Ketika
hujan mengguyur bumi, suhu udara di sekitar tempat tersebut akan menjadi
dingin. Jika posisi kita saat itu sedang dalam perjalanan, biasanya akan
berhenti dan mencari sesuatu yang dapat mengurangi rasa dingin yang
merasuk ke dalam tubuh. Salah satu solusinya adalah mencari makanan atau
minuman panas seperti bakso, mie ayam, kopi, teh, susu atau yang lainnya.
Meskipun
sedang tidak hujan, kita juga sering mengonsumsi makanan atau minuman panas baik
di rumah sendiri, warung, atau rumah makan. Saat hendak makan atau minum itulah
tak jarang orang meniupnya. Tujuannya adalah agar makanan atau minuman tersebut
berkurang suhu panasnya sehingga bisa segera dimakan atau diminum.
Meniup
makanan atau minuman panas memang efektif menurunkan suhu panas. Akan tetapi
Rasulullah justru melarangnya. Jangankan meniup, bernapas di dalam gelas saja
tidak diperbolehkan. Sebaliknya, Rasulullah justru menganjurkan kepada kita
supaya menunggu makanan atau minuman tersebut menjadi dingin, baru kemudian
memakan atau meminumnya.
Dari Abu Qatadah r.a., “Rasulullah SAW. bersabda, ‘Apabila
kalian minum, janganlah bernapas di dalam gelas, dan ketika buang hajat,
janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan kanan’” (HR. Bukhari
153).
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam melarang bernapas pada bejana minuman atau meniupnya (HR. Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Asma’ binti Abu Bakar, ia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ia
(makanan yang telah hilang panasnya) lebih besar keberkahannya.
Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Telah shahiih dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Janganlah makanan dimakan
hingga hilang kepulan asapnya”.
Imam as-Shafrawi menyebutkan bahwa Rasulullah SAW. tidak
menyukai makanan panas dan pernah sekali beliau menyebutkan, "Makanlah
makanan yang sudah dingin, karena itu adalah obat dan ingatlah makanan panas
tidak mempunyai berkah di dalamnya".
Tidak
sedikit orang-orang yang melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada
perbedaan antara makanan atau minuman panas yang ditiup dengan yang tidak
ditiup. Setelah dilakukan penelitan, ternyata hasilnya membuktikan bahwa
makanan atau minuman panas yang ditiup sebelum dimakan atau diminum sangat
berbahaya bagi kesehatan dibandingkan dengan yang tidak ditiup.
Di
bawah ini beberapa bahaya tersebut.
Jangan tiup minuman yang masih
panas.
(Sumber: https://www.gambar.pro/2009/12/63-gambar-animasi-kopi-terlihat-keren.html)
1. Menyebarkan
virus dan bakteri
Meniup
makanan atau minuman memberikan peluang adanya transfer virus atau bakteri dari
si peniup ke makanan atau minuman yang ditiup. Apabila si peniup mengidap
penyakit flu, TBC atau hepatitis misalnya, maka kemungkinan penularan penyakit
itu akan terjadi. Hal ini jika makanan atau minuman yang ditiup tadi kemudian
dimakan atau diminum oleh orang lain.
Terdapat
perbedaan yang signifikan antara makanan atau minuman yang ditiup dengan
yang tidak ditiup, yaitu lebih banyak mikroorganisme[1])
pada makanan atau minuman yang ditiup dibandingkan dengan yang tidak
ditiup.
2. Merusak
gigi
Sering
mengonsumsi makanan atau minuman panas dapat mengakibatkan email gigi menjadi
terkikis. Bila email terkikis, maka gigi menjadi sensitif terhadap suhu makanan
atau minuman. Akibatnya gigi menjadi mudah rusak.
3. Merusak
kerongkongan
Mengonsumsi
makanan atau minuman panas bisa melukai sel skuamosa yang terletak di
kerongkongan sehingga dapat menimbulkan zat karsinogen dan dapat merusak
kerongkongan.
4. Menyebabkan
penyakit jantung
Makanan
atau minuman panas itu mengeluarkan uap air atau H2O. Sementara manusia
bernapas menghembuskan karbondioksida atau CO2 dan menghirup oksigen atau O2.
Jika kita meniup makanan atau minuman panas, maka uap air yang dikeluarkan oleh
makanan atau minuman panas akan bertemu dengan karbondioksida, sehingga
membentuk senyawa asam karbonat (carbonic acid) yang bersifat asam. H2O
+ CO2 à H2CO3. Senyawa asam karbonat ini bila masuk ke tubuh
kita akan mengganggu pH (tingkat keasaman) dalam darah sehingga dapat
mengakibatkan penyakit jantung.
5. Gangguan
lambung
Mengonsumsi
makanan atau minuman panas juga tidak baik untuk lambung, sebab dapat membuat
lambung iritasi dan perut terasa kembung.
6.
Menimbulkan batu ginjal
Jika
makanan yang mengandung kalsium oksida atau CaO kita tiup, maka kalsium
oksida yang bertemu dengan karbondioksida atau CO2, akan
berubah menjadi batu kapur atau CaCO3. Endapan batu kapur yang terlalu banyak
dapat menimbulkan batu ginjal. Kalsium oksida biasanya ditemukan pada
makanan-makanan kaleng yang dapat memanaskan sendiri.
7. Mudah merasa lelah
Mengonsumsi makanan atau minuman panas
dapat memicu kerja organ tubuh lebih cepat sehingga tubuh akan mudah merasa
lelah dan lemas.
Itulah
bahaya meniup makanan atau minuman panas sebelum dimakan atau diminum. Untuk
menghindari bahaya tersebut, sebaiknya kita mengikuti anjuran Rasulullah, yakni
menunggu makanan atau minuman tersebut hingga tidak panas dan jangan
sekali-kali meniupnya atau bernapas di depan makanan atau di dalam gelas minuman.
Semoga kita termasuk orang yang bisa mengikuti sunnah Rasulullah.
Daftar Acuan
1.
Buku
Ade Ichwan Ali. 2013. Etika
Makan & Minum. Tanpa Nama Tempat: Pustaka Ibnu ‘Umar.
Ahmad Rinto Raharjo.
2014. Rahasia Keajaiban Hidup Sehat & Berkah Rasulullah. Bantul –
Yogyakarta: Araska.
2.
Internet
http://gizi.unida.gontor.ac.id/2019/08/31/mengapa-rasulullah-saw-melarang-kita-untuk-meniup-makanan/
https://food.detik.com/info-kuliner/d-5671598/mengapa-rasulullah-saw-larang-meniup-makanan-dan-minuman-panas-ini-alasannya/
https://gaya.tempo.co/read/1481877/ini-bahaya-mengonsumsi-makanan-dan-minuman-panas/full&view=ok
https://kbbi.web.id/mikroorganisme
https://ners.umku.ac.id/larangan-meniup-makanan-dan-minuman-panas.php
https://sumsel.tribunnews.com/2015/03/21/ini-alasan-mengapa-islam-melarang-meniup-makanan-dan-minuman-panas
[1])
Dalam Kamus Besar bahasa
Indonesia, mikroorganisme diartikan sebagai
makhluk hidup sederhana yang terbentuk dari satu atau beberapa sel yang
hanya dapat dilihat dengan mikroskop, berupa tumbuhan atau hewan yang biasanya
hidup secara parasit atau saprofit, misalnya bakteri, kapang, ameba.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar