Minggu, 01 Januari 2023

ANAI-ANAI (LARON)

 


Anai-anai atau laron

(Sumber: https://pestcontroljakarta.com/ada-banyak-laron-di-rumah-haruskah-anda-khawatir/).


Anai-anai, atau yang oleh orang Jawa disebut laron, adalah bagian dari koloni rayap yang memiliki nama ilmiah Macrotermes gilvus. Koloni rayap memiliki susunan sosial yang disebut kasta, yang terdiri atas kasta pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif.

Kasta pekerja memiliki tugas mencarikan makanan untuk koloninya, memelihara telur-telur dan rayap muda, memindahkan telur-telur dan rayap-rayap muda jika mereka terancam, serta membuat dan merawat sarang. Kasta prajurit bertugas melindungi koloni dari ancaman dan gangguan predator. Sementara kasta reproduktif merupakan satu-satunya kelompok yang dapat menghasilkan keturunan. Rayap dari kasta reproduktif ini bermetamorfosis, ditandai dengan tumbuhnya dua pasang sayap yang kian lama makin memanjang hingga akhirnya lebih panjang dari ukuran tubuhnya. Kasta inilah yang kita sebut dengan nama anai-anai atau laron.  

Siklus hidup rayap dimulai dari telur, nimfa, lalu rayap dewasa.

Siklus hidup rayap

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rayap-jadi-laron.jpg)


Ketika menginjak dewasa, anai-anai atau laron akan keluar dari sarangnya dan mencari pasangan untuk kawin. Biasanya, anai-anai atau laron keluar dari sarangnya ketika musim hujan tiba. Pemicunya karena terjadi perubahan suhu udara di sekitar sarang. Mereka terbang mencari cahaya lampu. Jumlahnya pun tidak sedikit, sehingga kerap dianggap mengganggu, terutama ketika anai-anai atau laron tersebut terbang di sekitar lampu rumah kita.

Mengapa anai-anai atau laron sangat suka dengan cahaya lampu? Menurut para ahli, setelah keluar dari sarang, anai-anai atau laron membutuhkan suhu hangat. Itulah sebabnya anai-anai atau laron mendekat ke lampu yang memancar, karena ada sumber kehangatan di tempat tersebut. Pada saat itulah anai-anai atau laron mencari pasangan sebelum fajar tiba.

Mereka yang berhasil mendapatkan pasangan akan melepaskan sayapnya. Ini pertanda bahwa anai-anai atau laron tersebut telah siap secara seksual dan membentuk koloni baru. Jangan dibayangkan bahwa mereka akan mendapat pasangan semua. Dari sekian banyak anai-anai atau laron yang beterbangan tersebut, hanya sekitar 10 persen saja yang berhasil mendapatkan jodoh. Yang lain mati sia-sia, entah dimakan cicak, kodok, maupun predator lain, bahkan terkadang mati di tangan manusia. Pagi harinya, ketika anai-anai atau laron yang tidak mendapatkan pasangan terkena sinar matahari, mereka akan kehilangan sebagian besar cairan tubuhnya sehingga membuat tubuh mereka kering dan kemudian mati, karena pada dasarnya anai-anai atau laron membutuhkan suhu lembab.

Bagi yang berhasil mendapatkan pasangan, mereka membuat koloni baru. Pasangan anai-anai atau laron tersebut akan membuat lubang-lubang kecil di tanah basah dan meletakkan telur-telur mereka di tempat tersebut untuk ditetaskan menjadi rayap. Pasangan anai-anai atau laron tadi akan menjadi raja dan ratu dalam koloninya. Fisik ratu lebih besar dibandingkan fisik raja, karena ratu bertugas untuk bertelur, dan telurnya dapat mencapai 40.000 butir dalam sehari. Pasangan raja dan ratu rayap ini tidak mengenal poligami. Mereka hidup bersama tanpa pasangan lain atau selingkuh hingga akhir hayat.

Kehadiran anai-anai atau laron sering dianggap mengganggu karena selain mengotori lantai jika beterbangan di lampu rumah, juga akan menghasilkan rayap baru yang dapat merusak barang-barang yang berasal dari kayu. Meskipun demikian, anai-anai atau laron ternyata memiliki kandungan protein yang tinggi dan baik untuk tubuh manusia. Tak mengherankan jika ada orang yang memanfaatkan anai-anai atau laron sebagai cemilan.

Anai-anai atau laron termasuk salah satu hewan yang namanya disebut dalam Al-Qur’an. Ia disebut satu kali, yakni dalam Surat Al-Qāri’ah ayat 4.

 

  Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan.

 

Secara keseluruhan, Al-Qur’an Surat Al-Qāri’ah berbicara tentang kiamat. Demikian terjemahan lengkapnya.

 

Apakah al-Qāri’ah itu? Tahukah kamu apakah al-Qāri’ah itu? Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang berhamburan. Siapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, dia berada dalam kehidupan yang menyenangkan. Adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, tempat kembalinya adalah (neraka) Hawiyah. Tahukah kamu apakah (neraka Hawiyah) itu? (Ia adalah) api yang sangat panas (Al-Qur’an Surat Al-Qāri'ah ayat 1-11).

 

Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah dalam bukunya yang berjudul Tafsir Juz ‘Amma, Lengkap dan Ilmiah, ketika membicarakan Surat Al-Qari’ah mengatakan:  

 

Hari kiamat adalah hari yang sangat mengerikan. Hari ini dinamakan Al-Qāri’ah karena menggentarkan hati manusia dengan kedahsyatan dan kengeriannya. Hari apakah yang sangat menakutkan itu? Sesungguhnya hari kiamat itu tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan manusia dan oleh gambaran mereka. Pada hari kiamat itu manusia bagaikan anai-anai yang bertebaran di sekitar lampu dalam hal kegugupan, kekacauan, dan kelemahannya. Gunung-gunung pada hari itu bagaikan bulu yang dihambur-hamburkan di udara.

Pada hari itu manusia terbagi menjadi dua golongan. Adapun orang-orang yang timbangan amal kebaikannya lebih berat, maka Rabb mereka akan membalasnya dengan kehidupan yang menyenangkan di surga yang membuat mereka sangat puas. Kepada orang-orang yang timbangan amal keburukannya lebih berat, Rabb akan membalas mereka dengan mencampakkan mereka ke dalam jurang neraka Jahannam sebagai tempat tinggal mereka, dan mereka tidak akan dikeluarksn daripadanya (sebelum dosa-dosanya terkikis habis). Tidakkah kamu tahu, apakah Hawiyah (jurang neraka) itu? Hawiyah adalah nama neraka yang sangat panas.

 

Dari keterangan di atas kita tahu bahwa anai-anai atau laron digunakan sebagai perumpamaan keadaan manusia saat hari kiamat tiba. Pada hari itu manusia bagaikan anai-anai atau laron yang bertebaran di sekitar lampu dalam hal kegugupan, kekacauan, dan kelemahannya. Mengapa manusia saat kiamat tiba begitu gugup, kacau, dan takut? Tidak lain karena dahsyatnya hari kiamat itu.

Tentang kedahsyatan hari kiamat, Al-Qur’an banyak menggambarkan keadaan pada hari itu.

 

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang gunung-gunung, maka katakanlah, “Tuhanku akan menghancurkannya (pada hari kiamat) sehancur-hancurnya, kemudian Dia akan menjadikan (bekas gunung-gunung) itu dataran yang (terhampar) rata. Engkau tidak akan melihat lagi dataran rendah dan dataran tinggi di sana” (Al-Qur’an Surat Thāhā ayat 105-107).

 

Kejutan yang dahsyat (hari kiamat) tidak membuat mereka sedih dan para malaikat akan menyambut mereka (dengan ucapan), “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu”. (Ingatlah) hari ketika Kami menggulung langit seperti (halnya) gulungan lembaran-lembaran catatan. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Itu adalah) janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan melaksanakannya (Al-Qur’an Surat Al-Anbiyā’ ayat 103-104).

 

Sesungguhnya guncangan hari kiamat itu adalah sesuatu yang sangat besar (dahsyat). Pada hari kamu melihat guncangan itu, semua perempuan yang menyusui melupakan anak yang disusuinya, setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya dan kamu melihat manusia mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras (Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 1-2).

 

(Ingatlah) pada hari (ketika) sangkakala ditiup sehingga terkejutlah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi, kecuali yang Allah kehendaki. Semuanya datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri (Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 87).

 

Maka, apabila langit terbelah, lalu (warnanya) menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak, (terjadilah kengerian yang hebat) (Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 37).

 

Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya, jadilah ia debu yang beterbangan (Al-Qur’an Surat Al-Wāqi’ah ayat 4-6).

 

Apabila sangkakala ditiup dengan sekali tiupan, dan bumi serta gunung-gunung diangkat lalu dibenturkan dengan sekali benturan, pada hari itu terjadilah kiamat. Langit juga terbelah karena pada hari itu ia rapuh (Al-Qur’an Surat Hāqqah ayat 13-16).

 

(Ingatlah) pada hari (ketika) bumi dan gunung-gunung berguncang keras dan gunung-gunung itu menjadi seperti onggokan pasir yang tercurah (Al-Qur’an Surat Al-Muzzammil ayat 14).

 

Dia bertanya, “Kapankah hari Kiamat itu?” Apabila mata terbelalak (ketakutan), bulan pun telah hilang cahayanya, serta matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata, “Ke mana tempat lari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung (Al-Qur’an Surat Al-Qiyāmah ayat 6-11)

 

Apabila matahari digulung, apabila bintang-bintang berjatuhan, apabila gunung-gunung dihancurkan, apabila unta-unta yang bunting (sebagai harta yang berharga) ditinggalkan pemiliknya, apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, apabila lautan dipanaskan, apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh), apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, “Karena dosa apa dia dibunuh”, apabila lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-lebar, apabila langit dilenyapkan, apabila (neraka) Jahim dinyalakan, dan apabila surga didekatkan, setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya (Al-Qur’an Surat At-Takwīr ayat 1-14).

 

Apabila langit terbelah, apabila bintang-bintang jatuh berserakan, apabila lautan diluapkan, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikan(-nya) (Al-Qur’an Surat At-Infithār ayat 1-5).

 

Apabila langit terbelah, serta patuh kepada Tuhannya dan sudah semestinya patuh. Apabila bumi diratakan, memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, serta patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh (Al-Qur’an Surat At-Insyiqaq ayat 1-5).

 

Dan gunung-gunung seperti bulu yang berhamburan (Al-Qur’an Surat Al-Qari'ah ayat 5)

 

Melihat betapa mengerikannya saat kiamat terjadi sebagaimana diinformasikan dalam Al-Qur’an, tak mengherankan jika manusia pada hari itu bagaikan anai-anai atau laron yang bertebaran di sekitar lampu. Mereka betul-betul dalam keadaan gugup dan panik.

 

 

 

Daftar Acuan

 

 

 

Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah. 2002. Tafsir Juz ‘Amma Lengkap dan Ilmiah. Cetakan ke-5. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

 

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahan-nya: Al-Jumanatul 'Ali, Seuntai Mutiara yang Mahaluhur. Bandung: J-Art.

 

H. Mahmud Junus. 1987. Tarjamah Al-Quran Al-Karim. Cetakan ke-3. Bandung: PT Al-Ma’arif

 

M. Djohan Qoyim. 2000. Berita tentang Kehidupan Akhirat, Diangkat dari Al-Qur’an & Al-Hadits. Cetakan Ketiga. Jakarta: Sri Gunting.

 

Sayuti Rahawarin. 2006. Kiamat Tinggal Menghitung Hari. Jakarta: Pustaka Al-Mawardi.

 

Ust. Labib Mz. 2004. Menyingkap Tabir Keimanan, Qadha, Qadar, Roh, Kematian, dan Hari Kiamat. Surabaya: Himmah Jaya.

 

 

2. Internet

 

http://quran.bblm.go.id/

 

https://bobo.grid.id/read/083290990/baru-tahu-ternyata-ini-alasan-laron-suka-terbang-mencari-cahaya-di-musim-hujan?page=all.

 

https://jagadtani.com/read/341/kisah-laron-di-musim-hujan

https://quran.kemenag.go.id/

 

https://tekno.tempo.co/read/1538275/4-fakta-menarik-laron-hewan-monogami-hingga-berprotein-tinggi

 

https://www.idntimes.com/science/discovery/dahli-anggara/fakta-laron-c1c2?page=all

 

https://www.rentokil.co.id/tips-mudah-mengendalikan-hama/fakta-menarik-tentang-hama/apa-itu-laron/