Sabtu, 29 April 2023

UBAY BIN KHALAF: PENENTANG RASULULLAH YANG TIDAK PERCAYA ADANYA HARI KEBANGKITAN

 

 

Ubay bin Khalaf termasuk salah seorang anggota kelompok Syu’bah Al-Syāk, yaitu kelompok pemuka kafir Quraisy yang sangat membenci Rasulullah. Ia menorehkan namanya sebagai salah satu tokoh penentang Rasulullah yang keras, tak kalah kerasnya dengan Abu Jahal, ‘Uqbah bin Abi Mu’aith, dan ‘Utbah bin Rabi’ah.

Ubay bin Khalaf berasal dari Bani Jumah. Nama lengkapnya adalah Ubay bin Khalaf bin Wahab bin Hudhafah bin Jumah bin ‘Amr bin Hushaish bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr. Nasab Bani Jumah dan Bani Hasyim yang merupakan klan Rasulullah, bertemu pada Ka’ab bin Lu’ay. Dengan demikian, Ubay bin Khalaf dan Rasulullah sesungguhnya masih ada garis kekerabatan.

Pada masa jahiliyah, Bani Jumah memiliki pengaruh yang cukup kuat di kalangan masyarakat Quraisy. Mereka memiliki tokoh-tokoh yang tidak hanya kaya, tapi juga sangat disegani. Dua orang bersaudara, yakni Ubay bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf adalah contohnya. Umayyah bin Khalaf bahkan memiliki banyak budak, salah satu di antaranya adalah Bilal bin Rabah. Dikarenakan ketahuan memeluk agama Islam, Bilal bin Rabah disiksa oleh majikannya agar mau kembali ke agama semula. Bilal bin Rabah kemudian dibeli oleh Abu Bakar saat sedang mengalami penyiksaan. Ia dirawat dan diobati luka-lukanya oleh Abu Bakar. Setelah itu, Bilal bin Rabah dimerdekakan oleh Abu Bakar.

Ubay bin Khalaf memiliki sahabat setia bernama ‘Uqbah bin Abi Mu’aith. Sayangnya, persahabatan mereka justru merugikan diri sendiri. Ketika Ubay bin Khalaf sedang menemui Rasulullah dengan niat hendak masuk Islam, ‘Uqbah bin Abi Mu’aith segera menghasut Ubay bin Khalaf agar mencaci dan menghina Rasulullah, sehingga Ubay bin Khalaf mengurungkan niatnya untuk masuk Islam. Pun sebaliknya, saat ‘Uqbah bin Abi Mu’aith menghadiri majelis Rasulullah dan mendengarkan nasihat beliau, Ubay bin Khalaf marah kepada temannya itu dan mengatakan tak akan bertegur-sapa jika ‘Uqbah bin Abi Mu’aith masih hadir di majelis Rasulullah dan mendengarkan nasihat beliau. Akhirnya, dikarenakan lebih memilih persahabatan yang menyesatkan daripada memilih jalan kebenaran, mereka berdua tetap berada dalam kesesatan.

Betapa ekstremnya Ubay bin Khalaf dalam menentang dakwah Rasulullah, ia pernah datang menemui Rasulullah sambil membawa tulang yang sudah rapuh. Tulang tersebut kemudian ia hancurkan di hadapan Rasulullah. Dengan nada mencemooh, Ubay bin Khalaf  berkata, "Hai Muhammad, apakah engkau masih berpendapat bahwa Allah akan menghidupkan kembali tulang yang telah hancur ini?"

“Ya! Allah akan mematikanmu, kemudian membangkitkanmu kembali, lalu memasukkanmu ke dalam neraka jahanam”, jawab Rasulullah. 

Mendengar jawaban Rasulullah, Ubay bin Khalaf marah.

“Demi hak berhala Latta dan berhala Uzza, aku pasti membunuhmu”, kata Ubay bin Khalaf kepada Rasulullah.

“Kamu tidak dapat membunuhku, akan tetapi aku yang akan membunuhmu, in syaa Allah, dan akan menyerahkanmu ke neraka”, jawab Rasulullah.

Menurut logika Ubay bin Khalaf, hidup kembali setelah kematian adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Itulah sebabnya ia mencoba mematahkan keyakinan akan adanya hari kebangkitan dengan argumentasi bahwa tulang yang telah hancur itu tidak akan bisa bangkit kembali. Sebagai teguran bagi orang yang tidak memercayai adanya hari kebangkitan, maka Allah turunkan ayat berikut in

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?”. Katakanlah: Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”. Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah! maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan (Al-Qur’an Surat Yasin ayat 77-83).

Menurut tafsir Kementerian Agama sebagaimana disebutkan dalam https://pecihitam.org/, ayat ini menjelaskan tentang keraguan kaum kafir Mekah terhadap adanya hari kebangkitan. Mereka berpendapat demikian karena telah melupakan asal kejadian masing-masing. Mereka diingatkan bahwa Allah telah menciptakan mereka dari setetes air mani, sehingga mereka lahir berwujud manusia yang hidup dan utuh. Jika seandainya mereka mengingat dan menyadari hal ini, pastilah mereka yakin bahwa Allah juga kuasa menghidupkannya kembali sesudah mati, walaupun tulang-belulang mereka sudah remuk. Allah mengemukakan pertanyaan kepada orang-orang yang tidak memercayai hari kebangkitan, jika mereka percaya bahwa Allah kuasa menciptakan langit dan bumi, mengapa Allah tidak kuasa menciptakan sesuatu yang serupa dengan itu? Jawabannya adalah Allah pasti kuasa menciptakannya, karena Dia Maha Pencipta, lagi Maha Mengetahui.

Kembali kepada Ubay bin Khalaf. Pada kesempatan yang berbeda, Rasulullah yang sedang melewati suatu jalan, melihat Ubay bin Khalaf sedang merawat seekor kuda.

“Buat apa kamu merawat kuda itu?”, tanya Rasulullah.

“Aku akan menaiki kuda tersebut dan akan membunuhmu”, jawab Ubay bin Khalaf.

“Tidak! Akulah yang akan membunuhmu, in syaa Allah!”, balas Rasulullah.

Rasulullah kemudian pergi melanjutkan perjalanan.

Waktu terus berlalu. Setelah Rasulullah dan kaum muslimin hijrah ke Madinah, perang antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy pun mulai berkobar. Perang Badar adalah perang pertama antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy. Perang ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-2 setelah Rasulullah dan kaum muslimin hijrah ke Madinah. Pada perang ini, Ubay bin Khalaf turut serta bertempur melawan kaum muslimin. Beruntung baginya, karena ia tidak mengalami nasib yang sama seperti kawan-kawannya yang tewas dalam Perang Badar. Di antara tokoh-tokoh kafir Quraisy yang tewas dalam Perang Badar adalah Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, Syaibah bin Rabi’ah, ‘Utbah bin Rabi’ah, dan Al-Ash bin Hisyam bin Al-Mughirah.

Meskipun Ubay bin Khalaf selamat dari maut, namun keluarga besar Bani Khalaf harus menelan pil pahit. Selain kehilangan Umayyah bin Khalaf yang tewas dalam Perang Badar, enam orang dari Bani Khalaf juga menjadi tawanan perang. Bahkan dua dari enam orang yang ditawan tersebut adalah anak Ubay bin Khalaf, yakin ‘Abdullah Ubay bin Khalaf dan ‘Amr Ubay bin Khalaf. Dikarenakan tak mau anaknya menjadi tawanan, Ubay bin Khalaf lalu menemui Rasulullah dan memohon agar anaknya dibebaskan, meskipun harus membayar tebusan yang mahal.

Kekalahan pada Perang Badar menyebabkan kaum kafir Quraisy semakin menaruh dendam pada kaum muslimin. Mereka memiliki keinginan untuk membalas dendam pada kaum muslimin. Terlebih, karena pasukan kaum kafir Quraisy yang tewas  pada Perang Badar sebanyak 70 orang dan yang menjadi tawanan perang juga 70 orang yang kebanyakan adalah para pemuka dan pemimpin mereka. Sementara di pihak kaum muslimin yang mati syahid hanya 14 orang.

Mereka, kaum kafir Quraisy, sepakat untuk melancarkan serangan kembali pada kaum muslimin agar kebenciannya terobati. Di antara para pemimpin kaum kafir Quraisy yang paling getol mengadakan persiapan perang adalah Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayyah, Abu Sufyan bin Harb, dan Abdullah bin Abu Rabi’ah. Mereka menghimbau kepada orang-orang yang banyak harta agar mau menyumbangkan hartanya untuk biaya perang. Dari hasil sumbangan tersebut, terkumpullah 1.000 unta dan 1.500 dinar yang akan digunakan untuk kepentingan perang melawan kaum muslimin. Tentang hal ini, Allah menurunkan ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menafkahkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan” (Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 36). 

Setelah persiapan dirasa cukup, pasukan kaum kafir Quraisy-pun bergerak menuju Madinah. Abbas bin Abdul Muththalib yang masih berada di Mekah, segera mengutus orang untuk menyampaikan surat kepada Rasulullah. Isi surat menginformasikan secara rinci tentang pasukan kaum kafir Quraisy yang akan menyerang kaum muslimin. Utusan yang bergerak cepat itu menempuh perjalanan hanya dalam tempo 3 hari dari Mekah ke Madinah.

Setelah mendapatkan informasi dari Abbas bin Abdul Muththalib melalui utusannya, Rasulullah segera mengatur persiapan perang melawan pasukan kaum kafir Quraisy.

Dua pasukan perang yang tak seimbang jumlahnya itu bertemu di Jabal Uhud. Pasukan kaum muslimin yang berjumlah 700 orang itu harus berduel melawan pasukan kaum kafir Quraisy yang berjumlah 3.000 orang. Perang Uhud, demikian sejarah mencatatnya karena terjadi di Jabal Uhud, berlangsung pada bulan Syawal tahun ke-3 setelah Rasulullah dan kaum muslimin hijrah ke Madinah.

Sesungguhnya pada awal keberangkatan dari Madinah menuju Jabal Uhud, pasukan kaum muslimin sekitar 1.000 orang. Namun kaum munafik yang dipelopori oleh Abdullah bin Ubay membelot. Sekitar 300 orang kembali ke Madinah dan tidak ikut berperang. Tentang orang-orang munafik ini, Allah berfirman, Dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada mereka dikatakan, Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)’. Mereka berkata, Sekiranya kami mengetahui (bagaimana cara) berperang, tentulah kami mengikuti kamu’. Mereka pada hari itu lebih dekat pada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan” (Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 167).

Pada Perang Uhud, Ubay bin Khalaf tak ketinggalan dalam barisan pasukan kaum kafir Quraisy. Ia yang merupakan petarung hebat, mampu membuat Syammas bin ‘Utsman bin Al-Syarid dari Bani Makhzum menemui ajal. Namun tidak demikian ketika berhadapan dengan Rasulullah. Seperti diceritakan oleh Al-Waqidi, Ubay bin Khalaf datang dengan menunggang kuda miliknya. Ketika ia sudah dekat dengan Rasulullah, para sahabat nabi ingin menghalang-halangi dan membunuhnya, namun Rasulullah justru mencegahnya. Beliau sendiri yang menghadang langkah Ubay bin Khalaf. Ubay bin Khalaf yang sedang menunggang kuda, dilempar tombak oleh Rasulullah. Tombak berhasil mengenai Ubay bin Khalaf, sehingga ia terjatuh dan terhempas ke tanah hingga salah satu tulang rusuknya patah. Ubay bin Khalaf tak bisa berdiri. Oleh karena itu, ia ditandu saat pulang. Namun belum sampai Mekah, Ubay bin Khalaf sudah meregang nyawa. Rupanya, sabda Rasulullah bahwa beliau akan membunuh Ubay bin Khalaf menjadi kenyataan.

 

DAFTAR ACUAN

 

1. Buku

Al-Wahidi an-Nisaburi. 2014. Asbabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Amelia.

Anonim. Tanpa Angka Tahun. Hijaz, Terjemah Tafsir Per Kata. Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema.

As-Syekh Hamami Zadah. 2010. Rasulullah SAW Bukan Seorang Penyair. Surabaya: Ampel Mulia.

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahan-nya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.

Misran dan Armansyah. 2018. Para Penentang Muhammad SAW. Bandung: Safina.

Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri. 2018. Sirah Nabawiyah. Cetakan Ke-17. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

 

2. Internet

https://pecihitam.org/surah-yasin-ayat-77-80-terjemahan-dan-tafsir-al-quran/

https://pecihitam.org/surah-yasin-ayat-81-83-terjemahan-dan-tafsir-al-quran/

Kamis, 20 April 2023

UNTUKMU AGAMAMU, UNTUKKU AGAMAKU

  

 

Sebelum diangkat sebagai rasul, dalam pandangn kaum Quraisy di Mekah, Muhammad adalah orang yang memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia. Beliau terkenal sebagai orang yang dapat dipercaya, sehingga beliau dijuluki Al-Amin. Beliau juga dianggap sebagai orang yang bijaksana. Ketika renovasi Ka’bah telah selesai, semua kabilah bersikeras ingin menjadi peletak Hajar Aswad ke tempat asalnya. Muhammad-lah yang kemudian terpilih menjadi peletak Hajar Aswad ke tempat semula. Meskipun demikian, beliau tidak mau meletakkan Hajar Aswad sendirian. Beliau bertindak sangat bijaksana. Dimintanya sehelai kain, lalu dibentangkanlah kain tersebut ke atas tanah. Beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di atas kain. Kemudian, beliau meminta kepada sesepuh dari masing-masing kabilah untuk memegang pinggir kain dan mengangkat Hajar Aswad secara bersama-sama menuju ke tempat asal Hajar Aswad. Setelah itu, barulah Muhammad menempatkan Hajar Aswad tadi ke tempat semula dengan kedua tangannya.

Namun apakah setelah Muhammad diangkat sebagai rasul, lalu memudahkan langkah beliau dalam berdakwah karena sifat-sifat baik yang beliau miliki? Ternyata tidak! Banyak kendala yang dialami oleh Muhammad sebagai utusan Allah.

Tokoh-tokoh kafir Quraisy mulai melancarkan gangguan dan cemoohan kepada Rasulullah, baik dengan ucapan maupun tindakan. Kita mengenal Abu Jahal, gembongnya kelompok orang yang menghina Rasullullah. Kita juga mengenal Abu Lahab, paman Rasulullah, orang yang paling jahat dan benci kepada Rasulullah. Demikian juga istri Abu Lahab, adalah perempuan yang sangat membenci Rasulullah. ‘Uqbah bin Abi Mu’aith, tetangga Rasulullah yang suka bekerja sama dengan Abu Lahab dalam mengganggu Rasulullah. Al-’Ash bin Wail, orang yang memusuhi Rasulullah ini pernah mengatakan bahwa Rasulullah telah menipu sahabat-sahabatnya karena ajarannya yang menyebutkan bahwa mereka akan hidup lagi sesudah mati. Masih banyak lagi tokoh-tokoh Quraisy kafir yang melancarkan gangguan dan cemoohan kepada Rasulullah. Tak hanya kepada Rasulullah, gangguan dan cemoohan itu dilancarkan, tapi juga kepada para sahabat nabi. Terlebih, kebanyakan sahabat nabi berasal dari kalangan rendah dan lemah. Bahkan para sahabat nabi ini tak jarang mengalami siksaan dari kaum kafir Quraisy agar mereka tidak mengikuti ajakan dan ajaran Rasulullah, dan kembali ke keyakinan lamanya.

Ketika gangguan dan cemoohan yang dilancarkan kaum kafir Quraisy kepada Rasulullah tidak membawa hasil, mereka mencari jalan lain. Kaum kafir Quraisy berusaha memengaruhi Rasulullah dengan menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi orang paling kaya di Mekah. Mereka juga menawarkan perempuan mana pun yang beliau sukai untuk dinikahi. Mereka bersikukuh menawarkan berbagai kenikmatan duniawi kepada Rasulullah asal mau menghentikan dakwahnya.

Masih tak berhasil memengaruhi Rasulullah, mereka menempuh cara lain. Bertemulah kaum kafir Quraisy dengan Rasulullah untuk mengajukan kompromi. Dalam pertemuan tersebut, kaum kafir Quraisy mengajukan kompromi demikian.

“Hai Muhammad, marilah kita kompromi. Apabila kamu mau mengikuti agama kami, maka kami akan mengikuti agamamu. Kamu sembah ‘Tuhan-Tuhan’ kami selama satu tahun, niscaya kami akan menyembah Tuhanmu dalam waktu yang sama”.

Dikarenakan adanya ajakan kompromi dalam bidang aqidah dan ibadah tersebut, maka tidak lama kemudian turunlah Surat Al-Kāfirūn.  


1. Katakanlah: Hai orang-orang kafir!

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah

3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah

4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah

5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah

6. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.

 

Dengan turunnya Surat Al-Kāfirūn, Rasulullah diperintahkan untuk memberikan jawaban yang tegas dan pasti kepada kaum kafir Quraisy, bahwa “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah”, karena Hubal, Manat, Latta, dan Uzza yang disembah oleh kaum kafir Quraisy adalah ‘Tuhan-Tuhan’ palsu yang tak dapat menolong siapapun. Selain itu, mereka juga bukan penyembah Tuhan yang disembah Rasulullah dan sahabat-sahabatnya. Di sini, kaum muslimin diperintahkan agar selalu mengikuti petunjuk iman dengan hati yang teguh dan mantap, serta menutup telinga dari semua seruan yang akan merusak iman.

Pendek kata, “Untukmu agamamu, untukku agamaku”.

 

DAFTAR ACUAN 

  

Al-Ustadz Afiff Abdul Fattah Thabbarah. 2002. Tafsir Juz ‘Amma Lengkap dan Ilmiah. Cetakan ke-5. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Al-Wahidi an-Nisaburi. 2014. Asbabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Amelia.

Asrifin An Nakhrawi. 2011. Ringkasan Asbaabun Nuzul, Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Ikhtiar.

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahannya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara Yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.

K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan. 2004. Asbābun Nūzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an. Cetakan ke-6. Bandung: Diponegoro.

Muhammad Chirzin. 2011. Buku Pintar Asbabun Nuzul, Mengerti Peristiwa dan Pesan Moral di Balik Ayat-Ayat Suci Al-Quran. Jakarta: Zaman.

Syaikh DR. Yusuf Al-Qaradhawi. 2019. Tafisr Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Ust. Maftuh Ahnan Asy. 2001. Kisah Kehidupan Nabi Muhammad SAW.  Surabaya: Terbit Terang.

Senin, 17 April 2023

PIDATO IBLIS DI NERAKA

(Sumber gambar: https://riaurealita.com/news/detail/13232/ngeri-orang-yang-sering-berbuat-dosa-akan-menangis-histeris-saat-mendengar-pidato-iblis-ini-di-hari-)

 

Dalam percakapan sehari-hari, kita sering mendengar istilah jin, iblis, dan setan. Lalu siapa sebenarnya jin, iblis, dan setan itu?

Jin adalah makhluk halus yang diciptakan sebelum Adam dan berasal dari api yang panas1). Tujuan diciptakannya jin sama dengan tujuan diciptakannya manusia, yaitu supaya mereka menyembah Allah2).

Iblis adalah golongan jin, tapi ia membangkang terhadap perintah Allah3). Ketika Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam, maka bersujudlah mereka, kecuali iblis4). Alasannya, karena iblis merasa lebih baik daripada Adam, sebab ia tercipta dari api, sedangkan Adam tercipta dari tanah5). Pembangkangan ini bukannya tidak disengaja, melainkan semata-mata karena kesombongan iblis yang merasa dirinya lebih baik daripada Adam. Jadi, iblis adalah golongan jin yang tidak patuh pada perintah Allah. Dikarenakan pembangkangannya itulah, maka iblis lalu diusir dari surga oleh Allah6).

Meskipun yang diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepada Adam adalah malaikat, namun iblis disebut-sebut sebagai makhluk yang membangkang terhadap perintah Allah untuk bersujud kepada Adam sebagaimana tercantum di beberapa surat dalam Al-Qur’an7).

Menurut Khil bin Ibrahim Amin dan Jamal al-Shawali dalam bukunya berjudul Sihir & Pengobatannya, tidak ada dalil yang menyebutkan kata setan, kecuali diartikan kekafiran dan kejelekan. Semua setan masuk golongan iblis. Setan diambil dari kata Arab syathana yang berarti jauh dari kebaikan; atau dari kata syaatha yasyiitu yang berarti hancur binasa atau terbakar. Berdasarkan makna ini, maka setiap yang sombong, angkuh, dan tidak mengenal kebaikan dinamakan setan, baik yang berasal dari bangsa jin, hewan, maupun manusia8). Sementara menurut Syiekh M. Mutawalli A.S. dalam bukunya berjudul Siapakah Setan Itu?, yang dimaksud dengan setan adalah sebuah sifat dan karakter yang berarti segala sesuatu yang dapat menjauhkan dan melalaikan manusia dari ketaatan dan kebenaran, serta mendorong untuk melakukan maksiat dan kejahatan9).

Ketika iblis mengetahui bahwa Allah telah mengusirnya, maka ia meminta kepada Allah agar ditangguhkan hingga hari kiamat10), dan Allah mengabulkan permintaannya11). Tujuan iblis minta ditangguhkan adalah agar ia dapat menyesatkan keturunan Adam, kecuali sebagian kecil12), yakni mereka yang beriman. Semenjak itu, iblis menjadi musuh yang nyata bagi Adam dan anak keturunannya.

Begitu lihainya iblis menggoda Adam dan istrinya yang bernama Hawa, akhirnya Adam dan Hawa terbuai bisikan iblis, sehingga mereka memakan buah yang sesungguhnya dilarang oleh Allah untuk dimakan. Akibatnya, Adam dan Hawa diturunkan ke bumi oleh Allah.

Setelah Adam dan Hawa turun ke bumi dan kemudian beranak-pinak, iblis terus berusaha menggoda manusia dari depan, belakang, samping kiri, samping kanan, dan dari segala penjuru. Iblis ingin agar manusia lalai pada perintah Allah, senang dengan kemaksiatan dan sebagainya yang menjerumuskan manusia itu sendiri, yang kelak mengakibatkan manusia masuk neraka menemani iblis. Hal ini terus-menerus dilakukan oleh iblis hingga kiamat nanti. Barang siapa mengikuti bisikan iblis, maka ia akan menjadi penghuni neraka bersama iblis; dan barang siapa menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, maka ia akan mendapatkan surganya Allah.

Tentang kiamat, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 68, setelah ditiupkan terompet yang pertama, maka matilah semua makhluk yang di langit dan di bumi, kecuali yang dikehendaki Allah. Setelah itu, terompet ditiup sekali lagi, maka bangunlah seluruh yang mati untuk menunggu keputusan Allah.

Allah memberi balasan surga bagi mereka yang beriman dan melakukan kebajikan, sedang bagi mereka yang selama hidup di dunia selalu dalam kekufuran, lupa kepada Allah, banyak berbuat kejahatan dan kejelekan, maka balasannya adalah neraka.

Saat itu, iblis yang berada di neraka, tampil ke depan dan berpidato di hadapan para pengikutnya seperti orang-orang kafir dan sesat, yang senang bermaksiat, dan yang senang melanggar perintah Allah. Pidato iblis tersebut disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 22.

Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu. Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih”.

Demikian, pidato iblis di hadapan para pengikutnya. Dengan jujur iblis mengatakan kepada para pengikutnya, bahwa sesungguhnya janji Allah itu benar, yakni barang siapa mengikuti utusan-Nya, maka akan mendapatkan keselamatan. Justru iblislah yang tampaknya menjanjikan, padahal sesungguhnya menyesatkan. Misalnya, iblis mengatakan bahwa hari kebangkitan itu tidak ada, tidak ada tempat kembali, tidak ada hisab dan tidak ada siksa, padahal sesungguhnya ia (iblis) berbohong kepada para pengikutnya. Iblis mengakui bahwa dirinya tidak memiliki kuasa apa-apa terhadap manusia, dan tidak pernah memaksa para pengikutnya untuk berbuat kafir atau maksiat, kecuali hanya sekedar mengajak pada kesesatan dengan cara menggoda dan melalaikan, lalu manusia itu sendiri mematuhi atau mengikuti ajakannya. Iblis pun berlepas tangan atas apa yang pernah ia lakukan. Iblis meminta kepada para pengikutnya agar tidak mencerca dirinya. Sebaliknya, iblis justru menyuruh kepada para pengikutnya agar mencerca dirinya sendiri karena mau mengikuti ajakannya. Iblis juga mengatakan bahwa sesungguhnya ia tidak membenarkan perbuatan pengikutnya mempersekutukan dirinya (iblis) dengan Allah, sebab ia tahu, perbuatan mempersekutukan Alah akan mendapat azab yang pedih.

 

 

DAFTAR ACUAN

 

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahan-nya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.

Khil bin Ibrahim Amin dan Jamal al-Shawali. 2004. Sihir & Pengobatannya. Surabaya: Penebit Karya Agung.

K.H. Mawardi Labay El-Sulthani. 2002. Setan Berjasa. Jakarta: Al-Mawardi Prima.

M. Djohan Qoyim. 2000. Berita tentang Kehidupan Akhirat, Diangkat dari Al-Qur’an & Al-Hadits. Jakarta: Srigunting.

Muhammad Ali Ash-Shabuny. 2001. Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Huud – Al-Isra’. Jilid 3. Cetakan I. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Syiekh M. Mutawalli A.S. 2005. Siapakah Setan itu? Jakarta: Studia Press.

http://quran.bblm.go.id/


---------

1)   Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 27.

2)   Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56.

3)   Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 50.

4)  Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 34, Surat Al-A’rāf ayat 11, Surat Al-Hijr ayat 30-31, Surat Al-Isra’ ayat 61, Surat Al-Kahfi ayat 50, Surat Thāhā ayat 116, dan Surat Shād ayat 71-74.

5) Al-Qur’an Surat Al-A’rāf ayat 12, Surat Al-Hijr ayat 33, Surat Al-Isra’ ayat 61, dan Surat Shād ayat 75-76.

6)  Al-Qur'an Surat Al-A'rāf ayat 13, Surat Al-Hijr ayat 34, dan Surat Shād ayat 77.  

7)  Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 34, Surat Al-A'rāf ayat 11, Surat Al-Hijr ayat 30-31, Surat Al-Isra’ ayat 61, Surat Al-Kahfi ayat 50, Surat Thāhā ayat 116, dan Surat Shād ayat 73-74. 

8) Khil bin Ibrahim Amin dan Jamal al-Shawali, Sihir & Pengobatannya, Penerbit Karya Agung, Surabaya, 2004, halaman 58.

9) Syiekh M. Mutawalli A.S., Siapakah Setan Itu?, Penerbit Studia Press, Jakarta, 2005, halaman 4.

10) Al-Qur'an Surat Al-A'rāf ayat 14, Surat Al-Hijr ayat 36, Surat Al-Isra’ ayat 62, dan Surat Shād ayat 79.

11) Al-Qur'an Surat Al-A'rāf ayat 15, Surat Al-Hijr ayat 37, dan Surat Shād ayat 80-81.

12) Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 62.