Kamis, 27 Januari 2022

BURUNG

 

Kolibri, salah satu jenis burung.

(Sumber: https://review.bukalapak.com/hobbies/fakta-dan-cara-merawat-burung-kolibri-supaya-berbunyi-nyaring-111312).


 

Burung adalah anggota kelompok hewan yang bertulang belakang, memiliki bulu, dan sayap. Berkat sayapnya, burung dapat terbang, meskipun ada beberapa burung yang tidak memiliki kemampuan untuk terbang.  

Menurut https://id.wikipedia.org, diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia, dan sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Jenisnya pun sangat bervariasi. Ada yang kecil dan dapat mengepakkan sayap dengan sangat cepat seperti burung kolibri; ada yang dapat menyelam dengan sayapnya seperti penguin; dan ada yang sangat tinggi seperti burung unta.

Pada umumnya, burung hidup di alam liar. Akan tetapi banyak di antaranya yang dipelihara oleh manusia, seperti merpati, perkutut, jalak, beo dan sebagainya. Dipeliharanya burung oleh manusia karena berbagai alasan. Ada yang memelihara burung karena senang mendengar kicauannya yang merdu. Ada yang memelihara burung karena kepandaian burung tersebut kembali ke rumah pemelihara ketika diterbangkan dari jarak jauh. Namun ada pula yang memelihara burung karena senang melihat keindahan bulunya.

Dilihat dari segi makanannya, ada burung yang jadi pemangsa hewan lain seperti memangsa belalang, ulat, tikus dan sebagainya. Ada pula burung yang mengonsumsi sari bunga yang dapat membantu penyerbukan bunga. Ada juga burung pemakan buah yang memiliki peran dalam penyebaran biji buah tadi, sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak di tempat lain yang jauh dari pohon induknya.

Dilihat dari habitatnya, menurut https://rimbakita.com/ dan https://www.pertanianku.com/, setidaknya ada enam lokasi hidup burung.

Pertama, hutan. Burung yang senang hidup di hutan akan mencari makan, berkembang biak, dan melakukan berbagai aktivitas dengan bergantung pada kondisi hutan. Umumnya burung jenis ini memiliki suara kicau yang bagus, seperti cucakrawa (pycnonotus zeylanicus), poksay kuda (garrulax rufifrons), dan murai batu (copsychus malabaricus).

Kedua, savana atau sabana. Burung yang senang hidup di padang rumput, mereka bermukim, mencari makan, dan berkembang biak di lingkungan padang rumput. Contohnya: cica koreng (cisticola juncidis), merak (paco muticus), aneka jenis pipit (lonchura spp.), branjangan (mirafra javanica), dan puyuh (coturnix japonica). 

Ketiga, danau. Burung jenis ini dalam mencari makan senangnya di danau atau kolam besar. Mereka pada umumnya dapat berenang. Makanan mereka adalah ikan atau tanaman alga. Contohnya: belibis (dendrocygna arquata), itik benjut (anas gibberifrons), kuntul kerbau (bubulcus ibis), bambangan merah (ixobrychus cinnamomeus), dan cangak merah (ardea purpurea).

Keempat, sungai. Burung jenis ini mencari makan, berkembang biak, dan beradaptasi di sekitar aliran sungai. Ketika bertelur, sarangnya pun dibuat di tepi sungai agar mudah dalam mencari makan. Contohnya: cekakak (halcyon chloris) dan meninting (alcedo meninting).

Kelima, gua. Kelompok burung ini biasanya menempati gua yang paling gelap, seperti kelompok wallet dari suku apodidae, yaitu collocalia fuchiphaga. Sementara kelompok myophonus glaucinus dan myophonus caeruleus merupakan dua spesies burung yang hidup di bagian luar gua atau area tebing.

 Keenam, pantai. Burung yang menetap di pantai memiliki sifat khas, karena daerah pantai biasanya mempunyai kondisi lingkungan berlumpur dan dekat dengan laut. Spesies burung yang hidup di lingkungan ini biasanya kelompok burung wader, yang di Indonesia tercatat berjumlah 84 spesies. Contohnya wilwau (myctirea cinerea) yang berkaki panjang dan berparuh tebal memanjang dengan ujung meruncing. Pada daratan pantai yang biasanya ditumbuhi dengan tumbuhan pantai dan mangrove, dihuni oleh kelompok burung-burung merandai seperti pecuk (phalacrocorax sulcirostris), cangak abu (ardea purpurea) dan cangak merah (ardea cinerea).

Burung memiliki bulu yang berfungsi untuk melindungi tubuh. Hanya kaki bagian bawah yang tidak berbulu. Bulu yang dimiliki burung terbuat dari keratin, yaitu sama dengan materi dasar pembentuk rambut dan kuku. Bulu ini diciptakan oleh Allah dengan hikmah: ketika kehujanan, dengan goyangan sedikit saja, butiran-butiran air akan jatuh, sehingga kelembabannya hilang dan kembali ke keadaan semula, sehingga bulu tidak rusak dan tubuh tidak kedinginan. Sementara bulu ekornya diciptakan untuk membantu meluruskan terbangnya. Jika tidak ada ekor, sayap-sayapnya akan miring ke kanan dan ke kiri ketika terbang.

Selain memiliki bulu yang menutupi tubuh dan ekor, burung juga memiliki sayap. Sayap merupakan ciri paling utama dari seekor burung. Sayap-sayap burung diberi keistimewaan dengan bulu yang paling kuat untuk membantu saat terbang. Otot dada berbentuk melengkung yang berfungsi untuk mengangkat sayap agar dapat mengepak sehingga terbang lebih tinggi.

Ciri umum lainnya dari burung adalah memiliki paruh. Bentuk paruh burung sangat bervariasi, sesuai dengan jenis makanannya. Burung kolibri misalnya, karena makanannya sari bunga, maka paruhnya dibuat kecil dan panjang oleh Allah. Dengan paruh yang kecil dan panjang ini, maka burung kolibri menjadi mudah saat menghisap sari bunga. Kita ambil contoh lain tentang bervariasinya paruh burung sesuai jenis makanannya. Burung elang misalnya, ia merupakan hewan pemangsa. Makanan utamanya adalah hewan mamalia kecil seperti tikus, tupai, kadal, ikan, dan ayam. Paruh burung elang meskipun tidak bergigi, tetapi dibuat melengkung dan kuat oleh Allah agar memudahkan elang mengoyak daging mangsanya. Burung elang dilengkapi sepasang kaki yang kuat dengan kuku yang tajam dan melengkung untuk mencengkeram mangsa. Penglihatannya juga tajam, sehingga mangsa yang berada di tempat jauh dapat dilihatnya. Sama seperti bulu, paruh burung juga mengandung zat keratin.

Burung diciptakan memiliki dua kaki, tanpa tangan. Kaki ini berfungsi untuk jalan, berpindah-pindah tempat, dan membantu mengangkat tubuhnya saat hendak terbang. Kulit kedua betisnya tebal dan kuat agar tidak memerlukan bulu untuk melindunginya dari cuaca panas dan dingin. Dengan tanpa bulu pada kedua betisnya, ketika burung itu mencari makanan di air dan lumpur seperti kuntul, maka ia tak perlu mengibaskan air dan kotoran yang ada di kakinya.

Allah menciptakan burung dalam berkembang biak dengan cara bertelur. Dengan cara ini, maka burung tidak merasa berat saat terbang dibandingkan jika ia berkembang biak dengan cara beranak. Bisa dibayangkan betapa beratnya ketika terbang jika anak-anak burung itu berada dalam perut induknya sampai anak-anak itu dilahirkan. Bentuk dan corak telur burung pun beragam. Cangkang telur terbuat dari zat kapur untuk melindungi bagian dalam yang kelak akan menjadi anak burung. Telur-telur tersebut akan dierami oleh induknya agar tetap hangat. Embrio dalam telur akan menerima nutrisi dari kuning dan putih telur. Uniknya, kebanyakan burung yang menjaga sarang dan telurnya justru burung jantan, bukan betina.

Dalam Al-Qur’an, burung disebut sebanyak 26 kali. Ada yang disebut secara umum dan ada yang disebut secara spesifik, seperti misalnya burung gagak, hud-hud, dan salwa. Kebanyakan burung disebut dalam kisah, meskipun ada yang disebut berkenaan dengan beberapa hal. Yang disebut dalam kisah, terdapat pada ayat-ayat berikut ini.

Pertama, burung disebut dalam kisah Nabi Ibrahim, terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 260.

 

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati”. Allah berfirman, “Belum percayakah kamu?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap)”. Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana (Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 260).

 

Ayat di atas mengisahkan tentang Nabi Ibrahim yang memohon kepada Allah agar memperlihatkan cara menghidupkan orang mati. Nabi Ibrahim sama sekali tidak meragukan kekuasaan Allah, tapi ingin tahu bagaimana cara Allah menghidupkan orang mati. Allah pun kemudian menunjukkan kepada Nabi Ibrahim bagaimana Dia menghidupkan orang yang sudah mati. Nabi Ibrahim disuruh mencincang empat ekor burung, lalu cincangan-cincangan burung tersebut supaya diletakkan di atas masing-masing bukit satu bagian. Setelah itu, Nabi Ibrahim disuruh memanggil burung-burung yang telah dicincang-cincang tadi. Burung-burung yang telah dicincang-cincang tadi pun dengan segera datang menghadap Nabi Ibrahim dalam bentuk burung yang semula. Sama seperti burung-burung yang memenuhi panggilan Nabi Ibrahim, Allah menghembuskan kehidupan kepada semua makhluk yang telah mati, memberi mereka kesadaran, dan memberi mereka nyawa, maka seperti itulah seluruh makhluk, mereka berada di bawah kehendak Sang Penguasa, yakni Allah.

Kedua, burung disebut dua kali dalam Al-Qur’an Surat ‘Āli Imrān ayat 49, yang berhubungan dengan kisah Nabi Isa.

 

Dan (sebagai) rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka), “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untukmu dari tanah berbentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak (kusta). Dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman (Al-Qur’an Surat ‘Āli Imrān ayat 49).


Dalam kisah tersebut Nabi Isa mengatakan kepada Bani Israil bahwa dirinya adalah utusan Allah dengan berbagai tanda atau mukjizat dari Allah seperti:

1)        membuat benda dari tanah yang berbentuk burung, lalu ditiupnya benda tersebut, maka jadilah ia seekor burung;

2)       dapat menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir;

3)       dapat menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak (kusta);

4)       dapat menghidupkan oang mati atas izin Allah; dan

5)       mengetahui rahasia yang dimakan dan disimpan oleh orang-orang.

Ketiga, burung disebut dalam kisah anak Nabi Adam, terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Mā’idah ayat 31. Burung ini namanya disebut secara spesifik, yakni gagak, sebanyak dua kali. Oleh karena disebut secara spesifik, maka burung ini dibahas secara terpisah pada bab yang berjudul “GAGAK”.

Keempat, burung disebut dua kali dalam satu ayat, yakni dalam Al-Qur’an Surat Al-Mā’idah ayat 110 yang berhubungan dengan mukjizat Nabi Isa yang sebelumnya telah disebut juga dalam Al-Qur’an Surat ‘Āli Imrān ayat 49.

 

(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, “Hai Isa putra Maryam! Ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkanmu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa. Dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) ketika kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan iseizin-Ku, kemudian kamu meniupnya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) ketika kamu menyembuhkan orang yang buta (sejak lahir) dan orang yang berpenyakit sopak (kusta) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) ketika Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuhmu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata, “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata” (Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 110).

 

Beberapa mukjizat Nabi Isa yang disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Mā’idah ayat 110 adalah:

1)   dapat berbicara dengan manusia saat masih dalam buaian dan sesudah dewasa;

2)  membuat sesuatu dari tanah dalam bentuk burung, lalu benda tersebut ditiup, maka benda tersebut kemudian menjadi burung yang sebenarnya;

3)  dapat menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir;

4)  dapat menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak (kusta); dan

5)   dapat menghidupkan orang mati atas izin Allah.

Kelima, burung disebut dua kali dalam Al-Qur’an Surat Yusuf, masing-masing pada ayat 36 dan 41, yang kesemuanya berhubungan dengan kisah Nabi Yusuf.

 

Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang di antara keduanya, “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur”. Dan yang lainnya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung”. Berikanlah kepada kami takwilnya. Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang-orang yang pandai (menakwilkan mimpi) (Al-Qur’an Surat Yusuf  ayat 36).

 

Hai kedua penghuni penjara: “Salah seorang di antara kamu (berdua), akan bertugas menyediakan minuman khamar bagi tuannya. Adapun yang seorang lagi, dia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu (berdua) tanyakan (kepadaku)” (Al-Qur’an Surat Yusuf  ayat 41).

 

Saat itu, Nabi Yusuf berada di dalam penjara. Bersama beliau, ada dua orang pemuda yang juga sama-sama masuk penjara. Suatu ketika, kedua pemuda tersebut sama-sama bermimpi. Yang satu bermimpi memeras anggur; sedang yang satunya lagi bermimpi membawa roti di atas kepala, lalu sebagian roti itu dimakan burung. Kedua pemuda tersebut menceritakan mimpinya kepada Nabi Yusuf, dan meminta agar menakwilkan mimpinya. Nabi Yusuf pun memberi tahu arti mimpi tersebut, yakni bahwa orang yang pertama akan kembali bertugas sebagai penyedia minuman keras bagi tuannya, sedang orang yang kedua akan mendapat hukuman salib, lalu burung memakan sebagian kepalanya.

Keenam, burung disebut dalam kisah Nabi Dawud.

 

Maka Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat); dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. Dan Kamilah yang melakukannya (Al-Qur’an Surat Al-Anbiyā ayat 79).

 

Ayat tersebut merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya yang menceritakan persengketaan antara pemilik kebun dan pemilik kambing. Pemilik kebun merasa dirugikan karena kebunnya rusak akibat dimakan kambing. Persengketaannya itu diadukan kepada Nabi Dawud untuk minta keadilan. Keputusan yang diambil oleh Nabi Dawud adalah: pemilik kambing harus menyerahkan kambing-kambing peliharaannya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi. Namun Sulaiman, anak Nabi Dawud yang turut menyaksikan persidangan tersebut, memberikan usulan agar pemilik kambing menyerahkan kambing-kambingnya kepada pemilik kebun untuk diambil hasilnya, sedangkan pemilik kebun menyerahkan kebunnya kepada pemilik kambing agar merawat tanaman yang rusak agar kembali sepeti keadaan semula.  Setelah kebun tersebut pulih seperti sedia kala, maka masing-masing pihak harus menyerahkan kambing-kambing dan kebun kepada pemilik semula. Allah-lah yang memberikan pengertian seperti itu kepada Sulaiman, sebuah keputusan yang lebih tepat dan lebih memenuhi rasa keadilan dan sengketa tersebut. Baik keputusan yang diambil oleh Nabi Dawud maupun Sulaiman berdasarkan ijtihad masing-masing. Namun demikian, Nabi Dawud menguatkan keputusan yang diambil oleh Sulaiman. Menurut tafsir Jalalain dalam https://tafsir.learn-quran.co/, Nabi Dawud memerintahkan gunung-gunung dan burung-burung untuk ikut bertasbih bersamanya bila ia mengalami kelesuan, hingga ia menjadi semangat lagi dalam bertasbih. Allah-lah yang menundukkan keduanya dapat bertasbih bersama Dawud, sekalipun hal ini menurut kalian merupakan hal yang ajaib dan aneh, yaitu tunduk dan patuhnya gunung-gunung dan burung-burung kepada perintah Nabi Dawud.

Al-Qur’an Surat Saba’ ayat 10 menginformasikan bahwa Allah telah memberikan karunia kepada Nabi Dawud, yakni gunung-gunung dan burung-burung bertasbih berulang-ulang bersama beliau seperti telah disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiyā ayat 79. Selain itu, Allah juga memberikan karunia lain kepada Nabi Dawud, yakni dapat melunakkan besi sehingga beliau dapat membuat perlengkapan yang berbahan dasar besi.

 

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Dawud karunia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya (Al-Qur’an Surat Saba’ ayat 10).

 

Burung yang disebut dalam Al-Qur’an Surat Shad ayat 19 juga masih berhubungan dengan Nabi Dawud. Seperti disebut dalam ayat sebelumnya, Allah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama Nabi Dawud baik pada waktu petang maupun pagi. Sementara ayat 19 menyebutkan bahwa Allah juga menundukkan burung-burung, dalam keadaan terkumpul. Masing-masing sangat taat kepada Allah.

 

Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing sangat taat (kepada Allah) (Al-Qur’an Surat Shad ayat 19).

 

Ketujuh, burung disebut dalam kisah Nabi Sulaiman. Seperti dikatakan oleh Ahmad Zainal Abidin dalam bukunya berjudul Kaya Seperti Nabi Sulaiman, Nabi Sulaiman telah mewarisi sisi kenabian dan kekuasaan dari ayahnya, Nabi Dawud, tapi tidak dengan harta. Hal ini disebabkan harta para nabi tidak ditinggalkan untuk keluarganya, tapi untuk kalangan fakir miskin yang angat membutuhkan. Para nabi juga tidak mewarisi harta dari keluarga sebelumnya. Allah telah mewariskan kenabian dari Nabi Dawud kepada Nabi Sulaiman, sehingga ia mampu menjadi pemimpin bagi Bani Israil.

 

Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata” (Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 16).

  

Nabi Sulaiman, seperti disebut dalam ayat di atas, tak hanya sekedar mewarisi kenabian dan kekuasaan dari Nabi Dawud, tapi beliau juga memiliki kelebihan lain, yakni dapat mengerti bahasa burung, sebuah karunia yang diberikan oleh Allah. Bahkan tak hanya itu, Nabi Sulaiman juga memiliki bala tentara yang tidak saja terdiri atas manusia, tapi juga jin dan burung.

 

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) (Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 17).

 

Masih berhubungan dengan kisah Nabi Sulaiman, dalam Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 20, burung selain disebut secara umum, juga disebut secara spesifik. Salah satu burung yang menjadi bala tentara Nabi Sulaiman adalah hud-hud. Oleh karena burung ini disebut secara spesifik, maka burung hud-hud dibahas secara khusus pada bab yang berjudul HUD-HUD.

 

Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?” (Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 20).

 

Kedelapan, burung disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Fīl ayat 4 dalam hubungannya dengan kisah Abrahah, gubernur Yaman, yang ingin menghancurkan Ka’bah. Tujuannya agar orang Arab ibadahnya berpaling ke gereja yang dibangunnya. Abrahah dengan pasukan gajahnya datang ke Makkah. Akan tetapi upayanya menghancurkan Ka’bah tidak berhasil, karena Allah sang pemilik Baitullah  mengirimkan pasukan berwujud burung yang berbondong-bondong (thairan abābīl). Burung yang berbondong-bondong tadi melempari pasukan Abrahah dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga Abrahah dan pasukannya tewas. Jasad mereka bagai daun-daun yang dimakan ulat.

 

Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong (Al-Qur’an Surat Al-Fīl ayat 4)

 

Sebagian mufasir menganggap bahwa burung ababil bukanlah salah satu spesies burung yang hidup di belahan dunia, melainkan burung yang sengaja diciptakan oleh Allah untuk menghancurkan kesombongan dan keserakahan Abrahah yang ingin meluluhlantakkan Ka’bah dengan pasukan gajahnya. Namun akhir-akhir ini ada yang meyakini bahwa burung ababil itu nyata ada di bumi ini. Burung ababil disebutkan berbadan kecil, berwarna hitam, dan bermata indah. Sementara sayapnya tampak begitu lebar saat dikepakkan, seolah menunjukkan keperkasaan dari burung yang sangat terkenal dalam Al-Qur’an.

Kesembilan, burung yang berhubungan dengan kisah Nabi Musa. Ini terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 57, Surat Al-A’rāf ayat 160, dan Surat Thāhā ayat 80. Oleh karena burung ini disebut secara spesifik, yakni Salwa, maka pembahasannya akan dibuat tersendiri, dengan judul “SALWA”.

  Selain disebut dalam berbagai kisah, burung juga disebut dalam hubungannya dengan berbagai hal. Dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 38 misalnya, burung disebut oleh Allah untuk menjawab tuntutan orang-orang musyrik, karena mereka menginginkan adanya mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad sebagai bukti bahwa beliau adalah seorang nabi. Allah berfirman, “Katakan, ‘Sesungguhnya Allah berkuasa menurunkan suatu mukjizat, tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui’”. Kemudian Allah melanjutkan firmannya, bahwa tidak ada seekor binatang pun yang ada di muka bumi ini, termasuk juga burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat juga seperti halnya orang-orang musyrik tadi. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.

 

Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan (Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 38).

 

Burung juga disebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 79. Menurut tafsir ringkas Kementerian Agama Republik Indonesia sebagaimana dikutip https://tafsirweb.com/, bukti wujud dan kuasa Allah sebetulnya sangatlah banyak, tapi mengapa tidak sedikit manusia yang tetap enggan beriman kepada-Nya? Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang dengan mudah di angkasa? Tidak ada yang menahannya selain Allah, agar ia tetap melayang di angkasa tanpa jatuh. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman.

 

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan mudah. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman (Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 79).

 

 Sementara burung yang disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Mulk ayat 19 juga tidak berbeda dengan burung yang disebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 79.

 

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu (Al-Qur’an Surat Al-Mulk ayat 19).   

 

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 31, burung dipakai sebagai ibarat orang yang mempersekutukan Allah. Menurut tafsir ringkas Kementrian Agama Republik Indonesia, menunaikan ibadah haji ke Baitullah hendaklah dengan landasan tauhid yang lurus, niat beribadah dengan ikhlas kepada Allah, semata-mata mengharapkan keridoan-Nya, tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Barang siapa mempersekutukan Allah, kapan dan di mana pun, selama menunaikan ibadah haji maupun sebelumnya, maka seakan-akan dia jatuh dari langit, karena terputus dari tali Allah hingga ibadahnya tidak diterima, lalu disambar oleh burung hingga dirinya makin jauh dari Allah, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh seperti layang-layang putus.

 

(Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh (Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 31).

 

Dalam Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 41, burung disebut sebagai makhluk yang bertasbih kepada Allah. Menurut tafsir Al-Muyassar sebagaimana dikutip https://tafsirweb.com/, Allah menanyakan kepada Nabi Muhammad, “Apakah kamu (wahai Rasul) belum mengetahui bahwa sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi dari makhluk-makhluk dan burung-burung yang melebarkan sayap-sayapnya di langit, bertasbih menyucikan Tuhannya? Setiap makhluk, Allah telah memberinya petunjuk bagaimana ia shalat dan bertasbih kepada-Nya. Dia Maha Mengetahui, tahu semua yang diperbuat hamba-hamba-Nya yang tengah shalat dan makhluk yang tengah bertasbih, tidak ada sesuatu dari mereka tersembunyi bagi-Nya sedikit pun. Dia akan membalas mereka dengan itu”.

 

Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh, telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan (Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 41).

 

Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah ayat 11-40, menurut buku Al-Qur'an dan Terjemahan-nya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara yang Mahaluhur, berbicara tentang balasan kepada orang-orang yang paling dahulu beriman. Salah satunya adalah mereka diberi hidangan daging burung apapun yang menggugah selera, seperti yang mereka inginkan.

 

Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan  (Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah ayat 21).

 

 

  

Daftar Acuan

 

  

 

1. Buku

 

Ahmad Zainal Abidin. 2014. Kaya Seperti Nabi Sulaiman. Jogjakarta: Sabil.

 

Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah. 2002. Tafsir Juz ‘Amma Lengkap dan Ilmiah. Cetakan ke-5. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

 

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahan-nya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.

 

Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2002. Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah - Al-An’am.  Jilid 1. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.  

 

Syekh Imam Al-Ghazali. 2002. Keajaiban-Keajaiban Makhluk Allah. Surabaya: Pustaka Media.


 

2. Internet

 

https://id.wikipedia.org/wiki/Burung

 

https://id.wikipedia.org/wiki/Elang

 

https://id.wikipedia.org/wiki/Kolibri

 

https://merahputih.com/post/read/94-spesies-burung-hidup-di-danau-limboto

 

https://rimbakita.com/burung/

 

https://tafsir.learn-quran.co/

 

https://tafsirweb.com

 

https://www.malangtimes.com/baca/42522/20190807/112800/bukan-sekadar-mitos-keberadaan-burung-ababil-nyata-adanya

 

https://www.pertanianku.com/mengenal-jenis-burung-berdasarkan-habitat/

 


Tidak ada komentar :