Jumat, 07 Januari 2022

DOMBA DAN/ATAU KAMBING

 


  

Domba dan kambing sesungguhnya berbeda. Namun demikian, orang sering menganggap sama kedua hewan ini. Dari segi fisik, perbedaan antara domba dan kambing dapat dilihat dari bulunya. Domba pada umumnya berbulu keriting, sedangkan kambing pada umumnya berbulu pendek dan lurus, Ekor domba dan kambing juga berbeda. Ekor domba menggantung, sedangkan ekor kambing yang sehat pada umumnya tegak.

Di alam liar, dalam mencari makanan, domba lebih memilih memakan rumput, sedangkan kambing cenderung mencari dedaunan yang ada di pohon, sehingga mereka lebih banyak memanjat pohon, Itulah sebabnya, menurut https://www.idntimes.com, domba disebut grazer, sedangkan kambing disebut browser. Akan tetapi jika domba dan kambing sudah dipelihara orang di kandang, maka keduanya tidak banyak menampakkan perilaku asli mereka dalam mencari makanan. Perbedaan lainnya adalah domba tidak berbau prengus, sedangkan kambing berbau prengus.

Baik domba maupun kambing, keduanya merupakan hewan yang namanya disebut dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 143 misalnya, domba dan kambing disebut secara bersamaan. Al-An’am artinya binatang ternak. Domba dan kambing termasuk golongan binatang ternak. Dijadikannya Al-An’am atau binatang ternak sebagai nama surat dalam Al-Qur’an, karena sebagian surat ini menjelaskan tentang peraturan-peraturan yang dibuat oleh kaum musyrikin terkait binatang ternak. Sebagai misal, mereka membuat peraturan demikian: “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami” ketika mereka membagi tanaman dan binatang ternak mereka. Mereka juga menganggap bahwa sesaji yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka, dianggap tidak sampai kepada Allah; tapi sesaji yang diperuntukkan bagi Allah, akan sampai kepada berhala-berhala mereka.  

Kemudian, kaum musyrikin juga membuat peraturan: ada binatang ternak dan tanaman yang tidak boleh dimakan, kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh mereka yang boleh memakannya. Di samping itu, mereka juga menetapkan peraturan: ada binatang ternak yang diharamkan untuk ditunggangi; dan ada binatang ternak yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah.

Ada juga peraturan yang menyebutkan bahwa apa yang ada di dalam perut binatang ternak adalah khusus untuk laki-laki dan haram untuk perempuan. Akan tetapi jika yang ada di dalam perut binatang ternak itu dilahirkan dalam keadaan mati, maka laki-laki dan perempuan sama-sama diperbolehkan makan.  

Di antara binatang ternak itu, ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih.  Itulah di antara isi Al-Qur’an Surat Al-An’am yang menyangkut binatang ternak.

Seperti telah disebutkan di atas, domba dan kambing disebut secara bersamaan dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 143.

 

Ada delapan binatang ternak yang berpasangan (empat pasang); sepasang domba dan sepasang kambing. Katakanlah, “Apakah yang diharamkan Allah dua yang jantan atau dua yang betina atau yang ada dalam kandungan kedua betinanya? Terangkanlah kepadaku berdasar pengetahuan jika kamu orang yang benar.”

Menurut Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah sebagaimana dikutip dalam https://tafsirweb.com/, ayat di atas menginformasikan kepada kita bahwa Allah mengingkari perbuatan kaum musyrikin yang mengharamkan apa yang telah dihalalkan bagi mereka, untuk mengolok-olok, dan menjelaskan kebodohan mereka. Allah telah menciptakan delapan jenis hewan ternak berpasangan; dua jenis domba (jantan dan betina); dan dua jenis kambing (jantan dan betina). Kemudian Allah memerintahkan kepada Rasulallah agar mengatakan kepada kaum musyrikin, “Apakah Allah mengharamkan dua hewan jantan dari dua jenis tersebut, atau mengharamkan dua hewan betina dari dua jenis tersebut, atau mengharamkan janin-janin yang ada di perutnya? Semua itu tidak Allah haramkan. Sampaikan kepadaku hujjah dan dalil atas perkataan kalian jika kalian adalah orang-orang yang benar”.

Sebagai kelanjutan ayat di atas, Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 144 menyebutkan dua jenis binatang lagi yang diharamkan oleh kaum musyrikin selain domba dan kambing, yakni unta dan lembu. Ayat ini, menurut Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah, juga berisi pengingkaran Allah terhadap peraturan yang dibuat oleh kaum musyrikin. Allah memerintahkan kepada Rasulullah agar mengatakan kepada kaum musyrikin, "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Selain disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am yang erat kaitannya dengan adat-istiadat kaum musyrikin yang biasa memakai binatang ternak untuk sesaji atau untuk mendekatkan diri kepada “tuhan-tuhan” mereka dan hukum-hukum yang berkenaan dengan binatang ternak, domba dan kambing juga disebut dalam berbagai kisah.

Pertama, kambing disebut dalam kisah Nabi Musa seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Thāhā ayat 18.

 

Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain”.   

 

Dari Al-Qur’an Surat Thāhā ayat 9-23 dan Surat Qashash ayat 30-32 kita tahu bahwa Nabi Musa yang kisahnya disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, saat itu melihat cahaya api yang diturunkan oleh Allah untuknya. Nabi Musa pun mendatangi cahaya api itu.

"Wahai, Musa!”, terdengar suara memanggil yang datang dari arah pinggir lembah yang diberkati. “Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu. Lepaskan kedua terompahmu, karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Thuwa!”, lanjut suara tadi.

Allah kemudian menjelaskan kepada Musa bahwa Ia telah memilih Musa untuk menjadi utusan-Nya dan memerintahkan kepada Musa beserta umatnya agar  menyembah Allah semata dan melaksanakan perintah shalat agar dapat selalu mengingat-Nya.

Allah juga memberitahukan kepada Musa bahwa kiamat itu akan datang, tapi waktunya dirahasiakan agar setiap orang mendapat balasan atas apa yang pernah dilakukan. Musa diperingatkan agar jangan sampai dipalingkan dari hari kiamat oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan oleh orang yang mengikuti keinginannya yang menyebabkan Musa binasa.

 Allah kemudian menanyakan kepada Musa tentang benda yang ada di tangan kanannya.

 “Ini adalah tongkatku. Aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan daun-daun dengan tongkat ini untuk memberi makanan kambingku. Bagiku, tongkat ini masih ada lagi manfaat yang lain”, jawab Nabi Musa.

“Lemparkanlah tongkat itu, wahai Musa!”.

 Nabi Musa pun melempar tongkat itu, dan seketika berubah menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Mengetahui tongkatnya berubah menjadi ular yang gesit, Nabi Musa pun berbalik ke belakang dan lari tanpa menoleh.

“Peganglah ia dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya pada keadaan semula”, perintah Allah kepada Nabi Musa.

Nabi Musa mengikuti perintah Allah. Dipegangnya ular tersebut, dan seketika ular tersebut berubah menjadi tongkat kembali.

“Sekarang kepitlah tanganmu di ketiak, niscaya tanganmu akan menjadi putih bercahaya tanpa cacat”, lagi-lagi Allah memberikan perintah kepada Nabi Musa.

Benar! Setelah dikepit di ketiak, tangan Nabi Musa menjadi berkilau-kilau. Demikian, Allah memberikan mukjizat kepada Nabi Musa sebagai tanda kebesaran-Nya.

Kedua, kambing disebut ada dalam kisah Nabi Dawud sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an Surat Shād ayat 23-24.

 

“Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja, lalu dia berkata, “Serahkanlah (kambingmu) itu kepadaku! Dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan”. Dia (Dawud) berkata, “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersekutu itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka ini”. Dan Dawud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.

 

Kambing dalam kisah di atas berhubungan erat dengan kesalahan yang pernah dilakukan oleh Nabi Dawud yang kemudian ditegur oleh Allah melalui sindirin seperti kita ketahui melalui Al-Qur’an Surat Shād ayat 21-24.

Pada suatu hari, datanglah dua orang laki-laki ke hadapan Nabi Dawud dengan melompati pagar mihrab. Dawud terkejut karena kedatangan mereka.

“Jangan takut”, kata laki-laki tadi. “Kami berdua sedang berselisih”, lanjutnya.

Kemudian mereka menceritakan bahwa salah satu dari mereka memiliki 99 ekor kambing betina, sedang yang satunya lagi hanya memiliki satu ekor kambing. Yang memiliki 99 ekor kambing itu meminta kepada yang memiliki seekor kambing agar menyerahkan kambing itu kepadanya. Mereka berdua berdebat. Dengan berbagai alasan, pemilik 99 ekor kambing itu dapat mengalahkan pemilik seekor kambing dalam perdebatan. Oleh karena itu, mereka menghadap Nabi Dawud untuk meminta penyelesaian masalah secara adil.

Setelah mendengar penuturan tersebut, Nabi Dawud berkata, Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan pada kambingnya”.

“Memang banyak orang yang suka berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Akan tetapi hanya sedikit yang seperti itu”, lanjut Nabi Dawud.

Dalam salah satu riwayat diceritakan, suatu ketika Nabi Dawud melihat seorang perempuan cantik yang menarik perhatiannya. Dia ingin mempersunting perempuan tersebut, tapi ternyata ia sudah memiliki suami. Nabi Dawudpun menggunakan taktik: menyuruh suami perempuan tersebut untuk ikut berperang agar mati dalam peperangan sehingga ia dapat menikahi perempuan tadi. Taktiknya jitu. Suami perempuan yang menarik hatinya benar-benar tewas di medan perang. Akhirnya perempuan tadi berhasil dipersunting oleh Nabi Dawud. Sewaktu mempersunting perempuan tersebut, Nabi Dawud sebetulnya telah memiliki 99 orang istri, karena memang saat itu belum ada batasan berpoligami paling banyak 4 istri. Dengan mempersunting perempuan tadi, maka istri Nabi Dawud akhirnya menjadi 100 orang.

Riwayat lain menyebutkan, pada suatu hari seorang petani datang menghadap ke hadapan Nabi Dawud untuk suatu keperluan. Nabi Dawud yang telah memiliki 99 orang istri itu bertanya kepada petani tersebut tentang istrinya.

“Istri hamba hanya seorang”, jawab si petani.

“Berikan istrimu kepadaku, biar istriku genap 100 orang”, kata Nabi Dawud.

Dengan perasaan takut. si petanipun menyerahkan istrinya kepada Nabi Dawud.

Allah Mahatahu apa yang ada di dalam hati Nabi Dawud. Oleh karena itu, setelah Nabi Dawud berhasil mempersunting perempuan yang diinginkan, Allah lalu mengutus dua malaikat berupa manusia yang mempertengkarkan masalah kambing. Itulah sebabnya, setelah Nabi Dawud memberikan jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh dua orang pemilik kambing itu, salah satu di antara mereka menjawab, “Laki-laki itu telah memutuskan perkaranya sendiri”.

Mendengar perkataan laki-laki yang berada di hadapannya, Nabi Dawud terkesiap. Ia sadar Allah telah menegurnya melalui pertengkaran dua orang pemilik kambing. Nabi Dawudpun memohon ampunan Allah dan kemudian menyungkur sujud, lalu bertobat.

Ketiga, kambing juga terdapat dalam kisah Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiyā ayat 78.

 

Dan (ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang, karena (ladang itu) dirusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu.

 

Suatu ketika, ada dua orang yang datang mengadu kepada Nabi Dawud. Mereka bersengketa masalah kambing dan kebun. Pemilik kebun menggugat kepada pemilik kambing karena merasa dirugikan, sebab kebunnya menjadi rusak akibat dimakan kambing-kambing salah satu di antara mereka. Menghadapi hal tersebut, Nabi Dawud memutuskan agar pemilik kambing menyerahkan kambing-kambing peliharaannya kepada pemilik kebun sebagai bentuk ganti rugi. Sulaiman, anak Dawud, saat itu hadir dalam persidangan tersebut. Ia yang merasa tidak setuju dengan keputusan ayahnya, lalu berkata, “Wahai, ayah! Menurut pertimbanganku, keputusan yang lebih patut adalah:  pemilik kambing harus menyerahkan kambing-kambingnya kepada pemilik kebun untuk diambil hasilnya. Sementara pemilik kebun harus menyerahkan kebunnya kepada pemilik kambing untuk merawat tanaman yang rusak agar kembali seperti keadaan semula. Setelah kebun tersebut kembali seperti keadaan semula, maka masing-masing pihak harus menyerahkan kambing-kambing dan kebun mereka ke pemilik semula. Dengan cara ini, masing-masing pihak tidak ada yang dirugikan”. Mendengar usulan yang disampaikan oleh Sulaiman, pemilik kebun dan kambing menerima usulan tersebut tanpa ada yang berkeberatan. Seluruh yang hadir pun merasa kagum pada Sulaiman, anak muda yang memiliki pemikiran yang cemerlang.

Keempat, domba disebut dalam kisah Nabi Ibrahim dan anaknya, Ismail. Meskipun hewan tersebut namanya tidak disebut secara terang-terangan dalam Surah Ash-Shāffāt ayat 107, kecuali dengan kata-kata بِذِبْحٍ عَظِيمٍۢ atau “dengan seekor sembelihan yang besar”, akan tetapi para ulama dan mufasir sepakat bahwa yang dimaksud dengan hewan sembelihan yang besar tersebut adalah domba. Akan tetapi ada juga yang menyebut kambing. Ini bisa maklumi karena kedua hewan tersebut biasa dianggap sama oleh kebanyakan orang. Demikian, terjemahan Surah Ash-Shāffāt ayat 107 tersebut.

 

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

 

 Kisahnya dimulai saat Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah melalui mimpi. Dalam mimpinya, Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk menyembelih anak yang mulai mampu untuk diajak berpikir dan berusaha bersama orang tuanya[1]). Meskipun Al-Qur’an tidak menyebut nama anak Nabi Ibrahim yang terdapat dalam mimpinya, namun kalangan ulama dan mufasir mengatakan bahwa anak tersebut adalah Ismail. Nabi Ibrahim yang yakin bahwa mimpi tersebut benar-benar merupakan perintah Allah, maka beliau kemudian mengajak Ismail untuk bermusyawarah. 

“Wahai, anakku! Saya telah bermimpi, bahwa di dalam mimpiku itu seolah-olah saya menyembelihmu. Bagaimana menurut pendapatmu?”, kata Ibrahim kepada Ismail.

“Wahai, ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepada ayah, in syaa Allah ayah akan melihat saya termasuk orang yang sabar”, jawab Ismail.

Mendengar jawaban Ismail yang rela untuk disembelih, maka Nabi Ibrahimpun bersiap-siap melaksanakan perintah Allah. Ketika Nabi Ibrahim telah membaringkan Ismail dan bersiap menyembelih anaknya itu, tiba-tiba terdengar suara, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu”. Seketika itu juga terjadi keajaiban. Dengan kekuasaan dan kebesaran Allah, di hadapan Nabi Ibrahim tiba-tiba ada seekor domba sebagai pengganti Ismail yang siap disembelih. Melihat keajaiban ini, hati Nabi Ibrahimpun seketika lega. Dipeluknya anak kesayangannya itu dengan penuh kasih, seraya mengucapkan pujian kepada Allah.

Al-Qur’an mengabadikan peristiwa tersebut, demikian.

 

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”. Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu”. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (Al-Qur’an Surah Ash-Shāffāt ayat 102-107).


Kambing disebut dalam Al-Qur’an Surah Al-An’am ayat 146 berkaitan dengan pengharaman sebagian makanan atas orang Yahudi. Seperti dikatakan oleh Muhammad Ali Ash-Shabuny, Allah telah mengharamkan beberapa jenis makanan atas oang-orang Yahudi secara khusus, karena kesesatan, kezaliman, dan pelanggaran mereka. Mereka suka bermain-main dalam urusan agama seperti yang dilakukan orang-orang musyrik. Merela juga mengubah perkataan Allah. Pengharaman sebagian makanan yang baik ini sebagai hukuman bagi mereka. Allah melarang mereka dari hal-hal yang justru mereka sukai, yaitu unta dan binatang ternak berkuku.  

 

Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku, dan dari sapi dan kambing, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain (lemak) yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Mahabenar.

 

Domba dan kambing juga dibicarakan secara bersamaan dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 80. Akan tetapi yang disebut dalam ayat tersebut bukan domba dan kambing secara  keseluruhan, melainkan bulu-bulu dari hewan tersebut. Selain bulu domba dan bulu kambing, ayat tersebut juga menyebut bulu unta. Demikian terjemahan ayat tersebut.

 

Dan Allah menjadikan rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya pada waktu kamu bepergian dan pada waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan kesenangan (perhiasan) sampai waktu (tertentu).

 

Menurut tafsir Jalalain seperti disebut dalam https://tafsir.learn-quran.co/Allah menjadikan bagi kalian rumah-rumah kalian sebagai tempat tinggal, dan Dia menjadikan bagi kalian rumah-rumah dari kulit binatang ternak (seperti kemah-kemah dan tenda-tenda), yang kalian merasa ringan ketika membawanya di waktu kalian berjalan mengadakan perjalanan dan waktu kalian bermukim. Dijadikan-Nya pula dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat atau perabot rumah tangga kalian, seperti permadani dan perhiasan dinding rumah, yang kalian dapat menikmatinya sampai waktu yang tertentu (sampai barang-barang itu rusak).

Terkait dengan bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, Ibnu Kasir dalam tafsirnya mengatakan bahwa istilah shuf adalah untuk bulu domba, aubar untuk bulu unta, dan asy’ār untuk bulu kambing. Masih menurut tafsir Ibnu Katsir, alat-alat rumah tangga yang dimaksud adalah harta. Akan tetapi menurut pendapat lainnya ada yang menyebut perhiasan, ada juga yang menyebut pakaian. Namun pendapat yang lebih umum adalah bahwa semua itu dapat dibuat menjadi permadani, pakaian, dan lain sebagainya, serta dapat dijadikan harta dengan memperjualbelikannya.



 

 

Daftar Acuan

 

 

1.   Buku

 

Ahmad Zainal Abidin. 2014. Kaya Seperti Nabi Sulaiman. Yogyakarta: Sabil

 

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur. Bandung: J-Art

 

Fatchur Rochman AR. 1995. Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur’an. Surabaya: Apollo.

 

Mahfan. 2005. Kisah 25 Nabi & Rasul. Jakarta: Sandro Jaya.

 

H. Mahmud Junus. 1987. Tarjamah Al-Quran Al-Karim. Cetakan ke-3. Bandung: PT Al-Ma’arif.


Moh. Rifai. 1976. Riwayat 25 Nabi dan Rasul. Semarang: CV. Tohaputra.

 

Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2002. Cahaya Al-Qur'an, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah - Al-An'am. Jilid 1. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.


Rizem Aizid. 2015. Ibrahim Nabi Kekasih Allah. Yogyakarta: Saufa.

 

Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 1. Cetakan Kedelapan. Jakarta: Dian Rakyat.

 

Siti Zainab Luxfiati. 2007. Cerita Teladan 25 Nabi. Jilid 2. Cetakan Kedelapan. Jakarta: Dian Rakyat.

 

Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Kementerian Agama RI. 2012. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema.


Ust. Fatihuddim Abu Yasin. 1997. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul. Surabaya: Terang Bulan.

 

 

2.  Internet

 

http://quran.bblm.go.id/

 

http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-nahl-ayat-80-83.html

 

https://mediaindonesia.com/humaniora/4638/kisah-nabi-musa-as

 

https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-16-an-nahl/ayat-80

 

https://tafsirweb.com/2267-surat-al-anam-ayat-143.html

 

https://tafsirweb.com/2268-surat-al-anam-ayat-144.html

 

https://www.idntimes.com/science/discovery/ratna-ramadhani/perbedaan-antara-kambing-dan-domba-c1c2/1



[1]) Ada yang berpendapat bahwa anak Nabi Ibrahim yang sedang diceritakan ini, saat itu berusia 7 tahun. Akan tetapi ada juga yang mengatakan berusia 13 tahun.

Tidak ada komentar :