Kamis, 21 Agustus 2025

RASULULLAH DITEGUR ALLAH KARENA BERMUKA MASAM DAN BERPALING SAAT DITANYA OLEH ORANG TUNA NETRA

  

Saat awal Rasulullah berdakwah, para pengikutnya kebanyakan orang lemah. Mereka adalah orang-orang miskin dan berstrata sosial rendah.  Itulah sebabnya para pemimpin kaum kafir Quraisy senang sekali mencibir dengan mengatakan bahwa Muhammad hanyalah manusia biasa yang diikuti oleh orang-orang yang hina-dina, yang lekas percaya terhadap ucapannya. Oleh karena para pengikutnya kebanyakan orang lemah, maka dengan mudah para pemimpin kaum kafir Quraisy mengintimidasi dan bahkan menyiksa mereka.

Salah satu orang yang tergolong assabiqunal awwalun atau kelompok orang yang pertama kali masuk Islam adalah Abdullah bin Ummi Maktum. Ia berasal dari suku Quraisy dan memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah. Ia sepupu dengan Khadijah binti Khuwailid dari jalur ibu. Ayahnya bernama Qais bin Zaid, sedangkan ibunya bernama ‘Atikah binti Abdullah. Ibunya dipanggil dengan sebutan Ummi Maktum, artinya “ibu dari yang tersembunyi” atau “ibu dari yang tertutup”, karena Abdullah lahir dalam keadaan matanya tidak dapat melihat.  

Seperti halnya pengikut Rasulullah yang lain, Abdullah bin Ummi Maktum juga diintimidasi dan disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy disebabkan menjadi pengikut Rasulullah, meskipun ia penyandang catat. Berbagai macam bentuk ujian dan gangguan ia alami, tak ada bedanya dengan sahabat-sahabat lain yang tidak difabel. Walau demikian, ia tak mengalami goncangan dan penurunan semangat dalam mempelajari Islam. Ia bahkan semakin bertambah keimanannya dan kesungguhan dalam berpegang teguh terhadap Islam. Ia sangat bersemangat untuk mendalami Islam dan semangat untuk menerima seruan Rasulullah.

Ada sebuah kisah tentang sahabat Rasulullah yang satu ini, di mana semangatnya untuk mempelajari Islam menjadi penyebab turunnya ayat suci Al-Qur’an.  

Pada suatu hari Rasulullah sedang berbicara dengan para pembesar kaum kafir Quraisy. Rasulullah mengajak mereka agar mau masuk Islam. Beliau berharap mereka mau menerima seruan dakwahnya, agar mereka menghentikan perbuatannya yang suka mengganggu para sahabat Rasulullah.

Saat Rasulullah sedang bercakap-cakap dengan para pembesar kaum kafir Quraisy, datang Abdullah bin Ummi Maktum.

“Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku apa yang telah Allah ajarkan kepadamu”, Abdullah bin Ummi Maktum memohon kepada Rasulullah.

Dengan muka masam, Rasulullah berpaling dari Abdullah bin Ummi Maktum dan tetap menghadap ke para pembesar kaum kafir Quraisy. Rasulullah memang sangat berharap para pembesar tersebut mau masuk Islam agar agama Islam bertambah mulia, sekaligus mrmperkuat barisan untuk dakwah di jalan Allah.

Berkali-kali Abdullah bin Ummi Maktum memohon kepada Rasulullah untuk memberikan pelajaran, namun Rasulullah tak memedulikannya. Beliau fokus ke para pembesar kaum kafir Quraisy. Meskipun Rasulullah telah berusaha mengajak mereka, namun hati para pembesar kaum kafir Quraisy itu tak tersentuh untuk memeluk Islam. Mereka menolak.

Dikarenakan sikap Rasulullah yang seperti itu terhadap orang yang ingin mempelajari Islam meskipun dia difabel, maka turunlah ayat yang berisi teguran terhadap Rasulullah.

1.  Dia (Muhammad) bermuka masam dan dia berpaling

2.  karena telah datang kepadanya seorang buta.

3.  Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa)

4.  atau ia (ingin) mendapatkan pelajaran, lalu pelajaran itu memberikan manfaat kepadanya.

5.  Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (kaya)

6.  maka kamu melayaninya.

7.  Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau ia tidak membersihkan diri (beriman).

8.  Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pelajaran),

9.  sedang ia takut (kepada Tuhannya)

10.  maka kamu mengabaikannya.

11.  Sekali-kali janganlah begitu! Sungguh ini suatu pelajaran.

(Al-Qur'an Surat 'Abasa ayat 1-11).


Sejak menerima wahyu yang berisi teguran tersebut, Rasulullah tak lagi pernah bermuka masam terhadap orang-orang miskin atau kalangan rendah. Jika bertemu Abdullah bin Ummi Maktum, Rasulullah selalu menggelar serban dan menyambut dengan gembira. Setelah itu, Rasulullah akan menanyakan apa yang dibutuhkan oleh Abdullah bin Ummi Maktum.

Peristiwa tersebut menggambarkan betapa jujurnya Rasulullah. Meskipun wahyu itu berisi teguran, tapi beliau tanpa ragu sedikitpun untuk mengumumkannya. Bahkan beliau seakan-akan memperoleh cahaya baru, bahwa petunjuk rohani tak dapat diukur dari kedudukan atau strata sosial seseorang. Meskipun seseorang itu miskin, tuna netra, pincang atau memiliki kekurangan lain, bisa saja ia lebih mudah menerima ajaran Allah daripada orang yang kaya dan/atau berkedudukan atau berstrata sosial tinggi. Hal ini disebabkan wahyu Allah diturunkan untuk semua umat manusia tanpa memandang kedudukan atau strata sosial di masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA


Abdurrahman Ra’fat Basya. 2019. Sirah Shahabat. Jakarta: Pustaka As-Sunnah.

Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah. 2002. Tafsir Juz ‘Amma Lengkap & Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Al-Wahidi an-Nisaburi. 2014. Asbabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Amelia.

Asrifin An Nakhrawie. 2011. Ringkasan Asbaabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Ikhtiar.  

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.

K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan. 2004. Asbābun Nuzūl, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Quran. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

Nizar Abazhah. 2014. Sahabat Muhammad, Kisah Cinta dan Pergulatan Iman Generasi Muslim. Jakarta: Zaman.

Syaikh DR. Yusuf Al-Qaradhawi. 2019. Tafisr Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.


 

Tidak ada komentar :