Rabu, 20 Maret 2024

MAYONG: TEMPAT LAHIR R.A. KARTINI


 

Siapa tak kenal Raden Ajeng Kartini, pahlawan perempuan dari Jepara? Namanya tak hanya dikenal oleh orang Indonesia, tapi sudah mendunia.

Kartini adalah putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Raden Ajeng adalah gelar kebangsawanannya. Bagi bangsawan perempuan Jawa, gelar Raden Ajeng (disingkat R.A.) dipakai ketika yang bersangkutan masih gadis. Sementara jika sudah menikah, maka gelarnya berubah menjadi Raden Ayu (disingkat R.Ay.).

Mengapa Kartini tetap disebut Raden Ajeng, padahal beliau sudah menikah sebelum akhir hayat? Mengapa tidak disebut Raden Ayu Kartini? Menurut dugaan saya, karena nama beliau dikenal orang ketika masih gadis berkat surat-suratnya yang ditujukan kepada sahabat-sahabat penanya dari Eropa yang kemudian dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht, sehingga ia lebih dikenal dengan nama Raden Ajeng Kartini daripada Raden Ayu Kartini.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional juga menyebut nama Kartini dengan gelar Raden Ajeng. Lengkapnya: Raden Ajeng Kartini.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 tentang R.A. Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

 

Kartini lahir dari rahim seorang ibu bernama Mas Ayu Ngasirah pada 21 April 1879. Ketika Kartini lahir, ayahnya belum menjabat sebagai bupati Jepara, tapi masih sebagai wedana1) Mayong. Gelar ayahnyapun belum Raden Mas Adipati Ario, tapi masih Raden Mas.

Menurut beberapa sumber media online seperti inews.id, antaranews.com, dan detik.com, lokasi rumah ayahanda Kartini di Mayong berada di kompleks Kantor Camat Mayong yang sekarang. Tepatnya di Desa Pelemkerep, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Sayangnya, rumah asli tempat Kartini dilahirkan itu sudah tidak ada bekasnya. Ada yang menyebutkan bahwa rumah tempat Kartini dilahirkan telah dibongkar untuk dibawa ke Jepara. Hal ini bisa dimaklumi, karena rumah zaman dahulu pada umumnya terbuat dari kayu sehingga bisa dibongkar untuk dipindahkan ke lain tempat. Yang tersisa dari bekas rumah Wedana Mayong itu hanyalah sumur dan lokasi ditanamnya ari-ari atau plasenta Kartini.  

Menurut Camat Mayong, Muhammad Subkhan seperti diberitakan antaranews.com, 21 April 2022, kebiasaan masyarakat, setelah proses kelahiran, maka ari-ari-nya ditanam di sekitar tempat tinggalnya. Kebetulan saat itu masih menempati rumah yang berada di kompleks Kawedanan Mayong. Setelah dua tahun berselang, Kartini pindah ke Jepara karena orang tuanya diangkat menjadi Bupati Jepara.

Saat ini, di tempat ari-ari Kartini ditanam, telah dibangun monumen yang disebut Monumen Ari-Ari Kartini. Di tempat itulah dahulu rumah orang tua Kartini berada.

Monumen Ari-Ari Kartini  
(Sumber gambar: https://travel.kompas.com/read/2023/04/17/223900027/tempat-lahir-ra-kartini-simak-7-fakta-kota-jepara?page=all)


Monumen yang terletak di atas tanah yang tak terlalu luas di samping Kantor Camat Mayong itu berupa bunga teratai. Monumen ini dibuat sedemikian rupa agar bermakna tanggal lahir Kartini. Kuncup kedua dari atas berjumlah 21, menunjukkan tanggal lahir. Empat lampu, menunjukkan bulan kelahiran Kartini, yakni bulan keempat atau April. Kuncup paling bawah berjumlah 18, ukiran paling bawah berjumlah 7, dan kuncup paling atas berjumlah 9. Ini menunjukkan tahun kelahiran Kartini, 1879. Jika seluruhnya dirangkai, maka menjadi 21-4-1879 atau 21 April 1879.

Masih di area monumen, selain terdapat sumur milik keluarga Kartini, juga terdapat tugu sebagai penanda bahwa di tempat tersebut dulu pernah lahir anak perempuan yang kelak menjadi pahlawan, yakni Kartini. Di tugu tersebut terdapat tulisan, “Tempat R.A. Kartini dilahirkan, 21 April 1879”, dan “10 Nopember 1951”. Tanggal yang disebutkan terakhir merupakan tanggal berdirinya tugu tersebut.


Tugu tempat Kartini dilahirkan
(Sumber gambar: https://www.antaranews.com/beita/2835457/doa-bersama-digelar-warga-jepara-di-monumen-ari-ari-katini)



Daftar Acuan



https://id.wikipedia.org/wiki/Kewedanaan

https://travel.detik.com/travel-news/d-5540070/melihat-ari-ari-ra-kartini-di-jepara-jejak-kelahiran-pahlawan-emasipasi-wanita?single=1

https://travel.kompas.com/read/2023/04/17/223900027/tempat-lahir-ra-kartini-simak-7-fakta-kota-jepara?page=all

https://www.antaranews.com/berita/2835457/doa-bersama-digelar-warga-jepara-di-menumen-ari-ari-ra-kartini 

https://www.inews.id/travel/destinasi/mengintip-monumen-ari-ari-ra-kartini-di-jepara-unik-dibangun-mirip-bunga-teratai/all


----------------------

1) Wedana adalah pejabat di bawah bupati, di atas camat. Sementara wilayah kerjanya disebut kewedanaan (bahasa Jawa: kawedanan; bahasa Belanda: district). Bentuk wilayah seperti ini berlaku juga pada masa kolonial Belanda. Setelah Indonesia Merdeka, bentuk wilayah tersebut masih berlaku di beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kewedanaan dan keresidenan (wilayah yang dipimpin oleh residen yang berada di bawah gubernur, di atas bupati) dihapus pada 1963 melalui Peratuan Presiden Nomor 22 Tahun 1963 tentang Penghapusan Keresidenan dan Kewedanaan, tertanggal 25 Oktober 1963. Penghapusan tersebut dikarenakan jabatan wedana dan residen dianggap tidak efektif membantu tugas bupati (bagi wedana) atau gubernur (bagi residen). Meskipun demikian, posisi wedana di beberapa tempat masih diisi oleh pejabat yang disebut Pembantu Bupati yang tidak memiliki kewenangan pengambilan keputusan.

Tidak ada komentar :