Selasa, 22 Agustus 2023

AZAB BAGI KAUM PEMUJA AIKAH

  

Kaum Madyan termasuk bangsa Arab. Mereka tinggal di sebuah daerah yang bernama Ma’an, di pinggir negeri Syam. Mereka tinggal tidak jauh dari tempat tinggal kaum Nabi Luth. Masanya juga tidak jauh dari masa kaum Nabi Luth hidup, kaum yang diazab Allah karena keingkarannya.

DDisebut kaum Madyan, karena mereka keturunan Madyan, putra Nabi Ibrahim. Nama tersebut kemudian menjadi nama kabilah bagi anak keturunan Madyan. Lokasi tempat tinggal mereka berada di Pantai Laut Merah, di sebelah tenggara Gunung Sinai.

MMeskipun keturunan Nabi Ibrahim, namun dalam perjalanannya kaum Madyan menjadi sesat dan ingkar terhadap Allah. Mereka tidak saja meninggalkan ajaran agama yang dibawakan nabi-nabi sebelumnya, tapi juga mengingkari adanya Allah. Menurut Ibnu Katsir dan beberapa penulis lain, kaum Madyan termasuk kaum yang sesat karena mereka menyembah aikah. Mereka menjadikan pohon besar dan rindang sebagai sesembahan. Selain menyembah pohon, menurut para sejarawan sebagaimana dikatakan Ronny Astrada, kaum Madyan juga menyembah berhala. Nama berhalanya Dzusy-Syarah (Durases).

Selain menyembah pohon, menurut para sejarawan sebagaimana dikatakan Ronny Astrada, kaum Madyan juga menyembah berhala. Nama berhalanya Dzusy-Syarah (Durases

Kaum Madyan terkenal sebagai kaum yang senang berbuat kezaliman. Sebagai kaum yang bermatapencaharian sebagai pedagang, mereka memiliki kebiasaan buruk yang merugikan orang lain. Mereka senang mengurangi takaran atau timbangan ketika menjual barang dagangannya, dan meminta takaran atau timbangannya dilebihkan ketika membeli. Tak mengherankan jika sering timbul percekcokan, bahkan perkelahian akibat ulah kaum Madyan yang suka menzalimi orang lain. Itulah sebabnya Allah kemudian mengutus Nabi Syu’aib untuk meluruskan akidah kaum Madyan dan membenahi perilakunya yang buruk.

.

SSebagai utusan Allah, Nabi Syu’aib mengajak kepada kaumnya agar menyembah Allah semata. Nabi Syu’aib melarang kaumnya menyembah selain Allah, seperti menyembah pohon atau berhala. Beliau juga melarang kaumnya melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang biasa mereka lakukan, yakni mengurangi takaran atau timbangan ketika menjual, dan meminta lebih ketika membeli.

NNabi Syu’aib juga menyuruh kaumnya agar mau mengambil pelajaran dari kaum-kaum terdahulu yang diazab Allah karena kekafirannya seperti kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Hud, kaum Nabi Shalih, dan kaum Nabi Luth yang tinggalnya tidak jauh dari mereka tinggal.

SSebagian dari mereka memang ada yang mau mengikuti ajakan Nabi Syu’aib, tapi sebagian besar dari mereka justru tetap dalam kekafiran. Kaum Madyan yang menolak ajakan Nabi Syu’aib mengatakan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan sesembahan yang disembah oleh nenek-moyangnya. Mereka juga tidak mau meninggalkan kebiasaan mereka dalam berbisnis. Bahkan para pemuka kaum Madyan mengancam akan mengusir Nabi Syu’aib dan para pengikutnya jika tidak menghentikan dakwahnya dan kembali ke agama mereka.

TTak hanya menolak ajakan Nabi Syu’aib, mereka juga berusaha menghalang-halangi para pengikut Nabi Syu’aib untuk beribadah kepada Allah. Mereka menganggap bahwa orang-orang yang telah beriman itu terkena sihir dan berdusta. Lebih parahnya, kaum Madyan menantang Nabi Syu’aib agar menjatuhkan gumpalan dari langit jika memang Nabi Syu’aib termasuk orang yang benar.

MMendapat tantangan seperti itu, Nabi Syu’aib menjawab, “Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu. Sesungguhnya, aku pun berbuat. Kelak, kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakanya dan siapa yang berdusta. Tunggulah azab (Tuhan). Sesungguhnya, aku pun menunggu bersama kamu” (Al-Qu’an Surat Hūd ayat 93).


Seratus tahun lebih Nabi Syu’aib melakukan dakwah terhadap kaum Madyan, namun hanya sedikit yang mau mengikuti ajakannya. Merasa sudah tak berdaya menghadapi pembangkangan kaumnya, Nabi Syu’aib kemudian berdoa kepada Allah, “Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkau-lah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya” (Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 89).“Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkau-lah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya” (Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 89).


Mendengar doa Nabi Syu’aib, Allah berkenan menerima permohonannya, karena kaum Madyan memang benar-benar sudah tidak mau mengikuti ajakan Nabi Syu’aib. Sebelum azab itu ditimpakan kepada kaum Madyan, Nabi Syu’aib dan para pengikutnya pergi meninggalkan mereka seraya berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?”

Azab itu diawali dengan dijadikannya udara sangat panas oleh Allah. Kaum Madyan tidak kuat menahan panasnya terik matahari sehingga pilih berada di dalam rumah untuk berteduh. Tak lama kemudian datang awan hitam menutupi langit. Mereka mengira hujan akan turun. Namun apa yang terjadi? Ternyata petir tiba-tiba menyambar, dan bumi bergoncang dengan dahsyatnya. Merekapun mati seketika, dan mayat-mayatnya bergelimpangan di dalam rumah seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota tersebut.

 

 

Daftar Pustaka

  

 

Dewi Astuti dkk. Tanpa Angka Tahun. Si Penyebar Fitnah, 38 Pelajaran Hidup dari Orang-Orang Pilihan. Jakarta: Penerbit Kalil (Imprint PT Gramedia Pustaka Utama.

 

H. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. 2013. Para Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.

 

Hamid bin Ahmad. 2010. Hukuman dan Azab bagi Mereka yang Zalim. Surabaya: Amelia.

 

Ibnu Katsir. 2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.

 

Labib Mz. dan Maftuh Ahnan. 1983. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.

 

Ronny Astrada. 2010. Mengkaji Hikmah Bencana dan Petaka, Belajar dari Azab-Azab Allah pada Umat-Umat Terdahulu. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

 

Said Yusuf Abu Azis. 2005. Azab Allah bagi Orang-orang Zalim. Bandung: Pustaka Setia.

 

Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.

 

Ust. Fatihuddin Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul. Surabaya: Terbit Terang.

 Mendengar doa Nabi Syu’aib, Allah berkenan menerima permohonannya, karena kaum Madyan memang benar-benar sudah tidak mau mengikuti ajakan Nabi Syu’aib. Sebelum azab itu ditimpakan kepada kaum Madyan, Nabi Syu’aib dan para pengikutnya pergi meninggalkan mereka seraya berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?”

Mendengar doa Nabi Syu’aib, Allah berkenan menerima permohonannya, karena kaum Madyan memang benar-benar sudah tidak mau mengikuti ajakan Nabi Syu’aib. Sebelum azab itu ditimpakan kepada kaum Madyan, Nabi Syu’aib dan para pengikutnya pergi meninggalkan mereka seraya berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?”

AAzab itu diawali dengan dijadikannya udara sangat panas oleh Allah. Kaum Madyan tidak kuat menahan panasnya terik matahari sehingga pilih berada di dalam rumah untuk berteduh. Tak lama kemudian datang awan hitam menutupi langit. Mereka mengira hujan akan turun. Namun apa yang terjadi? Ternyata petir tiba-tiba menyambar, dan bumi berguncang dengan dahsyatnya. Merekapun mati seketika, dan mayat-mayatnya bergelimpangan di dalam rumah seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota tersebut.

 

 

Daftar Pustaka

  


 

Dewi Astuti dkk. Tanpa Angka Tahun. Si Penyebar Fitnah, 38 Pelajaran Hidup dari Orang-Orang Pilihan. Jakarta: Penerbit Kalil (Imprint PT Gramedia Pustaka Utama.

 

H. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. 2013. Para Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.

 

Hamid bin Ahmad. 2010. Hukuman dan Azab bagi Mereka yang Zalim. Surabaya: Amelia.

 

Ibnu Katsir. 2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.

 

Labib Mz. dan Maftuh Ahnan. 1983. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.

 

Ronny Astrada. 2010. Mengkaji Hikmah Bencana dan Petaka, Belajar dari Azab-Azab Allah pada Umat-Umat Terdahulu. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

 

Said Yusuf Abu Azis. 2005. Azab Allah bagi Orang-orang Zalim. Bandung: Pustaka Setia.

 

Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.

 

Ust. Fatihuddin Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul. Surabaya: Terbit Terang.

 

Dewi Astuti dkk. Tanpa Angka Tahun. Si Penyebar Fitnah, 38 Pelajaran Hidup dari Orang-Orang Pilihan. Jakarta: Penerbit Kalil (Imprint PT Gramedia Pustaka Utama.


H. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. 2013. Para Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.


Hamid bin Ahmad. 2010. Hukuman dan Azab bagi Mereka yang Zalim. Surabaya: Amelia.


Ibnu Katsir. 2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.


Labib Mz. dan Maftuh Ahnan. 1983. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.


Ronny Astrada. 2010. Mengkaji Hikmah Bencana dan Petaka, Belajar dari Azab-Azab Allah pada Umat-Umat Terdahulu. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.


Said Yusuf Abu Azis. 2005. Azab Allah bagi Orang-orang Zalim. Bandung: Pustaka Setia.


Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.


Ust. Fatihuddin Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul. Surabaya: Terbit Terang.

Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul. Surabaya: Terbit Terang. 

.

Azab Allah bagi Orang-orang Zalim. Bandung: Pustaka Setia. 


Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.

Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia. 

Hukuman dan Azab bagi Mereka yang Zalim. Surabaya: Amelia.


. Jogjakarta: Diva Press.Para Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.

 “Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkau-lah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya” (Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 89).

Mendengar doa Nabi Syu’aib, Allah berkenan menerima permohonannya, karena kaum Madyan memang benar-benar sudah tidak mau mengikuti ajakan Nabi Syu’aib. Sebelum azab itu ditimpakan kepada kaum Madyan, Nabi Syu’aib dan para pengikutnya pergi meninggalkan mereka seraya berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?”

Azab itu diawali dengan dijadikannya udara sangat panas oleh Allah. Kaum Madyan tidak kuat menahan panasnya terik matahari sehingga pilih berada di dalam rumah untuk berteduh. Tak lama kemudian datang awan hitam menutupi langit. Mereka mengira hujan akan turun. Namun apa yang terjadi? Ternyata petir tiba-tiba menyambar, dan bumi bergoncang dengan dahsyatnya. Merekapun mati seketika, dan mayat-mayatnya bergelimpangan di dalam rumah seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota tersebut.

 

 

Daftar Pustaka

  

 

Dewi Astuti dkk. Tanpa Angka Tahun. Si Penyebar Fitnah, 38 Pelajaran Hidup dari Orang-Orang Pilihan. Jakarta: Penerbit Kalil (Imprint PT Gramedia Pustaka Utama.

 

H. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. 2013. Para Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.

 

Hamid bin Ahmad. 2010. Hukuman dan Azab bagi Mereka yang Zalim. Surabaya: Amelia.

 

Ibnu Katsir. 2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.

 

Labib Mz. dan Maftuh Ahnan. 1983. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.

 

Ronny Astrada. 2010. Mengkaji Hikmah Bencana dan Petaka, Belajar dari Azab-Azab Allah pada Umat-Umat Terdahulu. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

 

Said Yusuf Abu Azis. 2005. Azab Allah bagi Orang-orang Zalim. Bandung: Pustaka Setia.

 

Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.

 

Ust. Fatihuddin Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul. Surabaya: Terbit Terang.

 

Tidak ada komentar :