Pohon atsl atau
tamariks
(Sumber: https://tgc.lk.ipb.ac.id/2020/11/05/pohon-tamarix-aphylla-fast-growing-tahan-api-di-dalam-al-quran/)
Al-Qur’an Surat Saba’ ayat 16
menyebut nama tumbuhan yang jarang dikenal oleh masyarakat Indonesia, yakni atsl atau yang kerap dikenal dengan nama tamariks,
karena tumbuhan ini tidak ditemukan di bumi Nusantara.
Menurut https://republika.co.id, atsl dalam bahasa
Arab disebut dengan banyak nama, seperti tarfa, bigm, fareq, tarfa, ubal, atau gaz. Tanaman
ini hidup alami dan tersebar luas dari Timur Tengah ke arah barat, yakni sampai
Maroko atau Tunisia. Persebarannya juga mencapai India sebelah timur. Saat ini,
varietasnya lebih beragam dan banyak ditanam masyarakat yang hidup jauh dari Jazirah
Arab, seperti Kanada, Meksiko, Australia, dan Afrika Selatan.
Tamariks merupakan genus dari
family tamaricaccae. Salah satu
spesies dari genus pohon tamariks
yang paling dikenal ialah Tamariks
Aphylla yang tersebar luas di seluruh Eropa Tenggara, Afrika Utara, dan
Asia Tengah. Tamariks Aphylla adalah
pohon cemara yang dapat tumbuh dengan cepat. Ketinggiannya bisa mencapai 12-18
meter dengan cabang terjumbai.
Pohon ini memiliki bunga yang mungil, berwarna merah muda keputihan, dengan panjang 3-6 mm dan lebar 4-5 mm di ujung ranting. Jenis bunga jantan (benang sari) dan bunga betina (putik sari) terdapat pada satu tanaman yang sama. Bunga-bunga tersebut memiliki 5 sepal (daun yang berubah bentuk menjadi kelopak bunga), 5 kelopak dengan panjang 2 mm, 5 benang sari (untuk bunga betina), tidak memilliki tangkai, dan berbentuk memanjang berkelompok dengan panjang 3-6 cm.
Tamariks digunakan untuk pagar alami sebagai penghalang angin
kencang. Tamariks juga bermanfaat
untuk menyerap air di sekitar tanah dan penahan erosi, karena akarnya yang kuat
dan memanjang. Akan tetapi akar tamariks
yang memanjang ini justru dianggap sebagai tanaman parasit, sebab banyak
mengambil air tanah dan mengangkat kadar garam sehingga mengganggu tanaman
lainnya. Selain itu, tamariks juga dipakai sebagai pakan ternak, kayu bakar, atau furnitur.
Al-Qur’an hanya satu
kali menyebut atsl atau tamariks, yakni dalam Surat Saba’ ayat
16. Ayat ini berhubungsn dengan penduduk
negeri Saba’.
Tetapi mereka berpaling,
maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun
mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon atsl, dan sedikit pohon sidr
(Al-Qur’an
Surat Saba’ ayat 16).
Menurut H. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman dalam
bukunya berjudul Para Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang
Dibinasakan Allah, nama Saba’
selain menunjuk pada suatu negara, juga menunjukkan nama suatu kaum (suku
bangsa). Artinya, asal mula negeri ini dibangun dan ditempati oleh kaum Saba’,
yaitu suatu suku yang berasal dari Saba’ bin Yasyjub bersama anak-anaknya:
Madzdaj, Kandah, Azd, Asy’ari, Anmar, dan Himyar. Saba’ yang nama aslinya
adalah Abdus Syams merupakan cucu dari Ya’rub bin Qahthan yang dikenal sebagai
nenek-moyang bangsa Arab. Negeri ini terletak di Yaman dengan kotanya bernama
Ma’rib, sebuah kota sejauh 50 mil dari San’a.
Al-Qur’an
Surat Saba’ ayat 15-17 menginformasikan kepada kita bahwa negeri Saba’ adalah
negeri yang subur dan makmur. Di sebelah kanan dan kiri terdapat dua kebun. Kepada
mereka Allah berfirman, “Makanlah olehmu dari rezeki
yang dianugerahkan Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. Negerimu adalah negeri
yang baik (nyaman), sedang Tuhanmu adalah
Tuhan Yang Maha Pengampun”. Sayangnya, meskipum telah diberi banyak
kenikmatan, tapi mereka berpaling. Mereka tidak menyembah Allah. Tak mengherankan
jika Allah kemudian mengirimkan banjir besar kepada mereka. Kebun-kebun yang tadinya
subur, kemudian diganti oleh Allah dengan kebun-kebun yang ditumbuhi
pohon-pohon yang berbuah pahit, pohon atsl, dan sedikit pohon sidr. Demikian, Allah memberi balasan kepada mereka karena
kekafiran mereka.
Terkait dengan dua
kebun mereka, baik Said Yusuf Abu Azis maupun Hamid bin Ahmad yang mengutip
berbagai pendapat mufasir dan sejarawan mengatakan bahwa air terus mengalir
dari kedua bukit yang ada di kanan dan kiri mereka. Para pembesar kemudian mengumpulkan
para ahli untuk membangun bendungan besar atau membangun semacam waduk sebagai
tempat penampungan air. Berkat dibuatkan bendungan besar, mereka dapat bertanam
kapan saja. Pohon-pohon yang mereka tanam sangat rindang dan banyak buahnya,
sehingga jika seorang perempuan berjalan di bawahnya, dia bisa memetik buah
yang baik dan manis itu tanpa bersusah-payah. Mereka benar-benar hidup dalam
kondisi yang baik, aman, dan makmur. Allah tidak menginginkan apa-apa dari
mereka atas semua nikmat yang telah Ia anugerahkan kepada mereka, melainkan
agar mereka bersyukur dan mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Sang Pemberi
Nikmat. Namun apa yang terjadi? Mereka justru berpaling dari rasa syukur
kepada-Nya. Mereka kufur kepada Allah. Sebagai balasannya, Allah datangkan kepada
mereka sailal arim (banjir yang besar).
Bendungan yang menjadi tanggul bagi penampungan air itu jebol. Banjir pun tak
dapat dihindari. Semua usaha yang dilakukan kaum Saba’ sia-sia. Tanaman dan
pepohonan pun porak-poranda. Selanjutnya, Allah menukar tanaman yang sangat
rindang dan banyak buahnya yang manis-manis tadi dengan pepohonan yang jelek,
seperti pohon-pohon yang berbuah pahit, pohon atsl dan sedikit pohon sidr (bidara
Arab).
Daftar Acuan
1.
Buku
Hamid bin Ahmad.
2010. Hukuman dan Azab bagi Mereka yang Zalim. Surabaya: Amelia.
H. Muhammad Yusuf bin
Abdurrahman. 2013. Para Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang
Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.
Said Yusuf Abu Azis. 2005. Azab Allah bagi Orang-orang
Zalim. Bandung: Pustaka Setia.
2. Internet
https://ibtimes.id/tamariks-tanaman-dalam-al-quran-yang-jarang-dikenal/
https://republika.co.id/berita/qd9b2h320/tanaman-negeri-saba-yang-porak-poranda-diabadikan-alquran
https://tgc.lk.ipb.ac.id/2020/11/05/pohon-tamarix-aphylla-fast-growing-tahan-api-di-dalam-al-quran/
Tidak ada komentar :
Posting Komentar