembali, lalu memasukkanmu ke dalam neraka jahanam”, jawab Rasulullah. 

Mendengar jawaban Rasulullah, Ubay bin Khalaf marah.

“Demi hak berhala Latta dan berhala Uzza, aku pasti membunuhmu”, kata Ubay bin Khalaf kepada Rasulullah.

“Kamu tidak dapat membunuhku, akan tetapi aku yang akan membunuhmu, in syaa Allah, dan akan menyerahkanmu ke neraka”, jawab Rasulullah.

Menurut logika Ubay bin Khalaf, hidup kembali setelah kematian adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Itulah sebabnya ia mencoba mematahkan keyakinan akan adanya hari kebangkitan dengan argumentasi bahwa tulang yang telah hancur itu tidak akan bisa bangkit kembali. Sebagai teguran bagi orang yang tidak memercayai adanya hari kebangkitan, maka Allah turunkan ayat berikut in

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?”. Katakanlah: Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”. Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah! maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan (Al-Qur’an Surat Yasin ayat 77-83).

Menurut tafsir Kementerian Agama sebagaimana disebutkan dalam https://pecihitam.org/, ayat ini menjelaskan tentang keraguan kaum kafir Mekah terhadap adanya hari kebangkitan. Mereka berpendapat demikian karena telah melupakan asal kejadian masing-masing. Mereka diingatkan bahwa Allah telah menciptakan mereka dari setetes air mani, sehingga mereka lahir berwujud manusia yang hidup dan utuh. Jika seandainya mereka mengingat dan menyadari hal ini, pastilah mereka yakin bahwa Allah juga kuasa menghidupkannya kembali sesudah mati, walaupun tulang-belulang mereka sudah remuk. Allah mengemukakan pertanyaan kepada orang-orang yang tidak memercayai hari kebangkitan, jika mereka percaya bahwa Allah kuasa menciptakan langit dan bumi, mengapa Allah tidak kuasa menciptakan sesuatu yang serupa dengan itu? Jawabannya adalah Allah pasti kuasa menciptakannya, karena Dia Maha Pencipta, lagi Maha Mengetahui.

Kembali kepada Ubay bin Khalaf. Pada kesempatan yang berbeda, Rasulullah yang sedang melewati suatu jalan, melihat Ubay bin Khalaf sedang merawat seekor kuda.

“Buat apa kamu merawat kuda itu?”, tanya Rasulullah.

“Aku akan menaiki kuda tersebut dan akan membunuhmu”, jawab Ubay bin Khalaf.

“Tidak! Akulah yang akan membunuhmu, in syaa Allah!”, balas Rasulullah.

Rasulullah kemudian pergi melanjutkan perjalanan.

Waktu terus berlalu. Setelah Rasulullah dan kaum muslimin hijrah ke Madinah, perang antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy pun mulai berkobar. Perang Badar adalah perang pertama antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy. Perang ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-2 setelah Rasulullah dan kaum muslimin hijrah ke Madinah. Pada perang ini, Ubay bin Khalaf turut serta bertempur melawan kaum muslimin. Beruntung baginya, karena ia tidak mengalami nasib yang sama seperti kawan-kawannya yang tewas dalam Perang Badar. Di antara tokoh-tokoh kafir Quraisy yang tewas dalam Perang Badar adalah Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, Syaibah bin Rabi’ah, ‘Utbah bin Rabi’ah, dan Al-Ash bin Hisyam bin Al-Mughirah.

Meskipun Ubay bin Khalaf selamat dari maut, namun keluarga besar Bani Khalaf harus menelan pil pahit. Selain kehilangan Umayyah bin Khalaf yang tewas dalam Perang Badar, enam orang dari Bani Khalaf juga menjadi tawanan perang. Bahkan dua dari enam orang yang ditawan tersebut adalah anak Ubay bin Khalaf, yakin ‘Abdullah Ubay bin Khalaf dan ‘Amr Ubay bin Khalaf. Dikarenakan tak mau anaknya menjadi tawanan, Ubay bin Khalaf lalu menemui Rasulullah dan memohon agar anaknya dibebaskan, meskipun harus membayar tebusan yang mahal.

Kekalahan pada Perang Badar menyebabkan kaum kafir Quraisy semakin menaruh dendam pada kaum muslimin. Mereka memiliki keinginan untuk membalas dendam pada kaum muslimin. Terlebih, karena pasukan kaum kafir Quraisy yang tewas  pada Perang Badar sebanyak 70 orang dan yang menjadi tawanan perang juga 70 orang yang kebanyakan adalah para pemuka dan pemimpin mereka. Sementara di pihak kaum muslimin yang mati syahid hanya 14 orang.

Mereka, kaum kafir Quraisy, sepakat untuk melancarkan serangan kembali pada kaum muslimin agar kebenciannya terobati. Di antara para pemimpin kaum kafir Quraisy yang paling getol mengadakan persiapan perang adalah Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayyah, Abu Sufyan bin Harb, dan Abdullah bin Abu Rabi’ah. Mereka menghimbau kepada orang-orang yang banyak harta agar mau menyumbangkan hartanya untuk biaya perang. Dari hasil sumbangan tersebut, terkumpullah 1.000 unta dan 1.500 dinar yang akan digunakan untuk kepentingan perang melawan kaum muslimin. Tentang hal ini, Allah menurunkan ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menafkahkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan” (Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 36). 

Setelah persiapan dirasa cukup, pasukan kaum kafir Quraisy-pun bergerak menuju Madinah. Abbas bin Abdul Muththalib yang masih berada di Mekah, segera mengutus orang untuk menyampaikan surat kepada Rasulullah. Isi surat menginformasikan secara rinci tentang pasukan kaum kafir Quraisy yang akan menyerang kaum muslimin. Utusan yang bergerak cepat itu menempuh perjalanan hanya dalam tempo 3 hari dari Mekah ke Madinah.

Setelah mendapatkan informasi dari Abbas bin Abdul Muththalib melalui utusannya, Rasulullah segera mengatur persiapan perang melawan pasukan kaum kafir Quraisy.

Dua pasukan perang yang tak seimbang jumlahnya itu bertemu di Jabal Uhud. Pasukan kaum muslimin yang berjumlah 700 orang itu harus berduel melawan pasukan kaum kafir Quraisy yang berjumlah 3.000 orang. Perang Uhud, demikian sejarah mencatatnya karena terjadi di Jabal Uhud, berlangsung pada bulan Syawal tahun ke-3 setelah Rasulullah dan kaum muslimin hijrah ke Madinah.

Sesungguhnya pada awal keberangkatan dari Madinah menuju Jabal Uhud, pasukan kaum muslimin sekitar 1.000 orang. Namun kaum munafik yang dipelopori oleh Abdullah bin Ubay membelot. Sekitar 300 orang kembali ke Madinah dan tidak ikut berperang. Tentang orang-orang munafik ini, Allah berfirman, Dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada mereka dikatakan, Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)’. Mereka berkata, Sekiranya kami mengetahui (bagaimana cara) berperang, tentulah kami mengikuti kamu’. Mereka pada hari itu lebih dekat pada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan” (Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 167).

Pada Perang Uhud, Ubay bin Khalaf tak ketinggalan dalam barisan pasukan kaum kafir Quraisy. Ia yang merupakan petarung hebat, mampu membuat Syammas bin ‘Utsman bin Al-Syarid dari Bani Makhzum menemui ajal. Namun tidak demikian ketika berhadapan dengan Rasulullah. Seperti diceritakan oleh Al-Waqidi, Ubay bin Khalaf datang dengan menunggang kuda miliknya. Ketika ia sudah dekat dengan Rasulullah, para sahabat nabi ingin menghalang-halangi dan membunuhnya, namun Rasulullah justru mencegahnya. Beliau sendiri yang menghadang langkah Ubay bin Khalaf. Ubay bin Khalaf yang sedang menunggang kuda, dilempar tombak oleh Rasulullah. Tombak berhasil mengenai Ubay bin Khalaf, sehingga ia terjatuh dan terhempas ke tanah hingga salah satu tulang rusuknya patah. Ubay bin Khalaf tak bisa berdiri. Oleh karena itu, ia ditandu saat pulang. Namun belum sampai Mekah, Ubay bin Khalaf sudah meregang nyawa. Rupanya, sabda Rasulullah bahwa beliau akan membunuh Ubay bin Khalaf menjadi kenyataan.

 

DAFTAR ACUAN

 

1. Buku

Al-Wahidi an-Nisaburi. 2014. Asbabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Amelia.

Anonim. Tanpa Angka Tahun. Hijaz, Terjemah Tafsir Per Kata. Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema.

As-Syekh Hamami Zadah. 2010. Rasulullah SAW Bukan Seorang Penyair. Surabaya: Ampel Mulia.

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahan-nya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.

Misran dan Armansyah. 2018. Para Penentang Muhammad SAW. Bandung: Safina.

Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri. 2018. Sirah Nabawiyah. Cetakan Ke-17. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

2. Internet

https://pecihitam.org/surah-yasin-ayat-77-80-terjemahan-dan-tafsir-al-quran/

https://pecihitam.org/surah-yasin-ayat-81-83-terjemahan-dan-tafsir-al-quran/

Tidak ada komentar :