Anai-anai atau laron
(Sumber: https://pestcontroljakarta.com/ada-banyak-laron-di-rumah-haruskah-anda-khawatir/).
Anai-anai, atau yang oleh
orang Jawa disebut laron, adalah bagian
dari
koloni rayap yang memiliki nama ilmiah Macrotermes
gilvus. Koloni
rayap
memiliki susunan sosial yang disebut kasta, yang terdiri atas kasta pekerja,
kasta prajurit, dan kasta reproduktif.
Kasta pekerja memiliki tugas mencarikan makanan untuk koloninya, memelihara telur-telur dan rayap muda, memindahkan telur-telur dan rayap-rayap muda jika mereka terancam, serta membuat dan merawat sarang. Kasta prajurit bertugas melindungi koloni dari ancaman dan gangguan predator. Sementara kasta reproduktif merupakan satu-satunya kelompok yang dapat menghasilkan keturunan. Rayap dari kasta reproduktif ini bermetamorfosis, ditandai dengan tumbuhnya dua pasang sayap yang kian lama makin memanjang hingga akhirnya lebih panjang dari ukuran tubuhnya. Kasta inilah yang kita sebut dengan nama anai-anai atau laron.
Siklus hidup rayap dimulai dari telur, nimfa, lalu rayap dewasa.
Siklus hidup rayap
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rayap-jadi-laron.jpg)
Ketika menginjak dewasa, anai-anai atau laron akan keluar dari sarangnya dan
mencari pasangan untuk kawin. Biasanya, anai-anai atau laron keluar dari sarangnya ketika musim hujan tiba. Pemicunya
karena terjadi perubahan suhu udara di sekitar sarang. Mereka terbang mencari cahaya
lampu. Jumlahnya pun tidak sedikit, sehingga kerap dianggap mengganggu,
terutama ketika anai-anai atau laron
tersebut terbang di sekitar lampu rumah kita.
Mengapa anai-anai atau laron sangat suka dengan cahaya lampu? Menurut para
ahli, setelah keluar dari sarang, anai-anai atau laron membutuhkan suhu hangat. Itulah sebabnya anai-anai atau laron mendekat ke lampu yang memancar,
karena ada sumber kehangatan di tempat tersebut. Pada saat itulah anai-anai
atau laron mencari pasangan sebelum
fajar tiba.
Mereka yang berhasil mendapatkan pasangan akan
melepaskan sayapnya. Ini pertanda bahwa anai-anai atau laron tersebut telah siap secara seksual dan membentuk koloni baru.
Jangan dibayangkan bahwa mereka akan mendapat pasangan semua. Dari sekian
banyak anai-anai atau laron yang
beterbangan tersebut, hanya sekitar 10 persen saja yang berhasil mendapatkan
jodoh. Yang lain mati sia-sia, entah dimakan cicak, kodok, maupun predator
lain, bahkan terkadang mati di tangan manusia. Pagi harinya, ketika anai-anai
atau laron yang tidak mendapatkan
pasangan terkena sinar matahari, mereka akan kehilangan sebagian besar cairan
tubuhnya sehingga membuat tubuh mereka kering dan kemudian mati, karena pada
dasarnya anai-anai atau laron
membutuhkan suhu lembab.
Bagi yang berhasil mendapatkan pasangan, mereka
membuat koloni baru. Pasangan anai-anai atau laron tersebut akan membuat lubang-lubang kecil di tanah basah dan
meletakkan telur-telur mereka di tempat tersebut untuk ditetaskan menjadi
rayap. Pasangan anai-anai atau laron
tadi akan menjadi raja dan ratu dalam koloninya. Fisik ratu lebih besar dibandingkan
fisik raja, karena ratu bertugas untuk bertelur, dan telurnya dapat mencapai
40.000 butir dalam sehari. Pasangan raja dan ratu rayap ini tidak mengenal
poligami. Mereka hidup bersama tanpa pasangan lain atau selingkuh hingga akhir
hayat.
Kehadiran anai-anai atau laron sering dianggap mengganggu karena selain mengotori lantai
jika beterbangan di lampu rumah, juga akan menghasilkan rayap baru yang dapat
merusak barang-barang yang berasal dari kayu. Meskipun demikian, anai-anai atau
laron ternyata memiliki kandungan
protein yang tinggi dan baik untuk tubuh manusia. Tak mengherankan jika ada
orang yang memanfaatkan anai-anai atau laron
sebagai cemilan.
Anai-anai atau
laron termasuk salah satu hewan yang namanya disebut dalam Al-Qur’an. Ia
disebut satu kali, yakni dalam Surat Al-Qāri’ah ayat 4.
Pada hari
itu manusia seperti laron yang beterbangan.
Secara keseluruhan, Al-Qur’an Surat Al-Qāri’ah berbicara
tentang kiamat. Demikian terjemahan lengkapnya.
Apakah al-Qāri’ah itu? Tahukah kamu
apakah al-Qāri’ah itu? Pada
hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu
yang berhamburan. Siapa
yang berat timbangan (kebaikan)-nya, dia
berada dalam kehidupan yang menyenangkan. Adapun orang yang ringan timbangan
(kebaikan)-nya, tempat
kembalinya adalah (neraka) Hawiyah. Tahukah
kamu apakah (neraka Hawiyah) itu? (Ia adalah) api yang sangat panas (Al-Qur’an Surat Al-Qāri'ah ayat 1-11).
Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah
dalam bukunya yang berjudul Tafsir Juz
‘Amma, Lengkap dan Ilmiah, ketika membicarakan Surat Al-Qari’ah mengatakan:
Hari kiamat adalah hari yang
sangat mengerikan. Hari ini dinamakan Al-Qāri’ah karena menggentarkan hati manusia
dengan kedahsyatan dan kengeriannya. Hari apakah yang sangat menakutkan itu? Sesungguhnya
hari kiamat itu tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan manusia dan oleh
gambaran mereka. Pada hari kiamat itu manusia bagaikan anai-anai yang
bertebaran di sekitar lampu dalam hal kegugupan, kekacauan, dan kelemahannya.
Gunung-gunung pada hari itu bagaikan bulu yang dihambur-hamburkan di udara.
Pada hari itu manusia terbagi menjadi
dua golongan. Adapun orang-orang yang timbangan amal kebaikannya lebih berat,
maka Rabb mereka akan membalasnya dengan kehidupan yang menyenangkan di surga
yang membuat mereka sangat puas. Kepada orang-orang yang timbangan amal
keburukannya lebih berat, Rabb akan membalas mereka dengan mencampakkan mereka
ke dalam jurang neraka Jahannam sebagai tempat tinggal mereka, dan mereka tidak
akan dikeluarksn daripadanya (sebelum dosa-dosanya terkikis habis). Tidakkah
kamu tahu, apakah Hawiyah (jurang neraka) itu? Hawiyah adalah nama neraka yang
sangat panas.
Dari keterangan di atas kita tahu bahwa anai-anai
atau laron digunakan sebagai
perumpamaan keadaan manusia saat hari kiamat tiba. Pada hari itu manusia
bagaikan anai-anai atau laron yang
bertebaran di sekitar lampu dalam hal kegugupan, kekacauan, dan kelemahannya.
Mengapa manusia saat kiamat tiba begitu gugup, kacau, dan takut? Tidak lain
karena dahsyatnya hari kiamat itu.
Tentang kedahsyatan hari kiamat, Al-Qur’an banyak
menggambarkan keadaan pada hari itu.
Mereka
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang gunung-gunung, maka katakanlah, “Tuhanku
akan menghancurkannya (pada hari kiamat) sehancur-hancurnya, kemudian Dia akan
menjadikan (bekas gunung-gunung) itu dataran yang (terhampar) rata. Engkau tidak akan melihat lagi dataran rendah
dan dataran tinggi di sana” (Al-Qur’an
Surat Thāhā ayat 105-107).
Kejutan yang dahsyat (hari kiamat) tidak
membuat mereka sedih dan para malaikat akan menyambut mereka (dengan ucapan),
“Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu”. (Ingatlah) hari ketika Kami
menggulung langit seperti (halnya) gulungan lembaran-lembaran catatan. Sebagaimana
Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi.
(Itu adalah) janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan
melaksanakannya (Al-Qur’an Surat Al-Anbiyā’ ayat 103-104).
Sesungguhnya guncangan hari kiamat itu
adalah sesuatu yang sangat besar (dahsyat). Pada hari kamu melihat guncangan
itu, semua perempuan yang menyusui melupakan anak yang disusuinya, setiap
perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya dan kamu melihat manusia
mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat
keras (Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 1-2).
(Ingatlah) pada hari
(ketika) sangkakala ditiup sehingga terkejutlah semua yang ada di langit dan
semua yang ada di bumi, kecuali yang Allah kehendaki. Semuanya datang
menghadap-Nya dengan merendahkan diri (Al-Qur’an
Surat An-Naml ayat 87).
Maka,
apabila langit terbelah, lalu (warnanya) menjadi merah mawar seperti (kilauan)
minyak, (terjadilah kengerian yang hebat) (Al-Qur’an
Surat Ar-Rahman ayat 37).
Apabila bumi diguncangkan
sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya, jadilah ia debu yang beterbangan (Al-Qur’an Surat Al-Wāqi’ah ayat 4-6).
Apabila
sangkakala ditiup dengan sekali tiupan, dan bumi serta gunung-gunung diangkat
lalu dibenturkan dengan sekali benturan, pada hari itu terjadilah kiamat. Langit juga terbelah karena pada hari itu
ia rapuh (Al-Qur’an
Surat Hāqqah ayat 13-16).
(Ingatlah) pada hari (ketika) bumi dan
gunung-gunung berguncang keras dan gunung-gunung itu menjadi seperti onggokan
pasir yang tercurah (Al-Qur’an
Surat Al-Muzzammil
ayat 14).
Dia bertanya, “Kapankah hari Kiamat
itu?” Apabila mata terbelalak (ketakutan), bulan
pun telah hilang cahayanya, serta
matahari dan bulan dikumpulkan, pada
hari itu manusia berkata, “Ke mana tempat lari?” Sekali-kali
tidak! Tidak ada tempat berlindung (Al-Qur’an
Surat Al-Qiyāmah ayat 6-11)
Apabila matahari digulung, apabila
bintang-bintang berjatuhan, apabila gunung-gunung dihancurkan, apabila unta-unta yang bunting (sebagai
harta yang berharga) ditinggalkan pemiliknya, apabila binatang-binatang liar
dikumpulkan, apabila
lautan dipanaskan, apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh), apabila
bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, “Karena dosa apa dia
dibunuh”, apabila
lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-lebar, apabila
langit dilenyapkan, apabila
(neraka) Jahim dinyalakan, dan
apabila surga didekatkan, setiap jiwa akan mengetahui apa yang
telah dikerjakannya (Al-Qur’an
Surat At-Takwīr
ayat 1-14).
Apabila
langit terbelah, apabila bintang-bintang jatuh berserakan, apabila lautan
diluapkan, dan apabila kuburan-kuburan
dibongkar, setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang
dilalaikan(-nya) (Al-Qur’an
Surat At-Infithār
ayat 1-5).
Apabila
langit terbelah, serta patuh kepada Tuhannya dan sudah semestinya patuh. Apabila bumi diratakan, memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan
menjadi kosong, serta
patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh (Al-Qur’an Surat At-Insyiqaq ayat 1-5).
Dan gunung-gunung seperti bulu yang
berhamburan (Al-Qur’an
Surat Al-Qari'ah
ayat 5)
Melihat betapa mengerikannya saat kiamat terjadi
sebagaimana diinformasikan dalam Al-Qur’an, tak mengherankan jika manusia pada
hari itu bagaikan anai-anai atau laron yang bertebaran di sekitar lampu. Mereka
betul-betul dalam keadaan gugup dan panik.
Daftar Acuan
Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah.
2002. Tafsir Juz ‘Amma Lengkap dan
Ilmiah. Cetakan ke-5. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Departemen
Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahan-nya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai
Mutiara yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.
H. Mahmud Junus. 1987. Tarjamah
Al-Quran Al-Karim. Cetakan ke-3. Bandung: PT Al-Ma’arif
M.
Djohan Qoyim. 2000. Berita tentang
Kehidupan Akhirat, Diangkat dari Al-Qur’an & Al-Hadits. Cetakan Ketiga.
Jakarta: Sri Gunting.
Sayuti
Rahawarin. 2006. Kiamat Tinggal
Menghitung Hari. Jakarta: Pustaka Al-Mawardi.
Ust. Labib Mz. 2004. Menyingkap Tabir Keimanan, Qadha, Qadar,
Roh, Kematian, dan Hari Kiamat. Surabaya: Himmah Jaya.
2.
Internet
http://quran.bblm.go.id/
https://jagadtani.com/read/341/kisah-laron-di-musim-hujan
https://quran.kemenag.go.id/
https://tekno.tempo.co/read/1538275/4-fakta-menarik-laron-hewan-monogami-hingga-berprotein-tinggi
https://www.idntimes.com/science/discovery/dahli-anggara/fakta-laron-c1c2?page=all
https://www.rentokil.co.id/tips-mudah-mengendalikan-hama/fakta-menarik-tentang-hama/apa-itu-laron/
Tidak ada komentar :
Posting Komentar