Jumat, 01 Januari 2021

ALHAMDULILLAH, TUGASKU DI KANTOR TELAH PURNA


Malam ini adalah malam pergantian tahun, dari tahun 2020 berganti ke tahun 2021. Berjuta-juta manusia di belahan dunia ini beramai-ramai menyongsong detik-detik datangnya Tahun Baru 2021. Selandia Baru adalah negara pertama yang merayakan tahun baru kala Indonesia menunjukkan pukul 21.00 WIB (atau 22.00 WITA atau 23.00 WIT). Sementara bagi saya, detik-detik datangnya Tahun Baru 2021 juga merupakan detik-detik kebahagiaan, sebab mulai tanggal 1 Januari 2021, saya telah memasuki masa purna tugas, meskipun SK Pensiun belum saya terima. Keyakinan saya bahwa saya telah purna tugas, karena Pertimbangan Teknis (Pertek) dari Badan Kepegawaian Negara yang merupakan dasar untuk mengeluarkan SK Pensiun telah dibuat. Jadi, insya Allah, tinggal menunggu waktu turunnya SK Pensiun.

Sesungguhnya saya memiliki kesempatan untuk pensiun dua tahun lagi, karena saya termasuk orang yang ikut dilantik sebagai Perencana Ahli Madya, sebagai pengganti jabatan eselon 3 yang karena kebijakan presiden, jabatan tersebut dihapus. Namun jauh sebelumnya, atas dasar keinginan sendiri, saya sudah mengajukan permohonan pensiun 58 (artinya pensiun saat usia telah mencapai 58 tahun). Saya memang tidak berniat untuk melanjutkan sebagai fungsional yang pensiunnya menjadi 60 tahun.

Ada beberapa kawan yang secara pribadi bertanya kepada saya, “Apakah tidak sayang, karena dengan pensiun, maka akan kehilangan tunjangan yang jauh lebih besar daripada gaji pensiun?”. Saya katakan kepada kawan saya, bahwa ini adalah pilihan yang mengandung konsekuensi. Jika sayang kehilangan pendapatan yang lumayan besar dibanding gaji pensiun, maka harus mau meneruskan bekerja lagi, setidaknya tambah dua tahun lagi. Sebaliknya, jika sudah ingin menggunakan hari tuanya untuk lepas dari pekerjaan kantor, ya harus ikhlas kehilangan pendapatan yang lebih besar daripada gaji pensiun.

Lalu apakah nantinya tidak jenuh karena hari-harinya banyak menganggur setelah pensiun? Saya tidak berani menjawab secara pasti, apakah pensiun itu hari-harinya menjenuhkan atau tidak, karena saya baru saja menapakkan kaki memasuki masa pensiun. Dari hasil pembicaraan dengan kawan-kawan saya yang sudah lebih dahulu pensiun, ada yang mengatakan bahwa pensiun itu nikmatnya sekitar tiga bulan. Selepas itu, kejenuhan sering melanda. Namun ada juga yang mengatakan bahwa pensiun itu tidak menjenuhkan. Ini artinya, jenuh atau tidaknya dalam menjalani hari-harinya, tergantung pada pensiunan itu sendiri.

Apakah saya sudah mempersiapkan bisnis atau kegiatan lain yang menghasilkan materi sebagai pengganti penghasilan yang hilang akibat saya mengambil pensiun? Sampai detik ini, saya belum mempersiapkan itu, dan belum ada planning ke arah itu. Saya hanya ingin belajar mensyukuri nikmat Allah, meskipun penghasilan turun drastis. Semoga Allah menjadikan saya termasuk golongan orang yang bisa bersyukur.

Apakah ingin belajar menulis? Yang ini mungkin iya. Semoga saja Allah meridoi keinginan saya, dan saya bisa menulis sesuatu yang bermanfaat baik bagi diri saya sendiri, orang lain, maupun masyarakat, walau mungkin saya belum bisa produktif seperti penulis-penulis yang sudah fokus pada dunia tulis-menulis. Semoga Allah menjauhkan saya dari menulis hal-hal yang dapat mendatangkan mudhorot.

 


Tidak ada komentar :