Rabu, 23 Agustus 2023

BERTOBATNYA PARA PENYEMBAH BERHALA

b

a


Nabi Yunus bukanlah penduduk Ninawa di negeri Maushil, dekat Sungai Tegris. Allah sengaja mengutus Nabi Yunus ke Ninawa untuk meluruskan aqidah penduduk setempat yang salah. Penduduk Ninawa hidup dalam kesesatan. Mereka bukannya menyembah Allah, melainkan menyembah berhala.

Sebagai pendatang, Nabi Yunus membuat penduduk Ninawa gempar karena dakwahnya. Selama ini mereka menyembah berhala. Namun sejak kedatangan Nabi Yunus, adat-istiadat yang biasa mereka lakukan turun-temurun itu hendak diubah oleh beliau. Mereka diajak untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala-berhala yang selama ini dijadikan sesembahan. Tentu saja mereka enggan mengikuti ajakan pendatang tersebut.

Meskipun Nabi Yunus telah berusaha menyampaikan dakwah kepada penduduk setempat selama 30 tahun agar menyembah Allah, namun pada kenyataannya mereka tetap ingkar. Hanya ada dua orang yang beriman, yakni Rubil dan Tanukh, sementara yang lain tetap ingkar. Tentu saja hal ini membuat Nabi Yunus kesal. Itulah sebabnya Nabi Yunus  kemudian memohon kepada Allah agar diturunkan azab kepada kaumnya. Akan tetapi Allah memerintahkan kepada Nabi Yunus agar bersabar selama 40 hari. 

Nabi Yunus mengikuti perintah Allah. Dengan penuh kesabaran, Nabi Yunus berusaha menungguh siapa tahu mereka mau beriman. Namun apa yang terjadi? Meskipun Nabi Yunus tak henti-hentinya berdakwah, mereka sama sekali tidak menghiraukan ajakan Nabi Yunus

Tiga hari menjelang hari ke-40, Allah menurunkan tanda-tanda datangnya azab. Langit tiba-tiba tertutup awan tebal, sehingga keadaan menjadi gelap-gulita. Meskipun Allah tidak menyuruh Nabi Yunus pergi meninggalkan kaumnya, namun karena takut azab datang, Nabi Yunuspun pergi meninggalkan Ninawa.

Di pihak lain, kaum Ninawa merasa ketakutan begitu melihat awan hitam bergumpal-gumpal di langit. Mereka langsung menuju ke suatu tempat yang dianggap aman. Di tempat tersebut mereka menyatakan bertobat kepada Allah. Mereka teringat kepada Nabi Yunus yang selama ini selalu mengajak untuk menyembah Allah. Nabi Yunuspun dicari kian kemari, tapi yang dicari tidak ditemukan.

Dikarenakan tobatnya kaum Ninawa benar-benar tobatan nasuha, Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang berkenan menerima tobatnya kaum Ninawa, Azabpun tak jadi ditimpakan oleh Allah kepada kaum Ninawa.

Nabi Yunus yang meninggalkan kaumnya itu, sampailah di tepi laut. Beliau lalu meneruskan perjalanan dengan menumpang kapal laut. Kebetulan kapal yang ditumpangi bermuatan penuh. Ketika kapal berada di tengah laut, tiba-tiba datang angin topan. Kapal pun goyang ke kanan goyang ke kiri hampir tenggelam. Teriakan penumpang pun memenuhi ruangan kapal karena panik,

Apakah di sini adalah ada seorang pelarian?, tanya nahkoda kepada penumpang kapal. Jika ada, terjunlah ke laut agar kapal tidak tenggelam, demi keselamatan orang banyak”, lanjut nahkoda.

“Ya, ada. Sayalah pelarian itu”, jawab Nabi Yunus jujur.

“Betulkah kamu seorang pelarian?”, tanya nahkoda tak percaya.

“Ya, betul!”, jawab Nabi Yunus.

“Aku tidak percaya. Tampang seperti kamu tidak pantas sebagai pelarian”, sergah nakoda, tetap tak percaya. “Sekarang begini saja, kita undi siapa yang harus keluar dari kapal”, lanjut nahkoda memberikan solusi.

Undianpun dilakukan. Ketika diundi, ternyata undian jatuh pada Nabi Yunus. Nabi Yunuspun terjun ke laut demi untuk keselamatan penumpang lainnya.

Nasib bagus rupaya belum berpihak kepada Nabi Yunus. Setelah Nabi Yunus terjun ke laut, rupanya seekor ikan besar[1]) ada di dekatnya. Ditelanlah Nabi Yunus oleh ikan tersebut. Namun meskipun  ditelan ikan, Nabi Yunus tetap hidup di dalam perut ikan tersebut berkat pertolongan Allah.

Betapa gelapnya berada di dalam perut ikan dirasakan oleh Nabi Yunus. Iapun segera mengingat Allah.

“Ya Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya hamba termasuk orang-orang yang zalim”.

Allah mendengar doa Nabi Yunus. Doapun dikabulkan. Ikan yang memangsa Nabi Yunus kemudian memuntahkannya di tepi pantai. Sekujur tubuh Nabi Yunus terasa sakit. Badannya pun lemah, sehingga tak mampu melakukan apa-apa. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Diumbuhkanlah pohon labu di dekat tubuh Nabi Yunus, sehingga buahnya dapat dimakan oleh Nabi Yunus sehingga badan sehat kembali. Sementara daun-daunya menjadi pelindung tubuhnya yang lemah.

Setelah kesehatan Nabi Yunus pulih, Allah memerintahkan agar segera kembali kepada kaumnya. Nabi Yunuspun kembali ke Ninawa. Sampai di Ninawa, ternyata kaumnya sudah beriman. Mereka tidak menyembah berhala lagi. Kedatangan Nabi Yunus pun disambut gembira oleh kaum Ninawa yang telah lama mencarinya. Demikian, penduduk Ninawa  hidup bahagia bersama Nabi Yunus hingga Nabi Yunus wafat di kampung tersebut.


Daftar Acuan

 

Dewi Astuti dkk. Tanpa Angka Tahun. Si Penyebar Fitnah, 38 Pelajaran Hidup dari Orang-Orang Pilihan. Jakarta: Penerbit Kalil (Imprint PT Gramedia Pustaka Utama.

Fatchur Rochman A.R. 1995. Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur’an. Surabaya: Apollo.

Ibnu Katsir. 2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.

Labib Mz. dan Maftuh Ahnan. Tanpa Tahun. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.

Maftan. 2005. Kisah 25 Nabi & Rasul. Jakarta: Sandro Jaya.

Majdiy Muhammad asy-Syahawiy. 2003. Kisah-Kisah Binatang dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Moh. Rifai. 1976. Riwayat 25 Nabi dan Rasul. Semarang: CV. Tohaputra.

Muhammad Fairus NA. 2011. Koleksi Kisah 25 Nabi. Surabaya: Pustaka Media.

Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 2. Cetakan ke-7. Dian Rakyat.

Ust. Fatihuddin Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul. Surabaya: Terbit Terang.

Ust. Labib Mz. dan Nur Latifah. 2002. Kisah Perjalanan Oang-Orang yang Bertaubat. Surabaya: Tiga Dua.

 

 

Tidak ada komentar :