Kaum
Madyan termasuk bangsa Arab. Mereka tinggal di sebuah daerah yang bernama
Ma’an, di pinggir negeri Syam. Mereka tinggal tidak jauh dari tempat tinggal
kaum Nabi Luth. Masanya juga tidak jauh dari masa kaum Nabi Luth hidup, kaum
yang diazab Allah karena keingkarannya.
DDisebut kaum Madyan, karena
mereka keturunan Madyan, putra Nabi Ibrahim. Nama tersebut kemudian menjadi
nama kabilah bagi anak keturunan Madyan. Lokasi tempat tinggal mereka berada di
Pantai Laut Merah, di sebelah tenggara Gunung Sinai.
MMeskipun keturunan Nabi Ibrahim, namun dalam perjalanannya kaum Madyan menjadi sesat dan ingkar terhadap Allah. Mereka tidak saja meninggalkan ajaran agama yang dibawakan nabi-nabi sebelumnya, tapi juga mengingkari adanya Allah. Menurut Ibnu Katsir dan beberapa penulis lain, kaum Madyan termasuk kaum yang sesat karena mereka menyembah aikah. Mereka menjadikan pohon besar dan rindang sebagai sesembahan. Selain menyembah pohon, menurut para sejarawan sebagaimana dikatakan Ronny Astrada, kaum Madyan juga menyembah berhala. Nama berhalanya Dzusy-Syarah (Durases).
Selain menyembah pohon, menurut para sejarawan sebagaimana dikatakan Ronny Astrada, kaum Madyan juga menyembah berhala. Nama berhalanya Dzusy-Syarah (Durases
Kaum
Madyan terkenal sebagai kaum yang senang berbuat kezaliman. Sebagai kaum yang
bermatapencaharian sebagai pedagang, mereka memiliki kebiasaan buruk yang
merugikan orang lain. Mereka senang mengurangi takaran atau timbangan ketika
menjual barang dagangannya, dan meminta takaran atau timbangannya dilebihkan
ketika membeli. Tak mengherankan jika sering timbul percekcokan, bahkan
perkelahian akibat ulah kaum Madyan yang suka menzalimi orang lain. Itulah sebabnya
Allah kemudian mengutus Nabi Syu’aib untuk meluruskan akidah kaum Madyan dan
membenahi perilakunya yang buruk.
.
SSebagai utusan Allah, Nabi
Syu’aib mengajak kepada kaumnya agar menyembah Allah semata. Nabi Syu’aib
melarang kaumnya menyembah selain Allah, seperti menyembah pohon atau berhala.
Beliau juga melarang kaumnya melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang biasa
mereka lakukan, yakni mengurangi takaran atau timbangan ketika menjual, dan
meminta lebih ketika membeli.
NNabi Syu’aib juga menyuruh kaumnya
agar mau mengambil pelajaran dari kaum-kaum terdahulu yang diazab Allah karena
kekafirannya seperti kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Hud, kaum Nabi Shalih, dan kaum
Nabi Luth yang tinggalnya tidak jauh dari mereka tinggal.
SSebagian dari mereka memang ada
yang mau mengikuti ajakan Nabi Syu’aib, tapi sebagian besar dari mereka justru
tetap dalam kekafiran. Kaum Madyan yang menolak ajakan Nabi Syu’aib mengatakan
bahwa mereka tidak dapat meninggalkan sesembahan yang disembah oleh
nenek-moyangnya. Mereka juga tidak mau meninggalkan kebiasaan mereka dalam
berbisnis. Bahkan para pemuka kaum Madyan mengancam akan mengusir Nabi Syu’aib
dan para pengikutnya jika tidak menghentikan dakwahnya dan kembali ke agama
mereka.
TTak hanya menolak ajakan Nabi
Syu’aib, mereka juga berusaha menghalang-halangi para pengikut Nabi Syu’aib
untuk beribadah kepada Allah. Mereka menganggap bahwa orang-orang yang telah
beriman itu terkena sihir dan berdusta. Lebih parahnya, kaum Madyan menantang
Nabi Syu’aib agar menjatuhkan gumpalan dari langit jika memang Nabi Syu’aib
termasuk orang yang benar.
MMendapat tantangan seperti itu, Nabi Syu’aib menjawab, “Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu. Sesungguhnya, aku pun berbuat. Kelak, kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakanya dan siapa yang berdusta. Tunggulah azab (Tuhan). Sesungguhnya, aku pun menunggu bersama kamu” (Al-Qu’an Surat Hūd ayat 93).
Seratus tahun lebih Nabi Syu’aib melakukan dakwah terhadap kaum Madyan, namun hanya sedikit yang mau mengikuti ajakannya. Merasa sudah tak berdaya menghadapi pembangkangan kaumnya, Nabi Syu’aib kemudian berdoa kepada Allah, “Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkau-lah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya” (Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 89).“Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkau-lah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya” (Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 89).
Mendengar doa Nabi Syu’aib, Allah
berkenan menerima permohonannya, karena kaum Madyan memang benar-benar sudah
tidak mau mengikuti ajakan Nabi Syu’aib. Sebelum azab itu ditimpakan kepada
kaum Madyan, Nabi Syu’aib dan para pengikutnya pergi meninggalkan mereka seraya
berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu
amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Bagaimana aku
akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?”
Azab itu diawali dengan
dijadikannya udara sangat panas oleh Allah. Kaum Madyan tidak kuat menahan
panasnya terik matahari sehingga pilih berada di dalam rumah untuk berteduh.
Tak lama kemudian datang awan hitam menutupi langit. Mereka mengira hujan akan
turun. Namun apa yang terjadi? Ternyata petir tiba-tiba menyambar, dan bumi
bergoncang dengan dahsyatnya. Merekapun mati seketika, dan mayat-mayatnya
bergelimpangan di dalam rumah seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota
tersebut.
Daftar Pustaka
Dewi Astuti dkk.
Tanpa Angka Tahun. Si Penyebar Fitnah, 38
Pelajaran Hidup dari Orang-Orang Pilihan.
Jakarta: Penerbit Kalil (Imprint PT Gramedia Pustaka Utama.
H. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. 2013. Para
Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.
Hamid bin Ahmad. 2010. Hukuman dan Azab bagi Mereka yang Zalim. Surabaya: Amelia.
Ibnu Katsir. 2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.
Labib Mz. dan Maftuh Ahnan. 1983. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.
Ronny Astrada. 2010. Mengkaji Hikmah Bencana dan Petaka, Belajar
dari Azab-Azab Allah pada Umat-Umat Terdahulu. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Said Yusuf Abu Azis. 2005. Azab Allah bagi Orang-orang Zalim. Bandung: Pustaka Setia.
Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.
Ust. Fatihuddin Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul.
Surabaya: Terbit Terang.
Mendengar
doa Nabi Syu’aib, Allah berkenan menerima permohonannya, karena kaum Madyan
memang benar-benar sudah tidak mau mengikuti ajakan Nabi Syu’aib. Sebelum azab
itu ditimpakan kepada kaum Madyan, Nabi Syu’aib dan para pengikutnya pergi
meninggalkan mereka seraya berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah
menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat
kepadamu. Bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?”
AAzab itu diawali dengan
dijadikannya udara sangat panas oleh Allah. Kaum Madyan tidak kuat menahan
panasnya terik matahari sehingga pilih berada di dalam rumah untuk berteduh.
Tak lama kemudian datang awan hitam menutupi langit. Mereka mengira hujan akan
turun. Namun apa yang terjadi? Ternyata petir tiba-tiba menyambar, dan bumi
berguncang dengan dahsyatnya. Merekapun mati seketika, dan mayat-mayatnya
bergelimpangan di dalam rumah seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota
tersebut.
Daftar Pustaka
Dewi Astuti dkk.
Tanpa Angka Tahun. Si Penyebar Fitnah, 38
Pelajaran Hidup dari Orang-Orang Pilihan.
Jakarta: Penerbit Kalil (Imprint PT Gramedia Pustaka Utama.
H. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. 2013. Para
Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.
Hamid bin Ahmad. 2010. Hukuman dan Azab bagi Mereka yang Zalim. Surabaya: Amelia.
Ibnu Katsir. 2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.
Labib Mz. dan Maftuh Ahnan. 1983. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.
Ronny Astrada. 2010. Mengkaji Hikmah Bencana dan Petaka, Belajar
dari Azab-Azab Allah pada Umat-Umat Terdahulu. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Said Yusuf Abu Azis. 2005. Azab Allah bagi Orang-orang Zalim. Bandung: Pustaka Setia.
Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.
Ust. Fatihuddin Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul.
Surabaya: Terbit Terang.
Dewi Astuti dkk. Tanpa Angka Tahun. Si Penyebar Fitnah, 38 Pelajaran Hidup dari Orang-Orang Pilihan. Jakarta: Penerbit Kalil (Imprint PT Gramedia Pustaka Utama.
H. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. 2013. Para Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.
Hamid bin Ahmad. 2010. Hukuman dan Azab bagi Mereka yang Zalim. Surabaya: Amelia.
Ibnu Katsir. 2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.
Labib Mz. dan Maftuh Ahnan. 1983. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.
Ronny Astrada. 2010. Mengkaji Hikmah Bencana dan Petaka, Belajar dari Azab-Azab Allah pada Umat-Umat Terdahulu. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Said Yusuf Abu Azis. 2005. Azab Allah bagi Orang-orang Zalim. Bandung: Pustaka Setia.
Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.
Ust. Fatihuddin Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul. Surabaya: Terbit Terang.
Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul. Surabaya: Terbit Terang.
.
Azab
Allah bagi Orang-orang Zalim. Bandung:
Pustaka Setia.
Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.
Qishashul
Anbiya’ (Kisah Para Nabi).
Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.
Hukuman
dan Azab bagi Mereka yang Zalim.
Surabaya: Amelia.
. Jogjakarta: Diva Press.Para Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.
“Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum
kami dengan hak (adil) dan Engkau-lah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya”
(Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 89).
Mendengar doa Nabi Syu’aib, Allah
berkenan menerima permohonannya, karena kaum Madyan memang benar-benar sudah
tidak mau mengikuti ajakan Nabi Syu’aib. Sebelum azab itu ditimpakan kepada
kaum Madyan, Nabi Syu’aib dan para pengikutnya pergi meninggalkan mereka seraya
berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu
amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Bagaimana aku
akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?”
Azab itu diawali dengan
dijadikannya udara sangat panas oleh Allah. Kaum Madyan tidak kuat menahan
panasnya terik matahari sehingga pilih berada di dalam rumah untuk berteduh.
Tak lama kemudian datang awan hitam menutupi langit. Mereka mengira hujan akan
turun. Namun apa yang terjadi? Ternyata petir tiba-tiba menyambar, dan bumi
bergoncang dengan dahsyatnya. Merekapun mati seketika, dan mayat-mayatnya
bergelimpangan di dalam rumah seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota
tersebut.
Daftar Pustaka
Dewi Astuti dkk.
Tanpa Angka Tahun. Si Penyebar Fitnah, 38
Pelajaran Hidup dari Orang-Orang Pilihan.
Jakarta: Penerbit Kalil (Imprint PT Gramedia Pustaka Utama.
H. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. 2013. Para
Pembangkang, Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah. Jogjakarta: Diva Press.
Hamid bin Ahmad. 2010. Hukuman dan Azab bagi Mereka yang Zalim. Surabaya: Amelia.
Ibnu Katsir. 2015. Qishashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi). Terjemahan: Moh. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.
Labib Mz. dan Maftuh Ahnan. 1983. Mutiara Kisah 25 Nabi Rasul. Gresik: CV Bintang Pelajar.
Ronny Astrada. 2010. Mengkaji Hikmah Bencana dan Petaka, Belajar
dari Azab-Azab Allah pada Umat-Umat Terdahulu. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Said Yusuf Abu Azis. 2005. Azab Allah bagi Orang-orang Zalim. Bandung: Pustaka Setia.
Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.
Ust. Fatihuddin Abul Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul.
Surabaya: Terbit Terang.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar