Kamis, 28 Oktober 2021

KAMBING UMMU MA'BAD

 

 

Perjalanan hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Yatsrib (sebelum nama itu diubah menjadi Madinah Al-Munawwarah oleh Nabi Muhammad setelah beliau tinggal di kota tersebut), adalah perjalanan panjang penuh liku. Berbagai rintangan menghadang di depannya dengan nyawa sebagai taruhannya. Meski demikian, Allah senantiasa menjaga beliau dari rencana jahat kaum kafir Quraisy. Belum lagi teriknya matahari saat siang hari di padang pasir yang membakar tubuh, dan dinginnya udara di malam hari, menambah beratnya perjalanan hijrah beliau.

Tatkala perjalanan sampai di daerah Qadid, Nabi Muhammad yang ditemani oleh Abu Bakar, dan Abdullah bin Uraiqith yang bertindak sebagai pemandu jalan, mengalami kekurangan bekal. Saat itu mereka melihat sebuah tenda berdiri di atas pasir di tengah sahara. Singgahlah mereka ke tenda tersebut untuk beristirahat sejenak sekaligus mempersiapkan perbekalan. Di tenda tersebut terdapat seorang perempuan bernama Ummu Ma’bad.

Nama asli perempuan itu adalah Atikah binti Khalid Al-Khuza’iyah. Ia biasa dipanggil Ummu Ma’bad, karena memiliki anak bernama Ma’bad. Ummu Ma’bad artinya ibu dari anak yang bernama Ma’bad. Ummu Ma’bad menikah dengan saudara sepupunya yang biasa dipanggil Abu Ma’bad, artinya ayah dari anak yang bernama Ma’bad.

Ummu Ma’bad adalah seorang perempuan yang sopan dan baik hati. Ia sangat dermawan, suka memberi sesuatu kepada orang-orang yang singgah di tendanya. Suaminya, Abu Ma'bad, setiap pagi selalu membawa kambing-kambingnya ke tempat yang ada rumput atau tetumbuhan yang bisa dimakan kambing. Ia baru kembali ke tendanya sore hari.

Hari itu, ketika Ummu Ma’bad kedatangan tamu yang belum dikenalnya, ada peristiwa yang menakjubkan.

“Apakah engkau memiliki sesuatu yang dapat kami beli?”, tanya Nabi Muhammad kepada Ummu Ma’bad.

“Kalau kami memiliki sesuatu, tentu kalian tidak usah membelinya”, jawab Ummu Ma’bad. “Saat ini musim paceklik. Kami tidak memiliki sesuatu yang dapat kami suguhkan kepada tamu-tamu kami”, lanjutnya.

Nabi Muhammad mengalihkan pandangan ke samping tenda. Seekor kambing betina terlihat di sana. Sangat kurus.

“Ada apa dengan kambing itu?”, tanya Nabi Muhammad.

“Dia tertinggal dari kambing-kambing yang lain. Dia lemah”.

“Apakah dia masih mengeluarkan susu?”

“Tidak”.

“Apakah boleh saya mêmêrah susunya?”

“Silakan, jika menurutmu dia bisa mengeluarkan susu”.

Dengan menyebut nama Allah dan berdoa, Nabi Muhammad mengusap kantong kelenjar susu kambing kurus yang tertinggal sendiri di tenda Ummu Ma’bad. Begitu kantong kelenjar susu kambing itu diusap, tiba-tiba menggelembung seperti kantong kelenjar susu kambing yang sedang menyusui.

Nabi Muhammad meminta bejana besar kepada Ummu Ma’bad. Diambillah bejana dari dalam tendanya dan kemudian diberikan kepada tamunya. Nabi Muhammad mêmêrah susu kambing hingga memenuhi bejana. Tak terlintas dalam benak Ummu Ma’bad bahwa kambingnya yang kurus itu kini mengeluarkan susu banyak.

Nabi Muhammad menyodorkan susu kambing yang baru saja diperah kepada Ummu Ma’bad. Ummu Ma’bad diminta untuk meminum susu terlebih dahulu. Ummu Ma’bad pun minum hingga puas. Setelah itu, Nabi Muhammad memberikan susu tadi kepada Abu Bakar dan Abddullah bin Uraiqiht, untuk diminum. Sesudah semuanya minum, barulah Nabi Muhammad minum.

Selesai minum, Nabi Muhammad kembali mêmêrah susu kambing tersebut. Setelah bejana penuh berisi susu, Nabi Muhammad menyerahkannya kepada Ummu Ma’bad. Rombongan Nabi Muhammad pun berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.

Sewaktu Abu Ma’bad pulang, dia terkejut melihat ada susu di tendanya.

“Dari mana kau dapatkan susu ini, wahai istriku?”, tanya Abu Ma’bad. “Di tempat kita tidak ada kambing yang dapat diperah susunya”, lanjutnya.

“Tadi ada laki-laki yang sangat baik, lewat dan singgah di rumah kita”.

“Coba ceritakan kepadaku, bagaimana ciri-ciri laki-laki tadi?”.

“Orangnya tampan dan bersinar. Akhlaknya bagus. Perutnya rata dan kepalanya tidak terlalu besar. Kedua bola matanya hitam. Alisnya panjang dan melengkung. Bercelak. Rambutnya sangat hitam, lehernya panjang, dan jenggotnya lebat”, Ummu Ma’bad menggambarkan keadaan laki-laki yang baru saja dilihatnya tadi.

Abu Ma’bad mendengarkan dengan serius.

“Bila dia diam, terlihat tenang dan berwibawa. Jika sedang berbicara tampak kehebatannya. Tutur katanya manis dan ramah. Tidak sedikit kata-katanya dan tidak pula berlebihan. Ucapannya bak untaian mutiara yang tersusun rapi. Perawakannya sedang, tidak tinggi, tidak pula pendek. Dia seperti pertengahan antara dua dahan. Dia yang paling tampan dan paling muda dari teman-temanya yang lain. Dia memiliki teman-teman yang mengelilinginya. Bila dia bicara, mereka mendengarkan ucapannya dengan baik. Bila dia memerintahkan sesuatu, mereka dengan segera melayani dan menaati perintahnya. Dia tak pernah bermuka masam dan tak pernah mencela”, Ummu Ma’bad menambahkan apa yang sudah dikatakan di awal.

“Demi Allah, dialah orang yang selama ini dibicarakan orang-orang Quraisy”, ucap Abu Ma’bad penuh keyakinan.  “Aku ingin menjadi sahabatnya”, lanjut Abu Ma’bad.

Mendengar ucapan suaminya, Ummu Ma’bad merasa menyesal karena tak mengenali siapa tamunya tadi.

Menurut riwayat, selang beberapa bulan dari peristiwa tersebut, Abu Ma’bad dan Ummu Ma’bad menyusul Nabi Muhammad ke Yatsrib atau Madinah. Mereka berdua menghadap Nabi Muhammad dan menyatakan masuk Islam. Sementara kambing yang diperah susunya oleh Nabi Muhammad berumur panjang, serta selalu mengeluarkan susu bila diperah. Kambing tersebut hidup sampai saat Umar bin Khaththab menjadi khalifah.  

 

 

 

Daftar Acuan

 

 

Awang Surya. 2017. Berjuta Jalan Menggapai Pertolongan Allah, Kumpulan Kisah Berhikmah dari Orang-Orang Pilihan Allah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

 

Bassam Muhammad Hamami. 2015. 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam. Jakarta: Qisthi Press.

 

Drika Zein. 2012. Mukjizat Nabi Muhammad. Sleman – Yogyakarta: Wanajati Chakra Renjana.

 

Fuad Kauma. 2000. 50 Mukjizat Rasulullah. Jakarta: Gema Insani.

 

K.H. Moenawar Chalil. 1980. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Jilid II A. Cetakan ke-4. Jakarta: Bulan Bintang.

 

K.H. Salim Bahreisy. 2002. Menyaksikan 35 Mukjizat Rasulullah SAW. Cetakan Kelima. Surabaya: Pustaka Pogresif.

 

Manshur bin Nashir Al-‘Awaji. 2014. 45 Mukjizat Nabi. Solo: Kiswah Media.


Muhammad ash-Shayim. 2005. Kisah-Kisah Islami. Jakarta: Akbar.

 

Muhammad Ibrahim Sulaiman. 1993. Bunga-Bunga di Taman Hati Rasulullah. Solo: CV. Pustaka Mantik.

 

Nur K. 2019. 70 Golden Stories of Muslimah. Klaten: Semesta Hikmah.

 

Syaikh Mahmud Al-Mishri. 2019. Biografi 35 Shahabiyah Nabi. Cetakan Ketiga. Sukoharjo: Insan Kamil.

 

Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. 2014. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

 

Ummu Rumaisha. 2015. 77 Cahaya Cinta di Madinah: Kisah Cinta Paling Mengharukan Para Sahabat. Surakarta: Al Qudwah Publishing.

Minggu, 24 Oktober 2021

PEMBUNUH BAYARAN ITU BERNAMA SURAQAH

  

 

Kaum kafir Quraisy gempar begitu mengetahui Nabi Muhammad bisa lolos dari usaha makarnya. Nabi Muhammad yang berencana dibunuh malam itu, dapat keluar dari rumah tanpa diketahui oleh kaum kafir Quraisy, meskipun para pemuda yang mendapat tugas membunuh sudah mengepung rumah beliau.

Menurut riwayat, seperti dikatakan Syaikh Mahmud Al-Mishri dan Saiful Hadi El-Sutha, saat hendak keluar rumah, Nabi Muhammad mengambil segenggam tanah, kemudian menaburkannya ke arah para pengepung sambil membaca ayat berikut.

 

وَجَعَلۡنَا مِنۡۢ بَيۡنِ اَيۡدِيۡهِمۡ سَدًّا وَّمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَيۡنٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُوۡنَ‏ ﴿۹﴾  


Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat (Al-Qur’an Surat Yāsin, ayat 9).


Allah-pun menutup mata para pengepung sehingga mereka tidak melihat Nabi Muhammad keluar rumah. Setelah bertemu dengan Abu Bakar, Nabi Muhammad bersama Abu Bakar menuju ke arah selatan (ke arah Yaman), meskipun Yatsrib[1]) berada di sebelah utara Makkah. Sesampai di Jabal Tsur, bersembunyilah Nabi Muhammad dan Abu Bakar di Gua Tsur.

Begitu yang dijadikan sasaran pembunuhan berhasil menyelamatkan diri, maka para pemimpin kafir Quraisy kemudian memutuskan untuk menggunakan berbagai cara agar berhasil menangkap Nabi Muhammad. Seluruh jalan yang menghubungkan Makkah dijaga ketat. Akan tetapi tak ada satu orang pun yang melihat Nabi Muhammad dan Abu Bakar melewati jalan tersebut.

Selain menjaga ketat jalan-jalan yang menghubungkan Makkah, mereka juga melakukan pencarian ke segala penjuru kota Makkah, bahkan hingga ke Jabal Tsur. Ketika orang-orang kafir Quraisy sampai di depan mulut Gua Tsur, Allah lindungi Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Melalui kekuasaan-Nya, Allah perdaya orang-orang kafir itu. Di mulut gua, ada sarang laba-laba yang tampak sudah lama. Menurut logika manusia, jika di mulut gua ada sarang laba-laba, maka tidak mungkin Nabi Muhammad dan Abu Bakar masuk ke dalam gua. Itulah sebabnya mereka tidak berkeinginan untuk masuk ke dalam gua. Mereka tinggalkan tempat tersebut.

Setelah tiga hari di dalam gua dan situasi dirasa aman, Nabi Muhammad dan Abu Bakar keluar dari persembunyiannya. Beliau berdua dijemput oleh Abdullah bin Uraiqith (yang ketika itu masih beragama jahiliyah) yang telah dipesan sebelumnya. Abdullah bin Uraiqith dimintai bantuan sebagai pemandu jalan menuju Yatsrib. Abdullah bin Uraiqith memilih jalur memutar demi menghindari pengejaran. Mula-mula ke selatan, lalu ke barat menuju pantai Laut Merah, kemudian ke utara sampai akhirnya menuju ke pegunungan.

Tak berhasil menemukan Nabi Muhammad dan Abu Bakar, para pemimpin kafir Quraisy lalu mendatangi tiap-tiap kabilah dan menyiarkan berita yang isinya: barang siapa dapat menangkap Nabi Muhammad dalam keadaan hidup atau mati, maka ia akan diberi hadiah 100 ekor sapi. Mendengar pengumuman tersebut, Suraqah bin Malik yang berada di tempat pertemuan, tergiur dengan hadiah yang dijanjikan oleh pemimpin kafir Quraisy.

Orang-orang masih berkumpul ketika tiba-tiba seseorang datang dan mengabarkan bahwa ia melihat di kejauhan, di tepi pantai Laut Merah, tampak ada titik-titik hitam. Orang tersebut menduga bahwa titik-titik hitam itu adalah Nabi Muhammad dan kawannya yang sedang menempuh perjalanan dengan mengendarai unta. Suraqah bin Malik yang berambisi mendapatkan hadiah 100 ekor sapi, berusaha mengalihkan pandangan orang-orang.

“Bukan!”, sergah Suraqah bin Malik. “Mereka adalah si Fulan dan si Fulan (Suraqah bin Malik menyebut beberapa nama orang) yang sedang mencari barang  miliknya yang hilang”, lanjutnya.

Suraqah bin Malik berkata seperti itu dengan maksud agar orang lain tidak mengejar orang yang diceritakan oleh pembawa kabar tadi. Suraqah bin Malik ingin hanya ia sendiri yang akan mengejar orang tadi agar hadiah dapat ia peroleh seorang diri.

 Tatkala orang-orang masih larut dalam perbincangan, Suraqah bin Malik meninggalkan mereka menuju ke rumah. Sesampai di rumah, ia persiapkan kudanya untuk mengejar Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Dengan memakai baju besi dan menenteng senjata, Suraqah bin Malik memacu kudanya. Suraqah bin Malik yang berperawakan tinggi besar dan pandangan matanya yang tajam memang terkenal sebagai penunggang kuda yang cekatan. Ia juga telah berpengalaman sebagai pencari jejak.  

 Kuda yang tangkas dan terlatih itu membawa majikannya dengan kencangnya. Suraqah bin Malik yang duduk di atas punggung kuda itu telah berandai-andai, “Jika Muhammad dan Abu Bakar bisa kukejar, maka 100 ekor sapi akan aku dapatkan”. Hal ini disebabkan selama ini ia tak pernah terkalahkan jika bertarung di medan laga. Oleh karena itu, ia yakin Nabi Muhammad dan Abu Bakar pun tak akan bisa mengalahkannya.

Sepertinya, apa yang dibayangkan oleh Suraqah bin Malik akan menjadi kenyataan. Ia melihat di kejauhan ada bayangan yang bergerak menyusuri pantai. Suraqah bin Malik memacu kudanya lebih kencang lagi. Kian lama bayangan bergerak tadi makin kelihatan jelas. Benar saja. Setelah dekat, tampak nyata bahwa yang dikejarnya itu adalah Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan pemandu jalan. Suraqah bin Malik semakin bernafsu membunuh Nabi Muhammad. Dengan membunuh beliau, maka Suraqah bin Malik akan mendapatkan hadiah 100 ekor sapi. Akan tetapi belum sempat ia membunuh Nabi Muhammad, kudanya terjerembab dan ia terpental dari punggung kuda yang ditungganginya. Suraqah bin Malik berusaha membangunkan kudanya yang terjerembab. Ia naiki lagi kuda itu, dan ia kejar kembali Nabi Muhammad yang akan dijadikan sasaran pembunuhan. Lagi-lagi kuda itu terperosok ke tanah dan Suraqah bin Malikpun terlempar. Tak mengenal kapok, Suraqah bin Malik membangkitkan kembali kudanya. Ia pacu lagi kuda tunggangannya agar dapat menyusul Nabi Muhammad. Sekali lagi, kuda tersebut terperosok dan Suraqah bin Malik terlempar kembali.

Sadar usahanya selalu gagal, maka Suraqah bin Malik yakin bahwa Nabi Muhammad senantiasa dalam penjagaan Allah, dan Islam adalah agama yang benar.  

Suraqah bin Malik memanggil-manggil Nabi Muhammad. Yang dipanggil terus melanjutkan perjalanan tanpa menoleh. Beliau tahu bahwa yang memanggil-manggil adalah Suraqah bin Malik yang memiliki niat jahat.

“Hai Muhammad! Aku Suraqah bin Malik”, teriaknya lagi. “Tolonglah aku. Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian”.

Nabi Muhammad memenuhi permohonan Suraqah bin Malik. Beliau menghentikan perjalanannya. Suraqah bin Malik mendekat. Ia memohon maaf atas kesalahan yang dilakukannya. Ia juga memohon agar kesalahannya tidak dibalas kelak bila Nabi Muhammad memperoleh kemenangan. Nabi Muhammad mengabulkan permohonan Suraqah bin Malik. Beliau meminta bantuan Abu Bakar untuk menuliskan perjanjian yang diminta oleh Suraqah bin Malik.

“Ambillah perbekalan, harta, dan senjataku”, kata Suraqah bin Malik sebelum kembali ke Makkah.

“Kami tidak butuh perbekalan dan hartamu. Cukuplah bagi kami jika kau bertemu dengan orang-orang yang melacak jejak kepergian kami, suruhlah mereka kembali", jawab Nabi Muhammad.

“Aku berjanji akan menghalang-halangi setiap orang yang berusaha mencari jejak kalian”.

Suraqah bin Malik kembali ke Makkah. Ia betul-betul menepati janji. Ketika bertemu dengan orang-orang yang sedang mencari Nabi Muhammad, ia halang-halangi agar tidak melanjutkan pekerjaan itu.

 

 

Daftar Acuan

 

 

Abdurrahman Ra’fat Basya. 2019. Sirah Shahabat. Jakarta: Pustaka As-Sunah.

 

Amru Khalid. 2007. Jejak Sang Junjungan, Sebuah Narasi Sirah Populer. Solo: Aqwam.


Fuad Abdurahman dan Ali Sudansah. 2018. The Great of Abu Bakar Ash-Shiddiq, Keping-Keping Mozaik Manakjubkan Kehidupan Khalifah Pertama. Solo: Tinta Medina.


K.H. Moenawar Chalil. 1980. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Jilid II A. Cetakan ke-4. Jakarta: Bulan Bintang.

 

K.H. Salim Bahreisy. 2002. Menyaksikan 35 Mukjizat Rasulullah SAW. Cetakan Kelima. Surabaya: Pustaka Pogresif.

         

Lesley Hazleton. 2013. Muslim Pertama, Melihat Muhammad Lebih Dekat. Tangerang Selatan: PT Pustaka Alvabet.

 

Mushtafa As-Siba’i. 2014. Shirah Nabawiyah. Surakarta: Indiva. 

 

Nizar Abazhah. 2014. Sahabat Muhammad, Kisah Cinta dan Pergulatan Iman Generasi Muslim. Jakarta: Zaman.


Saiful Hadi El-Sutha. 2013. Muhammad: Jejak-Jejak Keagungan dan Teladan Abadi “Sang Nabi Akhir Zaman”. Jakarta: As@-prima Pustaka.

 

http://www.alquran-indonesia.com/

 

 



[1]) Nama ini kemudian diganti menjadi Madinah Al-Munawwarah oleh Nabi Muhammad setelah beliau hijrah dan tinggal di kota tersebut.

Senin, 11 Oktober 2021

JANGAN TIUP MAKANAN ATAU MINUMANMU


 

Ketika hujan mengguyur bumi, suhu udara di sekitar tempat tersebut akan menjadi dingin. Jika posisi kita saat itu sedang dalam perjalanan, biasanya akan berhenti dan mencari sesuatu yang dapat mengurangi rasa dingin yang merasuk ke dalam tubuh. Salah satu solusinya adalah mencari makanan atau minuman panas seperti bakso, mie ayam, kopi, teh, susu atau yang lainnya. 

Meskipun sedang tidak hujan, kita juga sering mengonsumsi makanan atau minuman panas baik di rumah sendiri, warung, atau rumah makan. Saat hendak makan atau minum itulah tak jarang orang meniupnya. Tujuannya adalah agar makanan atau minuman tersebut berkurang suhu panasnya sehingga bisa segera dimakan atau diminum.

Meniup makanan atau minuman panas memang efektif menurunkan suhu panas. Akan tetapi Rasulullah justru melarangnya. Jangankan meniup, bernapas di dalam gelas saja tidak diperbolehkan. Sebaliknya, Rasulullah justru menganjurkan kepada kita supaya menunggu makanan atau minuman tersebut menjadi dingin, baru kemudian memakan atau meminumnya.

 

Dari Abu Qatadah r.a., “Rasulullah SAW.  bersabda, Apabila kalian minum, janganlah bernapas di dalam gelas, dan ketika buang hajat, janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan kanan’” (HR. Bukhari 153).

 

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang bernapas pada bejana minuman atau meniupnya (HR. Tirmidzi).

 

Diriwayatkan dari Asma’ binti Abu Bakar, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ia (makanan yang telah hilang panasnya) lebih besar keberkahannya.

 

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Telah shahiih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Janganlah makanan dimakan hingga hilang kepulan asapnya”.

 

Imam as-Shafrawi menyebutkan bahwa Rasulullah SAW. tidak menyukai makanan panas dan pernah sekali beliau menyebutkan, "Makanlah makanan yang sudah dingin, karena itu adalah obat dan ingatlah makanan panas tidak mempunyai berkah di dalamnya".

 

Tidak sedikit orang-orang yang melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara makanan atau minuman panas yang ditiup dengan yang tidak ditiup. Setelah dilakukan penelitan, ternyata hasilnya membuktikan bahwa makanan atau minuman panas yang ditiup sebelum dimakan atau diminum sangat berbahaya bagi kesehatan dibandingkan dengan yang tidak ditiup.

Di bawah ini beberapa bahaya tersebut.

Jangan tiup minuman yang masih panas. 

(Sumber: https://www.gambar.pro/2009/12/63-gambar-animasi-kopi-terlihat-keren.html)

 

  

1.   Menyebarkan virus dan bakteri

Meniup makanan atau minuman memberikan peluang adanya transfer virus atau bakteri dari si peniup ke makanan atau minuman yang ditiup. Apabila si peniup mengidap penyakit flu, TBC atau hepatitis misalnya, maka kemungkinan penularan penyakit itu akan terjadi. Hal ini jika makanan atau minuman yang ditiup tadi kemudian dimakan atau diminum oleh orang lain.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara makanan atau minuman yang ditiup dengan yang tidak ditiup, yaitu lebih banyak mikroorganisme[1]) pada makanan atau minuman yang ditiup dibandingkan dengan yang tidak ditiup.

 

2.  Merusak gigi

Sering mengonsumsi makanan atau minuman panas dapat mengakibatkan email gigi menjadi terkikis. Bila email terkikis, maka gigi menjadi sensitif terhadap suhu makanan atau minuman. Akibatnya gigi menjadi mudah rusak.

 

3.  Merusak kerongkongan

Mengonsumsi makanan atau minuman panas bisa melukai sel skuamosa yang terletak di kerongkongan sehingga dapat menimbulkan zat karsinogen dan dapat merusak kerongkongan.

 

4.  Menyebabkan penyakit jantung

Makanan atau minuman panas itu mengeluarkan uap air atau H2O. Sementara manusia bernapas menghembuskan karbondioksida atau CO2 dan menghirup oksigen atau O2. Jika kita meniup makanan atau minuman panas, maka uap air yang dikeluarkan oleh makanan atau minuman panas akan bertemu dengan karbondioksida, sehingga membentuk senyawa asam karbonat (carbonic acid) yang bersifat asam. H2O + CO2 à H2CO3. Senyawa asam karbonat ini bila masuk ke tubuh kita akan mengganggu pH (tingkat keasaman) dalam darah sehingga dapat mengakibatkan penyakit jantung.

 

5. Gangguan lambung

Mengonsumsi makanan atau minuman panas juga tidak baik untuk lambung, sebab dapat membuat lambung iritasi dan perut terasa kembung.

 

6. Menimbulkan batu ginjal

Jika makanan yang mengandung kalsium oksida atau CaO kita tiup, maka kalsium oksida yang bertemu dengan karbondioksida atau CO2,  akan berubah menjadi batu kapur atau CaCO3. Endapan batu kapur yang terlalu banyak dapat menimbulkan batu ginjal. Kalsium oksida biasanya ditemukan pada makanan-makanan kaleng yang dapat memanaskan sendiri.  

 

7. Mudah merasa lelah

Mengonsumsi makanan atau minuman panas dapat memicu kerja organ tubuh lebih cepat sehingga tubuh akan mudah merasa lelah dan lemas.

 

Itulah bahaya meniup makanan atau minuman panas sebelum dimakan atau diminum. Untuk menghindari bahaya tersebut, sebaiknya kita mengikuti anjuran Rasulullah, yakni menunggu makanan atau minuman tersebut hingga tidak panas dan jangan sekali-kali meniupnya atau bernapas di depan makanan atau di dalam gelas minuman. Semoga kita termasuk orang yang bisa mengikuti sunnah Rasulullah.

 

 

Daftar Acuan

 

 

1.        Buku

 

Ade Ichwan Ali. 2013. Etika Makan & Minum. Tanpa Nama Tempat: Pustaka Ibnu ‘Umar.

 

Ahmad Rinto Raharjo. 2014. Rahasia Keajaiban Hidup Sehat & Berkah Rasulullah. Bantul – Yogyakarta: Araska.

 

2.       Internet

 

http://gizi.unida.gontor.ac.id/2019/08/31/mengapa-rasulullah-saw-melarang-kita-untuk-meniup-makanan/

 

https://food.detik.com/info-kuliner/d-5671598/mengapa-rasulullah-saw-larang-meniup-makanan-dan-minuman-panas-ini-alasannya/

 

https://gaya.tempo.co/read/1481877/ini-bahaya-mengonsumsi-makanan-dan-minuman-panas/full&view=ok

 

https://health.grid.id/read/352060899/meniup-makanan-panas-berbahaya-bagi-kesehatan-fakta-atau-mitos?page= all

https://kbbi.web.id/mikroorganisme

 

https://ners.umku.ac.id/larangan-meniup-makanan-dan-minuman-panas.php

 

https://sumsel.tribunnews.com/2015/03/21/ini-alasan-mengapa-islam-melarang-meniup-makanan-dan-minuman-panas

 

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3647254/alasan-medis-kenapa-anda-tidak-boleh-meniup-makanan-panas



[1]) Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, mikroorganisme diartikan sebagai makhluk hidup  sederhana yang terbentuk dari satu atau beberapa sel yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop, berupa tumbuhan atau hewan yang biasanya hidup secara parasit atau saprofit, misalnya bakteri, kapang, ameba.