Kolibri, salah satu jenis burung.
(Sumber: https://review.bukalapak.com/hobbies/fakta-dan-cara-merawat-burung-kolibri-supaya-berbunyi-nyaring-111312).
Burung adalah anggota kelompok hewan yang bertulang belakang,
memiliki bulu, dan sayap. Berkat sayapnya, burung dapat terbang, meskipun ada
beberapa burung yang tidak memiliki kemampuan untuk terbang.
Menurut https://id.wikipedia.org, diperkirakan terdapat
sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia, dan sekitar 1.500 jenis
di antaranya ditemukan di Indonesia. Jenisnya pun
sangat bervariasi. Ada yang kecil dan dapat mengepakkan sayap dengan sangat
cepat seperti burung kolibri; ada yang dapat menyelam dengan sayapnya seperti
penguin; dan ada yang sangat tinggi seperti burung unta.
Pada umumnya, burung hidup di alam liar. Akan tetapi banyak
di antaranya yang dipelihara oleh manusia, seperti merpati, perkutut, jalak, beo
dan sebagainya. Dipeliharanya burung oleh manusia karena berbagai alasan. Ada yang
memelihara burung karena senang mendengar kicauannya yang merdu. Ada yang memelihara
burung karena kepandaian burung tersebut kembali ke rumah pemelihara ketika
diterbangkan dari jarak jauh. Namun ada pula yang memelihara burung karena senang
melihat keindahan bulunya.
Dilihat dari segi makanannya, ada burung yang jadi pemangsa
hewan lain seperti memangsa belalang, ulat, tikus dan sebagainya. Ada pula
burung yang mengonsumsi sari bunga yang dapat membantu penyerbukan bunga. Ada
juga burung pemakan buah yang memiliki peran dalam penyebaran biji buah tadi,
sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak di tempat lain yang jauh dari pohon
induknya.
Dilihat dari habitatnya, menurut https://rimbakita.com/ dan https://www.pertanianku.com/,
setidaknya ada enam lokasi hidup burung.
Pertama, hutan. Burung yang senang hidup di hutan akan
mencari makan, berkembang biak, dan melakukan berbagai aktivitas dengan
bergantung pada kondisi hutan. Umumnya burung jenis ini memiliki suara kicau
yang bagus, seperti cucakrawa (pycnonotus
zeylanicus), poksay kuda (garrulax rufifrons), dan murai batu (copsychus
malabaricus).
Kedua, savana atau sabana. Burung yang senang hidup di
padang rumput, mereka bermukim, mencari makan, dan berkembang biak di
lingkungan padang rumput. Contohnya: cica koreng (cisticola
juncidis), merak (paco muticus), aneka jenis pipit (lonchura spp.), branjangan (mirafra javanica), dan puyuh (coturnix japonica).
Ketiga, danau. Burung jenis ini dalam mencari makan
senangnya di danau atau kolam besar. Mereka pada umumnya dapat berenang.
Makanan mereka adalah ikan atau tanaman alga. Contohnya: belibis (dendrocygna arquata), itik benjut (anas gibberifrons), kuntul kerbau (bubulcus ibis), bambangan merah (ixobrychus cinnamomeus), dan cangak
merah (ardea purpurea).
Keempat,
sungai. Burung jenis ini mencari makan, berkembang biak, dan beradaptasi di
sekitar aliran sungai. Ketika bertelur, sarangnya pun dibuat di tepi sungai
agar mudah dalam mencari makan. Contohnya: cekakak (halcyon chloris) dan meninting (alcedo
meninting).
Kelima,
gua. Kelompok burung ini biasanya menempati gua yang paling gelap, seperti
kelompok wallet dari suku apodidae, yaitu
collocalia fuchiphaga. Sementara
kelompok myophonus glaucinus dan myophonus caeruleus merupakan dua
spesies burung yang hidup di bagian luar gua atau area tebing.
Keenam, pantai. Burung yang menetap di pantai
memiliki sifat khas, karena daerah pantai biasanya mempunyai kondisi lingkungan
berlumpur dan dekat dengan laut. Spesies burung yang hidup di lingkungan ini
biasanya kelompok burung wader, yang di Indonesia tercatat berjumlah 84
spesies. Contohnya wilwau (myctirea cinerea) yang berkaki panjang dan berparuh
tebal memanjang dengan ujung meruncing. Pada daratan pantai yang biasanya
ditumbuhi dengan tumbuhan pantai dan mangrove, dihuni oleh kelompok burung-burung
merandai seperti pecuk (phalacrocorax
sulcirostris), cangak abu (ardea
purpurea) dan cangak merah (ardea
cinerea).
Burung memiliki bulu yang berfungsi untuk melindungi tubuh.
Hanya kaki bagian bawah yang tidak berbulu. Bulu yang dimiliki burung terbuat
dari keratin, yaitu sama dengan materi dasar pembentuk rambut dan kuku. Bulu
ini diciptakan oleh Allah dengan hikmah: ketika kehujanan, dengan goyangan
sedikit saja, butiran-butiran air akan jatuh, sehingga kelembabannya hilang dan
kembali ke keadaan semula, sehingga bulu tidak rusak dan tubuh tidak
kedinginan. Sementara bulu ekornya diciptakan untuk membantu meluruskan
terbangnya. Jika tidak ada ekor, sayap-sayapnya akan miring ke kanan dan ke
kiri ketika terbang.
Selain memiliki bulu yang menutupi tubuh dan ekor, burung
juga memiliki sayap. Sayap merupakan ciri paling utama dari seekor burung.
Sayap-sayap burung diberi keistimewaan dengan bulu yang paling kuat untuk
membantu saat terbang. Otot dada berbentuk melengkung yang berfungsi untuk
mengangkat sayap agar dapat mengepak sehingga terbang lebih tinggi.
Ciri umum lainnya dari burung adalah memiliki paruh. Bentuk
paruh burung sangat bervariasi, sesuai dengan jenis makanannya. Burung kolibri
misalnya, karena makanannya sari bunga, maka paruhnya dibuat kecil dan panjang
oleh Allah. Dengan paruh yang kecil dan panjang ini, maka burung kolibri
menjadi mudah saat menghisap sari bunga. Kita ambil contoh lain tentang
bervariasinya paruh burung sesuai jenis makanannya. Burung elang misalnya, ia
merupakan hewan pemangsa. Makanan utamanya adalah hewan mamalia kecil seperti
tikus, tupai, kadal, ikan, dan ayam. Paruh burung elang meskipun tidak bergigi,
tetapi dibuat melengkung dan kuat oleh Allah agar memudahkan elang mengoyak
daging mangsanya. Burung elang dilengkapi sepasang kaki yang kuat dengan kuku
yang tajam dan melengkung untuk mencengkeram mangsa. Penglihatannya juga tajam,
sehingga mangsa yang berada di tempat jauh dapat dilihatnya. Sama seperti bulu,
paruh burung juga mengandung zat keratin.
Burung diciptakan memiliki dua kaki, tanpa tangan. Kaki ini
berfungsi untuk jalan, berpindah-pindah tempat, dan membantu mengangkat
tubuhnya saat hendak terbang. Kulit kedua betisnya tebal dan kuat agar tidak
memerlukan bulu untuk melindunginya dari cuaca panas dan dingin. Dengan tanpa
bulu pada kedua betisnya, ketika burung itu mencari makanan di air dan lumpur
seperti kuntul, maka ia tak perlu mengibaskan air dan kotoran yang ada di kakinya.
Allah menciptakan burung dalam berkembang biak dengan cara
bertelur. Dengan cara ini, maka burung tidak merasa berat saat terbang
dibandingkan jika ia berkembang biak dengan cara beranak. Bisa dibayangkan
betapa beratnya ketika terbang jika anak-anak burung itu berada dalam perut induknya sampai
anak-anak itu dilahirkan. Bentuk dan corak telur burung pun beragam. Cangkang
telur terbuat dari zat kapur untuk melindungi bagian dalam yang kelak akan
menjadi anak burung. Telur-telur tersebut akan dierami oleh induknya agar tetap
hangat. Embrio dalam telur akan menerima nutrisi dari kuning dan putih telur. Uniknya,
kebanyakan burung yang menjaga sarang dan telurnya justru burung jantan, bukan
betina.
Dalam
Al-Qur’an, burung disebut sebanyak 26 kali. Ada yang disebut secara umum dan
ada yang disebut secara spesifik, seperti misalnya burung gagak, hud-hud, dan salwa.
Kebanyakan burung disebut dalam kisah, meskipun ada yang disebut berkenaan
dengan beberapa hal. Yang disebut dalam kisah, terdapat pada ayat-ayat berikut
ini.
Pertama,
burung disebut dalam kisah Nabi Ibrahim, terdapat dalam Al-Qur’an Surat
Al-Baqarah ayat 260.
Dan (ingatlah) ketika
Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang mati”. Allah berfirman, “Belum percayakah kamu?” Dia
(Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap)”. Dia (Allah)
berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas
masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka
datang kepadamu dengan segera”. Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana
(Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 260).
Ayat di
atas mengisahkan tentang Nabi Ibrahim yang memohon kepada Allah agar
memperlihatkan cara menghidupkan orang mati. Nabi Ibrahim sama sekali tidak
meragukan kekuasaan Allah, tapi ingin tahu bagaimana cara Allah menghidupkan
orang mati. Allah pun kemudian menunjukkan kepada Nabi Ibrahim bagaimana Dia
menghidupkan orang yang sudah mati. Nabi Ibrahim disuruh mencincang empat ekor
burung, lalu cincangan-cincangan burung tersebut supaya diletakkan di atas masing-masing
bukit satu bagian. Setelah itu, Nabi Ibrahim disuruh memanggil burung-burung
yang telah dicincang-cincang tadi. Burung-burung yang telah dicincang-cincang tadi pun dengan
segera datang menghadap Nabi Ibrahim dalam bentuk burung yang semula. Sama
seperti burung-burung yang memenuhi panggilan Nabi Ibrahim, Allah menghembuskan
kehidupan kepada semua makhluk yang telah mati, memberi mereka kesadaran, dan memberi mereka
nyawa, maka seperti itulah seluruh makhluk, mereka berada di bawah kehendak
Sang Penguasa, yakni Allah.
Kedua,
burung disebut dua kali dalam Al-Qur’an Surat ‘Āli Imrān ayat 49, yang
berhubungan dengan kisah Nabi Isa.
Dan (sebagai) rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka), “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untukmu dari tanah berbentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak (kusta). Dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman (Al-Qur’an Surat ‘Āli Imrān ayat 49).
Dalam
kisah tersebut Nabi Isa mengatakan kepada Bani Israil bahwa dirinya adalah
utusan Allah dengan berbagai tanda atau mukjizat dari Allah seperti:
1)
membuat benda dari tanah
yang berbentuk burung, lalu ditiupnya benda tersebut, maka jadilah ia seekor
burung;
2) dapat menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir;
3) dapat menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak (kusta);
4) dapat menghidupkan oang mati atas izin Allah; dan
5) mengetahui rahasia yang dimakan dan disimpan oleh orang-orang.
Ketiga, burung disebut dalam kisah
anak Nabi Adam, terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Mā’idah ayat 31. Burung ini namanya
disebut secara spesifik, yakni gagak, sebanyak dua kali. Oleh karena disebut
secara spesifik, maka burung ini dibahas secara terpisah pada bab yang berjudul “GAGAK”.
Keempat, burung disebut dua kali dalam satu ayat, yakni
dalam Al-Qur’an Surat Al-Mā’idah ayat 110 yang berhubungan dengan
mukjizat Nabi Isa yang sebelumnya telah disebut juga dalam Al-Qur’an Surat ‘Āli Imrān ayat 49.
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, “Hai Isa putra Maryam!
Ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkanmu dengan
ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian
dan sesudah dewasa. Dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah,
Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) ketika kamu membentuk dari tanah (suatu
bentuk) yang berupa burung
dengan iseizin-Ku, kemudian kamu meniupnya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya)
dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) ketika kamu menyembuhkan orang yang buta (sejak
lahir) dan orang yang berpenyakit sopak (kusta) dengan seizin-Ku. Dan
(ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup)
dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) ketika Aku menghalangi Bani Israil (dari
keinginan mereka membunuhmu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka
berkata, “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata” (Al-Qur’an Surat
Al-Maidah ayat 110).
Beberapa mukjizat Nabi Isa yang disebut
dalam Al-Qur’an Surat Al-Mā’idah ayat 110 adalah:
1) dapat berbicara dengan manusia saat masih dalam buaian dan
sesudah dewasa;
2) membuat sesuatu dari tanah dalam bentuk burung, lalu benda
tersebut ditiup, maka benda tersebut kemudian menjadi burung yang sebenarnya;
3) dapat menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir;
4) dapat menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak (kusta); dan
5) dapat menghidupkan orang mati atas izin Allah.
Kelima, burung disebut dua kali dalam Al-Qur’an Surat Yusuf, masing-masing pada ayat 36 dan 41,
yang kesemuanya berhubungan dengan kisah Nabi Yusuf.
Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang
pemuda. Berkatalah salah seorang di antara keduanya, “Sesungguhnya aku
bermimpi, bahwa aku memeras anggur”. Dan yang lainnya berkata, “Sesungguhnya
aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung”. Berikanlah kepada kami takwilnya.
Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang-orang yang pandai (menakwilkan
mimpi) (Al-Qur’an
Surat Yusuf ayat 36).
Hai kedua penghuni penjara: “Salah seorang di antara kamu (berdua),
akan bertugas menyediakan minuman khamar bagi
tuannya. Adapun yang seorang lagi, dia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari
kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu (berdua) tanyakan (kepadaku)” (Al-Qur’an Surat
Yusuf ayat 41).
Saat itu, Nabi Yusuf berada di dalam penjara. Bersama
beliau, ada dua orang pemuda yang juga sama-sama masuk penjara. Suatu ketika,
kedua pemuda tersebut sama-sama bermimpi. Yang satu bermimpi memeras anggur;
sedang yang satunya lagi bermimpi membawa roti di atas kepala, lalu sebagian
roti itu dimakan burung. Kedua pemuda tersebut menceritakan mimpinya kepada
Nabi Yusuf, dan meminta agar menakwilkan mimpinya. Nabi Yusuf pun memberi tahu
arti mimpi tersebut, yakni bahwa orang yang pertama akan kembali bertugas
sebagai penyedia minuman keras bagi tuannya, sedang orang yang kedua akan
mendapat hukuman salib, lalu burung memakan sebagian kepalanya.
Keenam, burung disebut dalam kisah Nabi Dawud.
Maka
Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat);
dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami tundukkan
gunung-gunung dan burung-burung,
semua bertasbih bersama Dawud. Dan Kamilah yang melakukannya (Al-Qur’an Surat
Al-Anbiyā ayat 79).
Ayat tersebut merupakan kelanjutan dari
ayat sebelumnya yang menceritakan persengketaan antara pemilik kebun dan
pemilik kambing. Pemilik kebun merasa dirugikan karena kebunnya rusak akibat
dimakan kambing. Persengketaannya itu diadukan kepada Nabi Dawud untuk minta
keadilan. Keputusan yang diambil oleh Nabi Dawud adalah: pemilik kambing harus
menyerahkan kambing-kambing peliharaannya kepada pemilik kebun sebagai ganti
rugi. Namun Sulaiman, anak Nabi Dawud yang turut menyaksikan persidangan tersebut,
memberikan usulan agar pemilik kambing menyerahkan kambing-kambingnya kepada
pemilik kebun untuk diambil hasilnya, sedangkan pemilik kebun menyerahkan
kebunnya kepada pemilik kambing agar merawat tanaman yang rusak agar kembali
sepeti keadaan semula. Setelah kebun
tersebut pulih seperti sedia kala, maka masing-masing pihak harus menyerahkan
kambing-kambing dan kebun kepada pemilik semula. Allah-lah yang memberikan
pengertian seperti itu kepada Sulaiman, sebuah keputusan yang lebih tepat dan
lebih memenuhi rasa keadilan dan sengketa tersebut. Baik keputusan yang diambil
oleh Nabi Dawud maupun Sulaiman berdasarkan ijtihad masing-masing. Namun
demikian, Nabi Dawud menguatkan keputusan yang diambil oleh Sulaiman. Menurut
tafsir Jalalain dalam https://tafsir.learn-quran.co/,
Nabi Dawud
memerintahkan gunung-gunung dan burung-burung untuk ikut bertasbih bersamanya
bila ia mengalami kelesuan, hingga ia menjadi semangat lagi dalam bertasbih. Allah-lah
yang menundukkan keduanya dapat bertasbih bersama Dawud, sekalipun hal ini
menurut kalian merupakan hal yang ajaib dan aneh, yaitu tunduk dan patuhnya
gunung-gunung dan burung-burung kepada perintah Nabi Dawud.
Al-Qur’an
Surat Saba’ ayat 10
menginformasikan bahwa Allah telah memberikan karunia kepada Nabi Dawud, yakni
gunung-gunung dan burung-burung bertasbih berulang-ulang bersama beliau seperti
telah disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiyā
ayat 79. Selain itu, Allah juga memberikan karunia lain kepada Nabi Dawud, yakni
dapat melunakkan besi sehingga beliau dapat membuat perlengkapan yang berbahan
dasar besi.
Dan sesungguhnya telah Kami berikan
kepada Dawud karunia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud”, dan Kami
telah melunakkan besi untuknya (Al-Qur’an Surat Saba’ ayat 10).
Burung
yang disebut dalam Al-Qur’an Surat Shad
ayat 19 juga masih berhubungan dengan Nabi Dawud. Seperti disebut dalam ayat
sebelumnya, Allah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama Nabi Dawud
baik pada waktu petang maupun pagi. Sementara ayat 19 menyebutkan bahwa Allah
juga menundukkan burung-burung, dalam keadaan terkumpul. Masing-masing sangat
taat kepada Allah.
Dan (Kami
tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul.
Masing-masing sangat taat (kepada Allah) (Al-Qur’an Surat Shad ayat 19).
Ketujuh, burung disebut dalam kisah
Nabi Sulaiman. Seperti dikatakan oleh Ahmad Zainal Abidin dalam bukunya
berjudul Kaya Seperti Nabi Sulaiman,
Nabi Sulaiman telah mewarisi sisi kenabian dan kekuasaan dari ayahnya, Nabi
Dawud, tapi tidak dengan harta. Hal ini disebabkan harta para nabi tidak
ditinggalkan untuk keluarganya, tapi untuk kalangan fakir miskin yang angat
membutuhkan. Para nabi juga tidak mewarisi harta dari keluarga sebelumnya.
Allah telah mewariskan kenabian dari Nabi Dawud kepada Nabi Sulaiman, sehingga
ia mampu menjadi pemimpin bagi Bani Israil.
Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman)
berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung
dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia
yang nyata” (Al-Qur’an
Surat An-Naml ayat 16).
Nabi Sulaiman, seperti disebut dalam ayat di atas, tak hanya
sekedar mewarisi kenabian dan kekuasaan dari Nabi Dawud, tapi beliau juga
memiliki kelebihan lain, yakni dapat mengerti bahasa burung, sebuah karunia
yang diberikan oleh Allah. Bahkan tak hanya itu, Nabi Sulaiman juga memiliki
bala tentara yang tidak saja terdiri atas manusia, tapi juga jin dan burung.
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman
tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib
(dalam barisan) (Al-Qur’an
Surat An-Naml ayat 17).
Masih berhubungan dengan kisah Nabi Sulaiman, dalam Al-Qur’an
Surat An-Naml ayat 20, burung selain disebut secara umum, juga disebut secara
spesifik. Salah satu burung yang menjadi bala tentara Nabi Sulaiman adalah
hud-hud. Oleh karena burung ini disebut secara spesifik, maka burung hud-hud
dibahas secara khusus pada bab yang berjudul HUD-HUD.
Dan dia
memeriksa burung-burung lalu berkata,
“Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?” (Al-Qur’an Surat
An-Naml ayat 20).
Kedelapan, burung disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Fīl ayat 4 dalam hubungannya dengan kisah Abrahah, gubernur Yaman, yang ingin menghancurkan Ka’bah. Tujuannya agar orang Arab ibadahnya berpaling ke gereja yang dibangunnya. Abrahah dengan pasukan gajahnya datang ke Makkah. Akan tetapi upayanya menghancurkan Ka’bah tidak berhasil, karena Allah sang pemilik Baitullah mengirimkan pasukan berwujud burung yang berbondong-bondong (thairan abābīl). Burung yang berbondong-bondong tadi melempari pasukan Abrahah dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga Abrahah dan pasukannya tewas. Jasad mereka bagai daun-daun yang dimakan ulat.
Dan Dia
mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong (Al-Qur’an Surat Al-Fīl ayat 4)
Sebagian mufasir menganggap bahwa burung ababil
bukanlah salah satu spesies burung yang hidup di belahan dunia, melainkan
burung yang sengaja diciptakan oleh Allah untuk menghancurkan kesombongan dan
keserakahan Abrahah yang ingin meluluhlantakkan Ka’bah dengan pasukan gajahnya.
Namun akhir-akhir ini ada yang meyakini bahwa burung ababil itu nyata ada di
bumi ini. Burung ababil disebutkan berbadan kecil, berwarna hitam, dan bermata
indah. Sementara sayapnya tampak begitu lebar saat dikepakkan, seolah
menunjukkan keperkasaan dari burung yang sangat terkenal dalam Al-Qur’an.
Kesembilan, burung yang berhubungan dengan kisah Nabi
Musa. Ini terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah
ayat 57, Surat Al-A’rāf ayat 160, dan Surat Thāhā ayat 80. Oleh karena burung
ini disebut secara spesifik, yakni Salwa, maka pembahasannya akan dibuat
tersendiri, dengan judul “SALWA”.
Selain disebut
dalam berbagai kisah, burung juga disebut dalam hubungannya dengan berbagai hal.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 38 misalnya, burung disebut
oleh Allah untuk menjawab tuntutan orang-orang musyrik, karena mereka
menginginkan adanya mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad sebagai bukti
bahwa beliau adalah seorang nabi. Allah berfirman, “Katakan, ‘Sesungguhnya Allah
berkuasa menurunkan suatu mukjizat, tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui’”. Kemudian
Allah melanjutkan firmannya, bahwa tidak ada seekor binatang pun yang ada di muka
bumi ini, termasuk juga burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,
melainkan umat juga seperti halnya orang-orang musyrik tadi. Tidak ada sesuatu
pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.
Dan tidak ada seekor
binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tidak
ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka
dikumpulkan (Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 38).
Burung juga disebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 79. Menurut tafsir ringkas
Kementerian Agama Republik Indonesia sebagaimana dikutip https://tafsirweb.com/, bukti wujud dan kuasa Allah sebetulnya sangatlah
banyak, tapi mengapa tidak sedikit manusia yang tetap enggan beriman
kepada-Nya? Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang
dengan mudah di angkasa? Tidak ada yang menahannya selain Allah, agar ia tetap
melayang di angkasa tanpa jatuh. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah bagi orang-orang yang
beriman.
Tidakkah
mereka memperhatikan burung-burung
yang dapat terbang di angkasa dengan mudah. Tidak ada yang menahannya selain
Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman (Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat
79).
Sementara burung yang
disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Mulk ayat 19 juga
tidak berbeda dengan burung yang disebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 79.
Tidakkah
mereka memperhatikan burung-burung
yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang
menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sesungguhnya Dia Maha Melihat
segala sesuatu (Al-Qur’an Surat Al-Mulk ayat 19).
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 31, burung dipakai
sebagai ibarat orang yang mempersekutukan Allah. Menurut tafsir ringkas
Kementrian Agama Republik Indonesia, menunaikan ibadah haji ke Baitullah
hendaklah dengan landasan tauhid yang lurus, niat beribadah dengan ikhlas
kepada Allah, semata-mata mengharapkan keridoan-Nya, tanpa mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Barang siapa mempersekutukan Allah, kapan dan di mana
pun, selama menunaikan ibadah haji maupun sebelumnya, maka seakan-akan dia
jatuh dari langit, karena terputus dari tali Allah hingga ibadahnya tidak
diterima, lalu disambar oleh burung hingga dirinya makin jauh dari Allah, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh seperti layang-layang putus.
(Beribadahlah)
dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Barangsiapa mempersekutukan
Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh (Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 31).
Dalam Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 41, burung
disebut sebagai makhluk yang bertasbih kepada Allah. Menurut tafsir Al-Muyassar
sebagaimana dikutip https://tafsirweb.com/,
Allah menanyakan kepada Nabi Muhammad, “Apakah kamu (wahai Rasul) belum mengetahui bahwa
sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi dari makhluk-makhluk dan
burung-burung yang melebarkan sayap-sayapnya di langit, bertasbih menyucikan
Tuhannya? Setiap makhluk, Allah telah memberinya petunjuk bagaimana ia shalat
dan bertasbih kepada-Nya. Dia Maha Mengetahui, tahu semua yang diperbuat
hamba-hamba-Nya yang tengah shalat dan makhluk yang tengah bertasbih, tidak ada
sesuatu dari mereka tersembunyi bagi-Nya sedikit pun. Dia akan membalas mereka
dengan itu”.
Tidakkah
engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan
di bumi, dan juga burung
yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh, telah mengetahui (cara)
berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan (Al-Qur’an
Surat An-Nur ayat 41).
Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah ayat 11-40, menurut buku Al-Qur'an dan Terjemahan-nya:
Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara yang Mahaluhur, berbicara tentang
balasan kepada orang-orang yang paling dahulu beriman. Salah satunya adalah
mereka diberi hidangan daging burung apapun yang
menggugah selera, seperti yang mereka inginkan.
Dan daging burung dari
apa yang mereka inginkan (Al-Qur’an Surat
Al-Waqi’ah ayat 21).
Daftar Acuan
1. Buku
Ahmad Zainal Abidin. 2014. Kaya Seperti Nabi Sulaiman. Jogjakarta: Sabil.
Al-Ustadz
Afif Abdul Fattah Thabbarah. 2002. Tafsir
Juz ‘Amma Lengkap dan Ilmiah. Cetakan ke-5. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahan-nya:
Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.
Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2002. Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah - Al-An’am. Jilid 1. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.
Syekh Imam
Al-Ghazali. 2002. Keajaiban-Keajaiban
Makhluk Allah. Surabaya: Pustaka Media.
2. Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Burung
https://id.wikipedia.org/wiki/Elang
https://id.wikipedia.org/wiki/Kolibri
https://merahputih.com/post/read/94-spesies-burung-hidup-di-danau-limboto
https://rimbakita.com/burung/
https://tafsir.learn-quran.co/
https://tafsirweb.com
https://www.malangtimes.com/baca/42522/20190807/112800/bukan-sekadar-mitos-keberadaan-burung-ababil-nyata-adanya
https://www.pertanianku.com/mengenal-jenis-burung-berdasarkan-habitat/
Tidak ada komentar :
Posting Komentar